Pesan-Nya kepada Seluruh Alam
تَبَارَكَ ٱلَّذِى نَزَّلَ ٱلْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِۦ لِيَكُونَ لِلْعَٰلَمِينَ نَذِيرًا
Arab-Latin: Tabārakallażī nazzalal-furqāna ‘alā ‘abdihī liyakụna lil-‘ālamīna nażīrā
Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS Al-Furqan ayat 1)
ASSAJIDIN.COM — Berikut penjelasan ayat di atas seperti dikutip dari Tafsirweb.com :
– Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
تَبَارَكَ الَّذِى نَزَّلَ الْفُرْقَانَ (Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan)
Makna (البركة) adalah kebaikan yang sangat banyak.
Al-Farra’ berkata bahwa kata (تبارك) dan (تقدس) memiliki makna yang sama, yakni bermakna keagungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan (الفرقان) adalah al-Qur’an yang menjadi pembeda antara kebenaran dan kebatilan, petunjuk dan kesesatan, serta halal dan haram.
Al-Quran diturunkan dengan berangsur-angsur dan berturut-turut sesuai dengan kejadian yang menjadi sebab turunnya agar penjelasannya lebih mudah dipahami dan lebih besar pengaruhnya.
عَلَىٰ عَبْدِهِۦ (kepada hamba-Nya)
Yang dimaksud adalah Nabi Muhammad. Beliau disebut sebagai hamba-Nya untuk memuliakan dan mengagungkannya sebagai bentuk karunai yang diberikan kepadanya dengan turunnya al-Qur’an.
لِيَكُونَ لِلْعٰلَمِينَ نَذِيرًا (agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam)
Yakni agar Muhammad menjadi pemberi peringatan bagi seluruh manusia dan jin mengenai kebangkitan mereka setelah kematian dan hari mereka dikumpulkan kepada Allah untuk membalas amal perbuatan mereka.
– Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari’ah Universitas Qashim – Saudi Arabia
Syaikh Farid al-Anshari pernah berkata, di sela tadabburnya tentang surat al-Furqan:
Sesungguhnya pengakuan seorang mukmin akan keagungan Al-Quran dapat dibuktikan ketika ia telah mengakui keagungan dzat yang berkata dalam Al-Quran itu, Yakni Allah ta’ala Tuhan semesta alam; karena nilai suatu ucapan merupakan bagian dari nilai siapa yang mengatakannya, jika hal ini dapat kamu perhatikan dengan baik, maka kamu telah menemukan kekayaan Al-Quran yang sesungguhnya.
Oleh karena itu Allah kemudian mengatakan pada ayat selanjutnya sebagai pengenalan tentang siapa yang menurunkan ayat-ayat ini:
{ ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٌ فِى ٱلْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ فَقَدَّرَهُۥ تَقْدِيرًا }
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”.
Seakan-akan pada ayat pertama: { تَبَارَكَ ٱلَّذِى نَزَّلَ ٱلْفُرْقَانَ }
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)” ditanyakan, siapakah yang menurunkannya? maka kemudian dijawab dengan sifat-sifat Nya yang agung dan mulia yang meninggikan sifat Rububiyyah-Nya secara muthlaq.
– Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Maha Agung kekuasaan Allah, Maha Banyak kebaikanNya, dan Bertambahlah kesucianNya dari setiap sekurangan, Dzat yang menurunkan Al-Quran secara berangsur-angsur yang membedakan antara yang haq dan yang bathil kepada hambaNya, Muhammad SAW, supaya dia bisa menjadi pemberi peringatan kepada manusia dan jin tentang azab Allah, jika mereka tidak mengimani keesaanNya.
Tabrakan dan Taqaddasa itu memiliki satu makna sama. Dan Nabi digambarkan dengan sifat sebagai hamba Allah itu untuk memuliakannya dan memberi penghormatan kepadanya yang berada di tingkat kehambaan tertinggi.
– Tafsir al-Jalalain Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Maha Suci) Allah SWT. (yang telah menurunkan Alfurqan) yakni Alquran, ia dinamakan All Furqan karena kandungannya membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil (kepada hamba-Nya) yakni Nabi Muhammad (agar dia menyampaikannya kepada seluruh alam) yaitu kepada bangsa manusia dan bangsa jin, selain bangsa malaikat (sebagai pemberi peringatan) kepada mereka, dengan memperingatkan mereka akan azab Allah.
– Tafsir Ibnu Katsir Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah SWT berfirman, memuji diri-Nya sendiri Yang Mahamulia atas apa yang telah diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, yaitu Al-Qur’an yang mulia, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah, dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh.” (Al Kahfi:1-2), hingga akhir ayat.
Dan dalam surat ini Allah SWT berfirman:
“Mahasuci Allah.” (Al Furqaan:1)
Lafaz tabaraka adalah wazan tafa’ala dari lafaz al-barakah, yakni keberkahan yang tetap, kokoh, lagi kekal.
“yang telah menurunkan Al-Furqan.”(Al-Qufan). (Al Furqaan:1)
Nazzala adalah kata kerja yang menunjukkan pengertian menurunkan secara berulang-ulang dan banyak. Sama dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. (An Nisaa’:4)
Melansir Quranhadits.com, kalau Al-Quran disebutkan dengan nazzala yang menunjukkan makna turun secara berulang-ulang dengan ulangan yang banyak, sedangkan kitab-kitab terdahulu disebutkan dengan nazala.
Karena kitab-kitab terdahulu diturunkan sekaligus, sedangkan Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, terpisah-pisah, dan terinci ayat demi ayat, hukum demi hukum dan surat demi surat.
Hal ini lebih berkesan dan lebih mendapat perhatian yang sangat dari orang yang Al-Quan diturunkan kepadanya. Seperti yang disebutkan oleh firman Allah SWT dalam pertengahan surat ini, yaitu:
“Berkatalah orang-orang yang kafir, ” Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datang kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Al Furqaan:32-33)
Karena itulah Allah menemakan Al-Quran dalam ayat ini dengan Al-Furqan, sebab Al-Quran membedakan antara perkara yang hak dan yang batil, membedakan antara jalan petunjuk dan jalan kesesatan, dan membedakan antara jalan yang menyimpang dan jalan yang lurus, serta membedakan antara yang halal dan yang haram.
Firman Allah SWT :
“kepada hamba-Nya.” (Al Furqaan:1)
Kata sifat ini mengandung makna pujian dan sanjungan karena di-mudafi-kan kepada predikat kehambaan yang berarti hamba Allah, sebagaimana hal ini disebutkan pula dalam salah satu keadaannya yang paling mulia, yaitu saat ia di-Isra-kan, melalui firman-Nya:
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam.” (Al -Israa’:1)
Sebagaimana disebutkan pula pujian ini di saat ia sedang berdoa melalui firman-Nya:
“Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.” (Al Jin:19)
Sebagaimana disebutkan pula predikat ini saat wahyu diturunkan kepadanya dan malaikat turun menemuinya, melalui firman-Nya:
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al-Furqaan:1)
Adapun firman Allah SWT :
“agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al -Furqaan:1)
“Yakni sesungguhnya dia (Nabi Saw.) dikhususkan oleh Allah untuk menerima Kitab yang mufassal, mulia, menjelaskan, lagi muhkam.
Yang tidak datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.” (Al- Fushilat:42)
Yaitu Kitab yang dijadikan sebagai Furqan yang besar, tiada lain hal ini agar ia mengemban risalah secara khusus ditujukan kepada orang-orang yang bernaung di bawah pohon-pohon yang hijau dan orang-orang yang hidup di padang sahara (yakni semua bangsa), sebagaimana yang disebutkan oleh salah satu dari sabdanya yang mengatakan:
Aku diutus kepada bangsa yang berkulit merah dan berkulit hitam.
Dan sabda lainnya yang mengatakan:
“Sesungguhnya aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi sebelumku.”
Yang antara lain disebutkan:
Dahulu seorang nabi diutus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus kepada seluruh umat manusia.
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al A’raf:158), hingga akhir ayat.
Yakni Tuhan yang mengutusku adalah Allah Yang memiliki langit dan bumi, yang berfirman kepada sesuatu, “Jadilah,” maka terjadilah dia, Dialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan.
Wallahu a’lam bishshawab.