TAFSIR & HADIST

Benteng Pembatas Ya’juj dan Ma’juj

ASSAJIDIN.COM — Ini kisah Zulkarnain membangun benteng pembatas Ya’juj dan Ma’juj.

Allah SWT berfirman:

قَالَ مَا مَكَّنِّى فِيهِ رَبِّى خَيْرٌ فَأَعِينُونِى بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا () ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ ٱلصَّدَفَيْنِ قَالَ ٱنفُخُوا۟ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُۥ نَارًا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا () فَمَا ٱسْطَٰعُوٓا۟ أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا ٱسْتَطَٰعُوا۟ لَهُۥ نَقْبًا

Qola ma makkanni fihi robbi khoirun fa’a‘inuni bi quwwatin aj‘al bainakum wa bainahum rodma (95) Atuni zubarol hadid. Hatta idza sawa bainas shodafaini qolan fukhu. Hatta idza ja‘alahu naron qola atuni ufrigh ‘alaihi qithro (96) Famas tho‘u ay yazhharuhu wa mastatho‘u lahu naqba (97)

Artinya:

“Zulkarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhan kepadaku itu lebih baik. Maka bantulah aku sekuat tenaga agar dapat membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.” 

Foto : Republika.id

 

Hingga apabila besi itu sudah sama rata dengan kedua gunung itu, dia berkata, “Tiuplah!” Hingga apabila ia sudah menjadikannya api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga agar kutuangkan ke atasnya”.

Maka, mereka tidak mampu mendakinya dan mereka tidak mampu (pula) melubanginya.” (QS: Al-Kahfi ayat 95-97)

Pada ayat sebelumnya dinding yang diminta oleh masyarakat Cina kepada Zulkarnain dengan menggunakan kata saddain ‘dua dinding’.

Akan tetapi, Zulkarnain, menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, menawarkan hal yang lebih baik dan kokoh.

Hal ini tergambar dalam kata rodma (ردما). Ia adalah sesuatu yang diletakkan di atas sesuatu yang lain sehingga saling berdempet.

Menurut Syekh Nawawi Banten dalam Murah Labid, Zulkarnain mengeduk pondasi benteng atau dinding kokoh tersebut.

Tinggi benteng itu setinggi dua gunung, dan panjangnya sepanjang 100 farsakh, sekitar 554 kilometer. Selain besi, besi dan tembaga, dinding ini juga terdiri atas bebatuan.

Menurut Quraish Shihab, batu tidak disebutkan dalam ayat ini karena besi merupakan unsur yang terpenting, dan tidak semudah menemukan batu, sekaligus untuk menyebutkan kekokohannya.

 

Foto : Muslim.or.id

 

Tembok Cina

Lihat Juga :  Perintah Mencari Rezeki yang Halal

Sementara itu, Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir berpendapat bahwa bangunan Zulkarnain itu adalah tembok Cina yang agung yang dibangun pada abad ke-3, sepanjang 3.300 kilometer, dengan ketebalan 25 kaki di bagian bawahnya dan bagian atasnya 15 kaki, dan dengan tinggi sekitar 15 kaki.

Ada hal penting yang ditulis Quraish Shihab terkait Zulkarnain yang menolak menerima imbalan membangunkan benteng atau dinding penghalang Ya’juj dan Ma’juj.

Menurutnya, betapapun kekuatan yang dimiliki dan betapapun kekayaan yang dikuasi seorang penguasa, itu semua lemah dan tidak ada manfaatnya dalam membangun suatu masyarakat kalau tidak disertai dengan partisipasi semua anggotnya.

Sebaliknya, walaupun masyarakat lemah dalam pengetahuan, tidak memahami banyak uraian, lagi tidak atau belum berdaya -seperti masyarakat yang ditemui Zulkarnain-partisipasi mereka tetap diperlukan.

Tanpa imbalan, di hadapan mereka yang tidak mengerti, lalu membuatkan yang lebih baik, sekaligus mendidik mereka melalui partisipasi, itulah yang dilakukan oleh penguasa adil.

Menurut Quraish Shihab, dikutip dari Islami.co, hal ini berbanding terbalik dengan yang lumrah terjadi dewasa ini. Banyak pemborong bangunan, bahkan penguasa yang telah bermandikan uang. Mereka masih saja menyusahkan rakyat atau bawahannya. Pantas Al-Qur’an mencantumkan kisah Zulkarnain ini agar diteladani.

Foto : Khazanah – Republika

 

Asal Usul 

1. Anak yang membangkang

Mengutip Detik.com, kisah asal usul kaum penghancur bumi ini diceritakan dalam buku Fitnah Dajjal & Ya’juj dan Ma’juj: Mengungkap Misteri Kemunculan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj yang ditulis oleh Lilik Agus Saputro.

Diketahui, ternyata kelompok ini sudah ada sejak zaman nabi. Berawal dari kisah wafatnya Nabi Nuh AS yang memanggil seluruh anaknya.

Kemudian, Nabi Sulaiman AS pun membantunya untuk memanggil mereka tetapi hanya satu anak yang memenuhi panggilan tersebut.

Dua anak lain, Ham dan Yafits, memilih untuk mengerjakan aktivitas mereka masing-masing.

Salah satunya, Yafits, memilih untuk bersama istrinya. Hal inilah yang membuat Allah SWT menurunkan ganjaran pada mereka.

2. Kelahiran Sannaf

Hingga tibalah suatu hari, Yafits melanjutkan hidupnya bersama sang istri dan memiliki keturunan yang diberi nama Sannaf.

Lihat Juga :  Pesan-Nya kepada Seluruh Alam

Namun, seiring berjalannya waktu dan Sannaf bertumbuh besar, mulai nampak keganjilan darinya.

“Kelak sudah besar, sosok Sannaf ini mengalami keganjilan. Ia tumbuh tidak seperti manusia normal lainnya. Anak inilah yang kemudian disebut dengan Ya’juj dan Ma’juj,” tulis buku tersebut.

Sannaf yang tumbuh besar pun mulai memiliki banyak keturunan. Selain wujudnya yang ganjil, para keturunan Sannaf pun memiliki nafsu makan yang tidak normal. Mereka tidak pernah merasa kenyang dan puas.

3. Kelompok yang meresahkan

Para kelompok keturunan Sannaf yang kemudian dikenal dengan Ya’juj dan Ma’juj pun mulai menghabiskan air di sekitar mereka.

Hal ini meresahkan masyarakat sekitar karena dianggap menghabiskan seluruh sumber daya alam.

Masyarakat sekitarnya pun mengalami krisis air dan makanan. Tidak sampai di situ, sejumlah kerusakan alam pun terjadi di mana-mana.

Melalui keadaan ini, Allah SWT mengutus Nabi Zulkarnain AS dengan berbaur dengan masyarakat tersebut.

Mereka pun diminta Nabi Zulkarnain untuk meninggalkan wilayah tersebut. Selain itu, Nabi Zulkarnain juga diutus untuk mendirikan bangunan atau dinding yang terbuat dari tembaga dan besi. Bangunan tersebut yang digunakan untuk mengurung Ya’juj dan Ma’juj.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Kahfi ayat 94 :

قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّ

Artinya: “Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?”

Atas izin Allah, dinding tersebut terjaga kekuatannya hingga waktu yang ditentukan Allah SWT untuk terbuka yakni, menjelang datangnya hari kiamat kubra. Kuasa Allah SWT telah membentengi keberadaan mereka dari kita.

Sebagai seorang muslim, keberadaan Ya’juj dan Ma’juj wajib diyakini. Keyakinan inilah yang membantu muslim menyiapkan diri menghadapi hari kiamat dengan selalu taat pada aturan-Nya.

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button