Taawun Tolong Menolong dalam Islam
AsSAJIDIN.COM — Suatu masyarakat niscaya akan merasa nyaman dan sejahtera apabila dalam kehidupan bermasyarakatnya tertanam sikap Ta’awun dalam pribadi setiap individunya.
Ta’awun ini telah menjadi ajaran utama dalam agama Islam sekaligus sebagai firman Allah SWT dalam Al-Quran, misalnya pada surah Al-Maidah ayat 2 dan Al-Mujadalah ayat 9, yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah ayat 2)
Kemudian, dalam QS Al-Mujadalah ayat 9 berbunyi sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Artinya:
Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
Ada empat kelompok manusia dalam perihal ta’âwun ini. Yaitu:
Al-Mu’în wa al-Musta’în
Yaitu orang yang memberi pertolongan dan juga minta tolong. Orang ini memiliki sikap timbal balik dan inshaf (keseimbangan). Ia laksanakan kewajibannya, ia juga mengambil apa yang menjadi haknya. Ia seperti orang yang berhutang ketika sangat butuh, dan menghutangi orang lain ketika sedang dalam kecukupan.
Lâ Yû’in wa Lâ Yasta’în
Yaitu orang yang tidak mau menolong dan juga tidak minta tolong. Ia ibarat orang yang hidup sendirian dan terasing. Tidak mendapatkan kebaikan, tetapi juga tidak mendapatkan kejelekan orang. Dia tidak dicela karena tidak pernah mengganggu, tetapi tidak pernah mendapatkan kebaikan dan ucapan terima kasih karena tidak melakukan sesuat untuk orang lain. Namun posisinya lebih dekat pada posisi tercela.
Yasta’în wa Lâ Yû’in
Yaitu orang yang maunya minta tolong tetapi tidak pernah mau menolong. Ia adalah orang yang paling tercela, terhina, dan terendah. Ia sama sekali tidak punya semangat berbuat baik dan tidak punya perasaan khawatir mengganggu orang. Tidak ada kebaikan yang diharapkan dari orang tipe ini. Maka cukuplah seseorang dianggap hina jika ketidakberadaannya membuat orang lain lega dan merdeka. Ia tidak mendapatkan loyalitas dan ukhuwah. Di masyarakat, ia malah sering menjadi penyakit (‘biang kerok’) dan racun yang mengganggu.
Yû’in wa Lâ Yasta’în
Yaitu orang yang selalu menolong orang lain, namun dia tidak meminta balasan pertolongan mereka. Ini merupakan orang yang paling mulia dan berhak mendapatkan pujian. Dia telah melakukan dua kebaikan dalam hal ini, yaitu memberi pertolongan dan menahan diri dari mengganggu orang. Tidak pernah merasa berat di dalam memberi bantuan dan tidak pernah mau berpangku tangan ketika ada
orang lain butuh pertolongan.
Mau seperti apakah kita?