Memaknai Ma Fi Qolbi Ghairullah
ASSAJIDIN.COM – Sebagai umat muslim, ada banyak ungkapan bahasa Arab yang tak sadar sering detikers ucapkan, seperti alhamdulillah atau insyaallah. Selain itu, juga ada ungkapan lain yang tak kalah mengandung makna mendalam, yaitu ma fi qalbi ghairullah.
Kira-kira apa arti ma fi qalbi ghairullah dan makna di baliknya? Merujuk berbagai sumber, berikut detikSumut sajikan informasinya untukmu!
Arti Ma Fi Qalbi Ghairullah
Dalam bahasa Arab, ma fi qalbi ghairullah ditulis sebagai مَافِي قَلْبِي غَيْرُ الله (maa fii qolbii ghoirullah). Jika dilihat, kalimat tersebut terdiri atas lima kata yang masing-masing memiliki makna tersendiri.
Apabila ditelisik lebih lanjut, maka kelima kata tersebut memiliki arti
Maa (مَا) berarti ‘tidak’;
Fii (فِي) berarti ‘di dalam’;
Qolbii (قَلْبِي) artinya ‘hati saya’;
Ghairu (غَيْرُ) bermakna ‘kecuali’, ‘selain’, atau ‘melainkan’; dan
Allah (الله) berarti Allah.
Dari susunan kata tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa ma fi qalbi ghairullah artinya “tidak ada di dalam hati saya selain Allah”.
Perlu ketahui pula, ungkapan bahasa Arab yang satu ini sebenarnya bersanding dengan kalimat lain. Jadi, ungkapan lengkapnya adalah hasbi robbi jalallah ma fi qalbi ghairullah yang berarti “Cukuplah Allah yang mencukupkanku, Tuhan Yang Agung, tidak ada di hatiku selain Allah”.
Makna di Balik Ma Fi Qalbi Ghairullah
Meskipun tergolong singkat, kalimat maa fii qalbii ghairullah memiliki makna yang cukup mendalam. Di saat seorang muslim mengatakan bahwa tiada siapa pun di hatinya selain Allah, ini berarti ia telah sepenuhnya bergantung kepada Allah.
Sebagai seorang hamba, sudah sepatutnya manusia hanya menggantungkan segala urusan dan harapan kepada Allah SWT. Ini sudah jelas tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Insyirah ayat 8. Allah berfirman,
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب
Artinya: “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
Mengapa hanya boleh berharap kepada Allah? Alasannya tentu tiada makhluk yang sesempurna Dia. Manusia, sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya, tak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Bahkan keluarga atau sahabat karibmu bisa saja membuatmu kecewa. Namun, Allah berbeda dengan ciptaan-Nya. Bagi siapa saja yang penuh kepercayaan kepada-Nya, maka Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan mereka.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW juga telah mengingatkan agar tidak mencari pengakuan manusia. Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi Muhammad bersabda:
“Barangsiapa yang mencari rida Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari rida manusia tetapi Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia,”
Maksudnya, apabila detikers sibuk melakukan sesuatu dengan harap mendapat balasan dari manusia yang lain, maka suatu saat kamu pasti akan dizalimi atau dikecewakan oleh mereka. Sebaliknya, jika rida Allah yang kamu kejar, maka niscaya Allah sendiri yang akan menolongmu dari berbagai masalah, dan Dialah sebaik-baik penolong.
Dari sini, bisa dilihat bahwa bergantung kepada Allah merupakan sebuah kunci kebahagiaan hidup. Ketika hati seorang hamba hanya diisi dengan Allah, maka sungguh ia akan terbebas dari berbagai kekecewaan. Ini sudah dibuktikan oleh Nabi Zakaria seperti yang diceritakan dalam Surah Maryam ayat 4:
“Ia (Zakaria) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.'” (QS. Maryam, [18]:4).
(*/Sumber: detik.com)