TAFSIR & HADIST

Ikhlas dan Tobat

اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ

فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا

Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisaa’: 146).

 

ASSAJIDIN.COM — Kita awali dengan penjelasan dari Tafsir Kemenag berikut ini.

Tafsir Kemenag

Orang-orang munafik masih diberi kesempatan untuk bertobat selama ajal mereka belum tiba, asal mereka betul-betul menyesali perbuatan mereka atas dasar kesadaran yang keluar dari hati nurani mereka, dan memperbaiki perbuatan mereka dengan melakukan amal saleh dan berpegang teguh pada tuntunan Ilahi.

Dengan kata lain, ancaman Tuhan yang sangat keras itu tidak akan menimpa mereka, apabila mereka bertobat dan menyesali perbuatannya, kemudian melakukan perbuatan-perbuatan sebagai berikut:

1. Mereka betul-betul berusaha untuk melakukan amal saleh yang dapat menghilangkan noda kemunafikannya dengan selalu bersifat jujur, baik dalam berkata maupun dalam berbuat, dapat dipercaya, memenuhi janji, ikhlas terhadap Allah dan Rasul-Nya, dan tetap melakukan salat dengan khusyuk serta tekun, baik di hadapan orang maupun pada waktu sendiri-sendiri.

2. Berpegang teguh kepada ajaran Allah, yaitu meniatkan tobat dan amal saleh kepada keridaan Allah serta berpegang teguh pada Al-Qur’an, berakhlak mulia serta berperangai baik sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, menjalani semua perintah dan menjauhi segala larangan Allah.

3. Mengikhlaskan diri kepada Allah yaitu memohon pertolongan hanya kepada-Nya, baik pada waktu senang atau dalam keadaan susah.

Apabila mereka melakukan ketentuan-ketentuan tersebut, maka Allah berjanji akan memasukkan mereka ke dalam barisan orang-orang mukmin di hari kiamat, karena mereka telah beriman, dan beramal seperti orang-orang mukmin, bahkan mereka itu akan diberi pahala seperti pahala yang diterima oleh orang-orang mukmin.

 

Keutamaan Ikhlas

Mengutip dalamislam.com, berikut keutamaan ikhlas dalam Islam :

– Perintah Langsung dari Allah SWT

Ikhlas adalah perintah yang langsung diberikan oleh Allah SWT. Di mana ikhlas ini adalah melakukan segala sesuatu dengan hati tanpa meminta imbalan sedikit pun atas apa yang sudah dilakukannya. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT melalui surat Az-Zumar ayat 2 berikut:

Lihat Juga :  Allah Maha Pemberi Rezeki

اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَۗ

Artinya: ”Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar: 2).

– Syarat Utama Diterimanya Ibadah

Ikhlas menjadi syarat utama diterimanya ibadah seseorang. Oleh karena itu, setiap umat Islam yang menjalankan ibadah haruslah dilandasi dengan rasa ikhlas. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 berikut:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah: 5).

– Sifat Dasar Nabi dan Rasul

Ikhlas adalah sifat dasar yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Di mana sikap ini mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat sedang berdakwah dan menjalankan agama Allah SWT.

Semuanya dilakukan dengan rasa ikhlas dan semata-mata hanya untuk Allah SWT. Sebagaimana sabda dari Nabi Muhammad SAW berikut ini:

“Ällah SWT tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridho Allah semata.” (HR. Abu Daud dan Nasa’í).

 

Keutamaan Taubat

Menukil Detik.com, ada tiga keutamaan jika kita bertobat. Berikut penjelasannya :

1. Bentuk Kasih Sayang Allah terhadap Hamba-Nya

Artinya: “Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.”

Meskipun manusia adalah makhluk pendosa, Allah tetap menyayangi siapa saja yang mau mengingat dosa-dosa mereka dan kembali kepada-Nya.

Bahkan dalam Al-Quran surat An-Nisaa’ ayat 27, Allah membuka pintu pertobatan dan menginginkan manusia untuk bertobat.

وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً

Lihat Juga :  Penyesalan Orang Kafir Pada Hari Kiamat 

Artinya: “Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.”

Dikutip dari laman resmi NU Online, Senin (20/3/2023), Syekh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi menjelaskan, maksud ayat tersebut adalah Allah menghendaki menerima pertobatan kalian, akan tetapi orang-orang yang mengikuti syahwat menghendaki kalian melakukan penyimpangan secara besar.

Lalu mereka juga menghendaki agar kalian lebih banyak melakukan penyimpangan daripada mereka, karena mereka tetap ingin menjadi lebih baik daripada kalian.

2. Diberi Ampunan oleh Allah SWT

Sesungguhnya pintu maaf dari Allah terbuka seluas-luasnya dan berlaku pada setiap hamba-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Pemaaf.

Bagi siapa saja yang ingin memperbaiki kesalahannya yang telah lalu, Allah akan membukakan pintu maaf untuknya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat An Najm ayat 32,

إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.”

Hal tersebut juga ditegaskan dalam Al- Quran surat Al Isra ayat 25,

فَإِنَّهُ كَانَ لِلأَوَّابِينَ غَفُوراً

Artinya: “Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.”

3. Dijauhkan dari Azab Allah

Allah mendatangkan azab dari siapa saja yang lalai terhadap perintah-Nya dan juga mengingkari-Nya. Namun, Allah juga memberi tahu hamba-Nya bahwa mereka harus berikhtiar dan tidak boleh berputus asa atas rahmat Allah.

Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Az Zumar ayat 53-54,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

Artinya: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.”

 

Wallahu a’lam bishshawab.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button