Tak Hanya Anak, Ternyata Orangtua Juga Dapat Berbuat Dosa Pada Anak Jika Melakukan Hal-Hal Seperti Ini

ASSAJIDIN.COM –Rasulullah SAW bersabda pada hadits tentang orang tua yang menelantarkan anaknya, “Seseorang dikatakan telah cukup berbuat dosa bilamana menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya,” (H.R. Abu Daud dan Nasa’i).
Hadist diatas memberitahu bahwasanya orangtua tidak boleh memperlakukan anak seenaknya.
Ternyata bukan anak saja yang bisa durhaka kepada orangtua, akan tetapi orangtua juga bisa berbuat dosa kepada anak jika melakukan tindakan tindakan buruk yabg dapat melukai anak.
Bagi orangtua yang saat ini sedang belajar menjadi orangtua yang baik, ingat selalu bahwa ada hak anak yang perlu kita penuhi. Dan didiklah anak sesuai zaman dan usianya.
Menurut Habib Husein Ja’far Al Hadar mengatakan Seandainya mereka punya impian, di mana impian tersebut masih sejalan dengan nilai-nilai dalam Islam, maka dukunglah.
“Seringkali seorang anak berucap dan punya fikiran ya Allah kok orangtua ku kok jahat sih, kadang saat fikiran itu muncul kita langsung beristighfar. Karena kita takut digolongkan sebagai orang durhaka sama orangtua, padahal ada sebagian orangtua yang tidak baik perlakuannya kepada kita yang kita rasakan,”katanya.
Seringkali juga orangtua memaksa anak untuk agar anak menjalankan cita-cita mereka yang tidak tercapai. Mereka menghujamkan egonya terhadap kita karena cita-citanya. Sehingga dari kecil dipaksa untuk menjadi apa yang orangtua inginkan bukan seperti yang Allah berikan kepada kita sebagai potensi diri.
Istilah anak durhaka terhadap orangtuanya seringkali di dengar, namun apakah ada istilah orangtua berdosa terhadap anaknya?
Sayyidina Umar bin Khatab pernah didatangi oleh seorang anak yang berkata “wahai Amirul Mukminin, Apakah tidak ada orangtua yang durhaka terhadap anaknya. Sehingga aku aku ini diperlakukan begitu buruk bahkan sejak dinama oleh orangtua ku.
Kemudian, Umar bin Khatab mengatakan bahwa sebagaimana anak bisa durhaka kepada orangtuanya jika si anak tidak melakukan kewajibannya terhadap orangtua maka bisajadi orangtua durhaka terhadap anaknya jika orangtua tidak menunaikan hak anak yang ada pada orangtuanya.
Seorang anak memiliki hak yaitu dijaga ketika masih dalam keadaan janin, sebagaimana dalam surah Ali Imron adalah orang tua harus mendidik anaknya dalam hal kepatuhan kepada Allah SWT, memberikan pendidikan kepada anak supaya menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Sebab, manusia yang paling mulia di mata Allah SWT merupakan orang yang bertakwa kepada-Nya (laki-laki maupun perempuan) bukan berdasarkan dari jenis kelaminnya.
Jika orangtua tidak memenuhi hak anak, maka orangtua akan menanggung semua dosa anaknya. Terlebih jika seorang anak tidak memahami Al Quran.
Kemudian, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. (H.R. Ali Bin Abi Thalib).
Tugas orangtua hajyalah memagari dan membimbing anaknya dari hal-hal yang bertentangan dengan Allah dan Rosulnya, dengan kemanusiaan dan lain sebagainya. Selama tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai agama, maka biarkan anak tumbuh dengan potensi yang ada pada dirinya dan zamannya.
Karena tugas orang tua adalah mendidik bukan memaksa, Sehingga anak akan tumbuh dengan maksimal dan tumbuh dengan kesadaran bukan karena ketertekanan dan bersyukur atas hidupnya.
Dosa orang tua terhadap anak lainnya yaitu mendoakan yang buruk. Saat sakit hati, lebih baik diam untuk menahan diri dari mendoakan yang buruk. Rasulullah SAW melarang orang tua mendoakan anaknya buruk. Apabila Allah kabulkan, maka bisa menyesal. Penyesalan datang di akhir.
Berhati-hatilah ketika berkata. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari bersabda bahwa, keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (Hadist riwayat Bukhari)
Mengatakan kalimat buruk kepada anak dapat menyebabkan kepercayaan dirinya runtuh. Efeknya pun bisa bertahan hingga ia dewasa. Ia merasa tidak dicintai, tidak mengetahui harga dirinya, minder, hingga menarik diri dari lingkungan sosial.(TRI JUMARTINI)