Hadir di Kota Palembang, Hubabah Ummu Salim bin Hafidz Jabarkan Makna QS Al Hujurat 11-12
AsSAJIDIN.COM— Hadir di tengah ribuan masyarakat di Kota Palembang, Hubabah Ummu Salim Bin Hafidz yang juga istri Al Habib Umar bin Hafidz dan putri dari Al Habib Muhammad Al Hadar memberikan beberapa nasihat kehidupan sebagai bekal di akhirat.
Terhadap ilmu, Rasulullah SAW membagi lima tingkatan manusia. Secara berurutan, tersebut yang pertama adalah yang tertinggai: Alim, pelajar, pendengar, pecinta, dan celaka. Sesuai sabdanya:
“Kalau kita bukan menjadi orang yang alim, maka tidak apa menjadi pelajar, jika tidak bisa menjadi pelajar maka jadilah pendengar, pergi ke majelis ilmu jika kamu buta tulis ataupun membaca. Dengarkan majelis ilmu,”ucap Hubabah dalam berbahasa arab,Sabtu(26/8/23)
Dirinya mengatakan, jika tidak dapat pergi menjumapi majelis ilmu dikarenakan tidak memiliki sarana perhubungan atau memiliki badan yang lemah atau majelis ilmu di tempat yang jauh maka dikatakan oleh Sayyidina Nabi Muhammad jadilah pencinta.
“mencintai kepada ilmu-ilmu agama, mencintai para ulama yang menyampaikan materi-materi tersebut, mencintai keberadaan majelis-mejelis taklim. Biarkanlah cinta berada didalam hatimu,”ucapnya.
Nakun, ia ingatkan untuk jangan jadi yang kelima, yaitu orang yang membenci kepada ulama, marah terhadap ulama, mengejak ulama, melecehkan ulama, membenci keberadaan majelis-majelis taklm. Karena hal itu akan mencelakakan diri sendiri dan menjerumuskan kedalam kehancuran.
Terdapat satu ayat Al Quran yang mempertegas bahwa Allah Swt membenci orang yang suka menjelekkan orang lain.
Dalam Quran Surah Al Hujurat ayat 11 “Hai orang-orang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kamu yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan). Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lainnya, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain. Dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim,” (QS. Al Hujurat :11)
Ia mengajak agar terus berprasangka baik terhadap Allah dan hamba-hamba Allah.
“Tidak ada keburukan di antara keburukan ini
Orang yang berprasangka baik pasti benar meskipun ia salah. Dan orang yang berprasangka buruk pasti salah meskipun ia benar,”ucapnya.
selama mengucapkan lailahaillah maka wajib kita berprasangka baik pada Allah meski sekalipun buruk seorang itu.
Allah swt berfirman tinggalkanlah dari semua prasangka dan jangan cari keburukan orang.
Dalam QS Al Hujurat ayat 12 disebutkan :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
“Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang,””ujar nya dalam rangka Cahaya dari Tahrim.
Rasululah bersabda:
Barang siapa yang melihat aib sendiri maka ia akan terpalingkan dari aib orang lain.
Bukankah Allah akan membantu menutupi kesalahan dan aib seseorang ketika seseorang tersebut mampu menutupi kesalahan dan aib saudaranya? Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi menyebutkan:
“Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) beban kesulitan seorang muslim dari kesulitan-kesulitan duniawinya, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya beban kesulitannya di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba yang selalu ia menolong saudaranya. Demikian yang dapat kami sampaikan sekilas tentang larangan mencari cari kesalahan orang terima kasih dan mohon maaf apabila terjadi kekeliruan. (Tri jumartini)