SYARIAH

Apa itu Aqsamul Quran? Begini Penjelasannya

AsSAJIDIN.COM —   Pengertian Aqsamul Qur’an

Kata aqsam merupakan bentuk jamak dari qasam. Menerut Bahasa, artinya sumpah. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan qasam. Adapun maksud penggunaan qasam /aqsam adalah untuk memperkuat maksud sesuatu dengan menyebutkan sesuatu yang memiliki posis yang lebih tinggi dengan menggunakan huruf wawu, ba, atau lam. begitu pentingnya qasam/aqsam, dalam Ulum Al-Qur’an masalah ini menjadi bab tersendiri yang biasa disebut dengan Aqsam Al-Qur’an.

Bersumpah ialah mengucapkan kalimat sumpah. Bersumpah merupakan salah satu upaya yang dilakukan manusia dalam rangka meyakinkan orang lain bahwa dia berada di atas kebenaran. Artinya dia bersungguh-sungguh sedang serius, tidak bohong, atau bergurau, dan sebagainya. Dengan diucapkan sumpah oleh oleh seseorang maka orang lain yang pada mulanya ragu atau takpercaya tentang informasi yang disampaikannya, menjadi percaya dan meyakini kebenaran berita yang dibawanya.

Jika demikian halnya, maka bersumpah boleh disebut suatu mekanisme yang teramat penting dalam berkomonekasi antar sesama manusia sebab kepercayaan orang lain sangat diperlukan. Manusia dengan segala kekurangan dan keterbatasannya sulit sekali membebaskan dirinya secara penuh dari kesalahan dan kealpaan. Inilah cikal bakal lahirnya perbuatan dosadarinya. Dalam upaya membela dirinya dari kesalahan dan kealpaan itu, maka salah satu mekanisme yang harus ditempuhnya ialah bersumpah atas nama Allah.

Jadi manusia bersumpah untuk membuktikan bahwa dia benar, sehingga orang lain mempercayai berita yang dibawanya. Sampai disini tidak ada persoalan. Problem segera timbul bila sumpa itu datang dari Allah, karena kita memercayai sepenuh hati, bahwa Allah maha sempurna, maha benar, dan sekalikali takpernah curang apalagi bohong.

Al-Qur’an turun dengan Bahasa Arab yang digunakan oleh masyarakat yang di temuinya pertama kali. Mereka antara lain menggunakan apa dinamai taukid/Pengukuhan dalam penyampaian berita. Taukid pun bertingkat-tingkat disesuaikan dengan sikap mitra bicara. Jika dia belum mengambil sikap, maka Taukid kalaupun akan digunakan cukup dengan ala kadarnya, misalnya menambahkan pada awal kalimat huruf Inna/sesunggugnya. Tetapi jika keraguan/penolakan telah mencapai tingkat yang amat tinggi, maka redaksi pengukuhan semakin diperlukan.Dalam Al-qur’an ditemukan tidak kurang dari empat puluh Muqsam bihi. Kebanyakan yang menggunakan huruf wauw (و) (dibarengi dengan muqsam bihi yang bersifat material/kenyataan empiris yang dapat terjangkau. Misalnya wa al-fajr, wa asy-syams, wa al-lail idza yaghsya, wa al-ashr, dan lain-lain sedang hurf Ta (ت (hanya digunakan berbarengan dengan muqsam bihi yang berlafadz Allah.

A. Rukun-rukun Aqsamul Qur’an

Sighat qasam yang asli itu terdiri dari tiga rukun yaitu:

1. da fi’il qasam yang di muta’addikan dengan huruf ba’. Dalam percakapan sehari-hari atau dalam ayat al Quran, sumpah itu tidak terlalu lengkap mencakup rukun tersebut. Kadang-kadang fi’il qasamnya dibuang/tidak disebutkan. Tetapi dalam Al-Qur’an, penggunaan huruf ba’ ini hanya terjadi jika fi’il qasamnya disebutkan. Sumpah yang menggunakan wau ini tidak perlu menggunakan lafad aqsama, ahlafa. Sebaliknya huruf itu harus digunakan kata yang jelas, bukan pengganti.

2. Ada muqsam bih (penguat sumpah), yaitu sumpah itu harus diperkuat sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah. Misalnya dengan menggunakan lafal Allah yang di contohkan dalam surat Yunus ayat 53 yang artinya: “Dan mereka menanyakan kepadamu: “Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: “Ya, demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)”. (QS. Yunus ayat: 53)

3. Ada muqsam ‘alaihi (berita yang diperkuat dengan sumpah itu), yaitu ucapan yang ingin diterima/dipercaya orang yang mendengar, lalu diperkuat dengan sumpah tesebut.4 Misalnya dalam QS. Adz-Dzahiriyat 1-6. Yang artinya: “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat * dan awan yang mengandung hujan *dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah * dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan * Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar * dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.” (QS. Adz-Dzariyat: 1-6) • Keadaan Muqsam Bih Dr. Bakri Syekh Amin dalam buku At Ta’bir Alfan fil Qur’an menceritakan bahwa kebiasaan sumpah orang-orang arab jahiliyah yang selalu memakai muqsam bih selain Allah, misalnya dengan umurnya, kakeknya, hidupnya, kepala dan sebagainya. Maksud sumpah orang Arab Jahiliyah tersebut adalah untuk memuliakan hal-hal yang dijadikan muqsam bih itu.

Lihat Juga :  Kaki Kena Alergi, Bolehkan tidak Membasuhnya Saat Berwudhu?

Menurut kebiasaan, mereka memang memuliakan hal tersebut. Sejalan dengan kebiasaan orang Arab itulah, dalam Al Qur’an juga kadang-kadang terdapat qasam seperti qasam orang Arab Jahiliyah. Misalnya yang terdapat dalam surat Al Hijr ayat 72 Padahal menurut peraturan muqsam bih, sumpah itu seharusnya memakai nama Allah SWT, Dzat atau sifat-sifat-Nya, terutama bagi sumpah manusia. Sebab ada larangan bersumpah dengan muqsam bih selain Allah, yang dihukumi musyrik. Hal itu berdasarkan hadits riwayat Umar: yang artinya: barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka berarti dia telah kafir atau musyrik (H.R. Tirmdzi)

Bagi Allah boleh bersumpah dengan apa saja. Sebab, muqsam bih itu harus berupa sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah. Sedang bagi Allah yang Maha Agung tidak ada yang harus diagungkan oleh-Nya. Sehingga dia boleh bersumpah dengan Dzat-Nya ataupun makhluk-Nya, tetapi tidak untuk mengagungkan makhluk itu. Melainkan supaya manusia mengerti bahwa makhluk/benda yang dijadikan muqsam bih Allah SWT. itu adalah benda yang penting dan besar artinya.

Keadaan Muqsam Alaihi Muqsam Alaih adalah berarti yang diikutkan dengan sumpah atau di sebut juga jawaban sumpah. Ada empat hal yang harus dipenuhi musam alaih, yaitu:

a. Muqsam ‘alaih/berita itu terdiri dari hal-hal yang baik, terpuji atau hal-hal yang penting.

b. Muqsam alaih itu sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah. Jika muqsam ‘alaih tersebut dalam setiap bentuk sumpah. Jika muqsam ‘alaih tersebut kalimatnya terlalu Panjang maka muqsam ‘alaih boleh dibuang.

c. Jika jawaban qasamnya berupa fi’il madhi mutaharrif yang positif (tidak dinegatifkan), maka harus dimasuki huruf “lam”dan “qad”.

d. Materi isi muqsam ‘alaih itu bias bermacam-macam, terdiri dari berbagai bidang pembicaraan yang baik-baik dan penting-penting.

Dalam Al-Qur’an, muqsam ‘alaih terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

a. Pokok-pokok keimanan dan ketauhidan.

b.Penegasan bahwa Al-Qur’an itu adalah bener-benar mulia.

c. Keterangan bahwa Rasulullah Saw. itu adalah benar-benar utusan Allha.

d. Penjelasan tentang balasan, janji dan ancaman yang benar-benar akan terlaksana.

e. Keteranagan tentang ikhwal manusia.

 

B. Macam-macam Aqsamul Qur’an

Dilihat dari segi fi’il nya, qasam Al-Qur’an itu ada dua macam sebagai berikut:

a. Qasam Dhahir Qasam Dhahir adalah sumpah yang di dalamnya disebut fi’il qasam dan muqsam bihnya. Dan diantaranya ada yang dilihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya karena dicukupkan dengan huruf jar berupa wawu, ba’(و(dan Ta’)ت )contohnya seperti dalam surat Al-Qiyamah ayat 1-2 berikut:

وَلَاۤ اُقۡسِمُ بِالنَّفۡسِ اللَّوَّامَةِؕ َ لَاۤ اُقۡسِمُ بِيَوۡمِ الۡقِيٰمَ

b.Qasam Mudhmar Qasam Mudhmar adalah sumpah yang di dalamnya

tidak di jelaskan fi’il qasam dan tidak pula Muqsam bih, tetapi ia di tunjukkan oleh “lam taukid” yang menunjukkan sebagai jawaban qasam contohnya seperti dalam surat Ali Imran ayat 186: لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ

Dilihat dari segi Muqsam bihnya, maka qasam ada tujuh macam yaitu :

Qasam dengan dzat Allah SWT. Atau sifat-sifat-Nya yang terdapat pada 7 ayat, diantaranya seperti dalam surat Al-Hijr ayat 92. ْ فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

Artinya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,

a. Qasam dengan perbuatan-perbuatan Allah SWT. Seperti dalam sutat As Syam ayat 5. Yang artinya: dan langit serta pembinaanya

b. Qasam dengan yang dikerjakan Allah SWT. Seperti dalam surat Ath- Thur ayat 1.

c. Qasam dengan malaikat-malaikat Allah SWT. Seperti dalam surat AnNaazi’aatayat.1-3 yang artinya 1. Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut nyawa dengan keras 2. Dan (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut 3. Dan (Malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat.

Lihat Juga :  Hukum Satu Kurban untuk Satu Keluarga

d. Qasam dengan Nabi Allah SWT. Seperti dalam surat Al-Hijr ayat 72. ِ Qasam dengan makhluk Allah SWT. Seperti dalam surat At-Tin ayat 1-2 yang artinya 1. Demi (Buah thiin) dan (buah Zaitun) 2. Dan demi bukit Sinai, Qasam dengan waktu, seperti dalam surat Ad- Dhuha ayat 1-2 yang artinya 1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik 2. Dan demi malam apabila telah sunyi.

 

 

C. Faedah Aqsamul Qur’an Qasam

Merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Qur’an al Karim diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya.

Maka dengan adanya qasam tersebut sedikitya diperoleh faedah-faedah sebagai berikut:

a) Berita itu sudah sampai pendengar dan kalau dia bukan orang yang apriori menolak, tentunya berita tersebut sudah diterima dan dipercaya karena sudah diperkuat dengan sumpah, apalagi memakai nama Allah SWT.

b) Pemberi berita sudah merasa lega, karena telah menaklukkan pendengar dengan cara memperkuat berita-beritanya dengan sumpah atau dengan beberapa taukid (penguat). Hal ini berbeda sebelum dia bersumpah, jiwanya masih merasa kecewa, karena beritanya belum diterima pendengar.

c) Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, menurut Dr.Bakri Syekh Amin berarti memuliakan atau mengagungkan Allah SWT. karena telah menjadikan nama-Nya selaku Dzat yang diagungkan sebagai

Faedah Aqsamul Qur’an Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Qur’an al Karim diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Maka dengan adanya qasam tersebut sedikitya diperoleh faedah-faedah sebagai berikut:

a) Berita itu sudah sampai pendengar dan kalau dia bukan orang yang apriori menolak, tentunya berita tersebut sudah diterima dan dipercaya karena sudah diperkuat dengan sumpah, apalagi memakai nama Allah SWT.

b) Pemberi berita sudah merasa lega, karena telah menaklukkan pendengar dengan cara memperkuat berita-beritanya dengan sumpah atau dengan beberapa taukid (penguat). Hal ini berbeda sebelum dia bersumpah, jiwanya masih merasa kecewa, karena beritanya belum diterima pendengar.

c) Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, menurut Dr.Bakri Syekh Amin berarti memuliakan atau mengagungkan Allah SWT. karena telah menjadikan nama-Nya selaku Dzat yang diagungkan sebagai

Telaah khusus ayat sumpah pada Qs Al-Ashr:103 yang artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Surat Al ‘Ashr merupakan sebuah surat dalam Al Qur’an yang banyak dihafal oleh kaum muslimin karena pendek dan mudah dihafal. Namun sayangnya, sangat sedikit di antara kaum muslimin yang dapat memahaminya. Padahal, meskipun surat ini pendek, akan tetapi memiliki kandungan makna yang sangat dalam. Sampai-sampai Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata ”Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka. Menurut Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, ”Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar”. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button