Akhlak Mempengaruhi Keberkahan Ilmu
ASSAJIDIN.COM — Manakah yang lebih penting antara ilmu atau akhlak? atau pernyataan yang mengatakan “Tiada guna berilmu tapi tak berakhlak”
Pertanyaan ini sering muncul dalam benak kita tatkala melihat seseorang yang memiliki kepintaran tapi tidak memiliki sopan santun.
terasa seperti ada yang cacat.
Abdurrahman bin Qasim, seorang pelayan Imam Malik bin Anas, menuturkan kesaksiannya selama menjadi pelayan beliau. Kata Abdurrahman, “Tidak kurang dua puluh tahun aku menjadi pelayan Imam Malik. Selama 20 tahun tersebut, aku perhatikan beliau menghabiskan 2 tahun untuk mempelajari ilmu dan 18 tahun untuk mempelajari akhlak. itu artinya begitu pentingnya berakhlak baik.
Imam Malik dan para ulama yang baik lainnya, selalu menjaga kualitas akhlaknya. Akhlak kepada Allah, Rasul, dan sesamanya. Ketinggian derajat, pencapaian ilmu yang mendalam, dan kebesaran wibawa, tidak membuat mereka merasa lebih mulia dan lebih baik dari orang lain.
tapi mengapa, seperti ada yang salah pada remaja kita saat ini. akhir-akhir ini sering terjadi kasus penganiyayaan terhadap tenaga pengajar yang dilakukan oleh muridnya sendiri. yang paling baru adalah kasus tentang seorang guru di Maluku Tenggah yang di Bully, kunci motor di ambil siswanya sendiri, dan di soraki beramai-ramai oleh siswa lain.
Miris memang melihatnya, dimana letak adab, sopan santun dan akhlak para remaja zaman sekarang, yang jauh dari akhlak baik. padahal keberkahan ilmu ada pada hati guru, jika guru Ridho terhadap murid-muridnya maka ilmu yang didapat pun akan terasa berkah.
ustadzah Hamidah atau yang lebih sering di panggil dengan sebutan Cek Dah, seorang kepala sekolah di SDI Baitur Rahmah Tangga Takat Plaju ini pun menjelaskan betapa pentingnya berakhlak. ia menjelaskan Meletakkan akhlak di atas ilmu menjadi tanggung jawab kita semua, sebagai anak pada orang tua, sebagai santri, siswa, maupun mahasiswa pada guru-gurunya, sebagai orang yang lebih muda pada yang tua atau sebaliknya.
Meletakkan akhlak menjadi sangat penting di saat terjadi degradasi moral: Pergaulan bebas tanpa batas, tawuran massal antar pelajar, sikap anarkis sebagian pelajar saat melakukan aksi unjuk rasa, dan seabrek fenomena lainnya yang ‘memaksa’ kita untuk jauh lebih lama dalam mempelajari akhlak.
Jika akhlak seseorang itu sedikit, maka masih jauh lebih baik dari ilmuwan namun menyimpan bara pelanggaran. Berapa banyak orang-orang yang berilmu luas, bertitel akademik, namun tak disangka ia terjerembab dalam kasus korupsi. Berapa banyak para cerdik pandai, kaum intelektual, namun semakin jauh dari kebenaran (Allah) karena buruknya perangainya.”
“Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat buruk, akhlak buruk,serta keangkuhan dan menjadikan kita insan yang berilmu dan berakhlak baik, cinta pada Allah, Rosul, orangtua, dan sesama. ” tutupnya.
(Ardillah Aquariani. MP)