Hanya Allah Tempat Berharap, Wa Ila Robbika Farghob
ASSAJIDIN.COM —
Surat Al-Insyirah ayat 8 yang berbunyi “wa ila robbika farghob” menyampaikan pesan tentang pengharapan kepada Allah SWT. Jika diterjemahkan, ayat tersebut mengandung arti ‘dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap’.
Berharap kepada Allah SWT merupakan bagian dari sikap tawakal. Umat Muslim menyerahkan segala urusannya kepada Allah setelah melakukan doa dan usaha yang maksimal.
Dengan bertawakal, umat Muslim akan ikhlas menerima apa pun hasil yang Allah berikan kepadanya. Berbeda dengan pasrah, sikap tawakal selalu disertai dengan doa dan usaha.
Surat Al-Insyirah mengajarkan setiap Muslim untuk mempunyai harapan dalam hidup. Agar lebih memahaminya, berikut isi kandungan Surat Al-Insyirah ayat 8 selengkapnya untuk Anda.
Isi Kandungan Surat Al-Insyirah ayat 8.
Surat Al-Insyirah merupakan golongan surat Makkiyah yang diturunkan sesudah surat Ad-Dhuha. Nama Insyirah diambil dari kata “alam nasyrah” yang berarti bukankah Kami telah melapangkan.
Pada ayat ke-8, surat ini menjelaskan tentang hakikat pengharapan kepada Allah SWT. Bunyi ayatnya adalah sebagai berikut:
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ
wa ila robbika farghob
Artinya: “dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
Menurut tafsir Wajiz, pada dasarnya ayat tersebut mengandung makna “Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau patut berharap dengan selalu bertawakal serta mengharap rahmat dan ridha-Nya.”
Sementara dalam tafsir Tahlili disebutkan bahwa ayat tersebut mengandung nasihat yang ditujukan kepada umat Muslim secara menyeluruh. Umat Muslim diperintahkan untuk tidak mengharap pahala dari amal perbuatannya, melainkan hanya mengharap ridha Allah SWT.
Dijelaskan dalam buku Mengenal Tuhan susunan H. Bey Arifin, rahmat dan kasih sayang Allah SWT sangatlah luas, meliputi seluruh alam. Oleh sebab itu, manusia dilarang untuk berputus asa dari-Nya.
Larangan untuk bersikap putus asa dapat dimaknai sebagai menaruh harapan kepada Allah SWT. Banyak dalil shahih yang menjelaskan tentang hal ini, salah satunya yaitu hadits Rasulullah yang berbunyi:
“Allah azza wa jalla mengatakan bahwa Aku sesuai persangkaan baik hamba-Ku.Maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sebagaimana yang ia mau” (HR. Ahmad)
Selain berputus asa, umat Muslim juga dilarang menaruh harapan kepada sesama manusia. Sebab, jika harapan tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi, maka bisa berakhir pada rasa kecewa dan sakit hati.
Berbeda ketika kita berharap kepada Allah, meski harapannya tidak sesuai dengan izin-Nya, maka kita tidak akan pernah kecewa. Sebab Allah selalu mengganti harapan tersebut dengan rencana-Nya yang lebih indah.
Allah adalah satu-satunya zat Yang Maha Sempurna dalam memberikan takdir. Dia selalu adil dalam menjawab setiap harapan dan doa hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, jangan pernah selingi harapan tersebut kepada manusia agar tidak berakhir kecewa. (*/SUMBER: KUMPARAN)