Khianat, Bentuk-bentuk Khianat, Sifat Akhlak Tercela dalam Islam
AsSAJIDIN.COM — Khianat adalah salah satu perbuatan buruk yang harus dijauhi oleh umat Islam. Secara istilah, khianat adalah perbuatan tidak jujur yang dilakukan dengan melanggar janji atau sumpah.
Menurut Mohammad Ridwan dalam buku Wawasan Keislaman: Penguatan Dikursus Keislaman Kontemporer, khianat artinya tidak menepati amanah. Ungkapan ini juga digunakan kepada orang yang suka mengambil hak orang lain.
Allah SWT sangat membenci orang yang berkhianat. Hal ini pun telah ditegaskan dalam Alquran surat Al Anfal ayat 28-29 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat- amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Dalam hadits lain juga disebutkan jika seseorang berbuat khianat, ia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Rasulullah SAW bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, sekalipun dia puasa, shalat, dan mengaku sebagai muslim: jika berbicara bohong, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khianat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Khianat ternyata ada banyak jenisnya, apa saja dan bagaimana umat Islam harus menyikapi orang yang berkhianat?
Menghimpun buku Ilmu Tasawuf: Penguatan Mental-Spiritual dan Akhlaq oleh Dr. H. Imam Kanafi, khianat terbagi menjadi tiga, yaitu:
Berkhianat kepada Allah: Orang yang mengaku beriman kepada Allah, tetapi tidak mengerjakan ibadah dan sering melanggar hukum Allah;
Berkhianat kepada Nabi Muhammad SAW: Orang yang mengaku telah beriman kepada Nabi Muhammad, tetapi perilakunya tidak sesuai dengan ajaran sunnah beliau;
Berkhianat kepada orang lain: Orang yang melanggar atau tidak menepati janjinya kepada orang lain.
Ketiga jenis pengkhiantan ini dapat menyebabkan rusaknya dunia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah berikut:
اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.” (QS. Al Baqarah: 11-12).
Disebutkan dalam buku Pendidikan Karakter: Mengembangkan Karakter Anak yang Islami oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri bahwa, cara menyikapi orang yang berkhianat adalah dengan bersikap tegas dan berlaku jujur. Allah SWT berfirman:
وَاِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْۢبِذْ اِلَيْهِمْ عَلٰى سَوَاۤءٍۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْخَاۤىِٕنِيْنَ
Artinya: “Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat.” (QS. Al Anfal: 58).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tindakan yang sebaiknya diambil dalam menyikapi orang yang berkhianat adalah dengan mencabut atau membatalkan perjanjian yang telah disepakati. Katakan dengan jujur kepada mereka alasan pembatalan perjanjian tersebut.
(*/sumber : kumparan)