KALAMLENTERAMUSLIMAH

Wahai Saudaraku, Jangan Kau Durhakai Ibumu

ASSAJIDIN.COM — Wahai saudaraku yang seiman, sebangsa dan setanah air.
Izinkan kami menceritakan sebuah ki sah kepada kalian.
Kisah tentang Alqamah, ahli ibadah yang durhaka kepada ibunya.
Saudara-saudaraku …
Ternyata setelah menikah kehidupan Alqamah berubah.
Ia sibuk dengan urusan rumah tangga nya.
Ia kurang memperhatikan ibunda yang masih hidup.
Dengan sedikit terpaksa, akhirnya sang ibu tinggal sendirian di sebuah pondok.
Meski sudah beberapa lama di pondok tetap saja Alqamah tidak menjenguk dan belum memberi santunan kepada sang ibu.
Sikap ‘cuek’ Alqamah ini membuat ibu nya kecewa.
Ia merasa berkecil hati terhadap sikap anaknya yang kurang memperhatikan dirinya itu.
***
Suatu hari, Alqamah mengalami sakit parah.
Semua keluarganya menjenguknya.
Sampai satu rumah Alqamah dipenuhi oleh sanak keluarganya.
Sayangnya, di rumah Alqamah tidak ada ibunda terkasih.
Rupanya sang ibu belum datang menemuinya.
Sedangkan Alqamah sendiri sudah da lam keadaan sakaratul maut.
Melihat kondisinya yang sudah mendekati kematian, para keluarganya mentalqin kalimat tauhid; Laa Ilaaha Illallaah.
Namun yang terjadi Alqamah tidak bisa mengikutinya.
Meski diulang secara berkali-kali,  Alqa mah belum juga dapat menirukannya.
Justru mulut Alqamah tertutup rapat.
Ia membungkam seribu bahasa.
Yang terlihat hanya wajahnya yang geli sah dengan kedua matanya yang sudah sangat membengkak.
Wajahnya itu seakan memberi pesan meminta tolong.
***
Melihat kondisi Alqamah yang semakin parah, membuat keluarga dan sahabatnya yang hadir merasa heran.
Sebab, mereka mengetahui Alqamah adalah sahabat Nabi Muhammad SAW  yang taat dan wara’.
Menurut mereka, Alqamah adalah teladan yang baik untuk ditiru semasa hidupnya.
Di waktu yang sama, sebagian sahabat yang hadir segera menghadap dan melaporkan kejadian ini kepada Baginda Rasulullah SAW.
Maka, Rasulullah pun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannnya.
Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah. ”
Akhirnya mereka berangkat ke rumahnya, ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah.
Langsung saja mereka laporkan kejadian ini kepada Rasulullah SAW.
Maka Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?”
Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta.”
Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu.’”
***
Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.”
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah.
Sesampainya di rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.
Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?”
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.”
Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.”
Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.”
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng.
Kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya.”
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”.
***
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu
Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.”
Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah.
Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.”
Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.
Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya,
Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia.
Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya.”
***
Wahai saudaraku …
Itulah sekelumit kisah Alqamah.
Semoga kisah ini memberi pelajaran berharga bagi kita semua.
Berbuat baiklah kepada kedua orangtua mu terutama ibumu.
Hormatilah ia.
Sayangilah ia.
Jangan pernah sekalipun kau menghardiknya apalagi berbuat melebihi itu.

Wallahu a’lam bishshawab. (*/dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button