Jangan Biarkan Konflik dalam Keluarga Berlarut-larut, Cepat Selesaikan dengan Bijaksana

Padahal konflik dalam keluarga harus diselesaikan dengan cepat dan tepat agar tidak memicu keretakan dalam rumah tangga.
Problema dalam keluarga merupakan situasi yang harus dihadapi, bukan dihindari. Jika dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin masalah tersebut nantinya dapat berujung pada
keretakan rumah tangga. Lantas, bagaimana cara menghadapi masalah keluarga dengan
tepat?
Dalam menghadapi masalah keluarga, upaya penanganan tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus penuh pertimbangan.
Ketika tindakan yang Anda lakukan kurang tepat, hal tersebut malah berpotensi membuat
masalah menjadi semakin besar dan runyam.
Berikut beberapa cara menghadapi masalah keluarga dengan benar.
1. Melatih Empati
Melatih empati merupakan salah satu solusi terbaik untuk anggota rumah tangga yang sering
bertengkar.
Sikap ini membantu melatih Anda dalam memaafkan serta memahami alasan di balik tindakan
pasangan atau anggota keluarga yang lain.
Sebagai contoh, mungkin pasangan Anda sering marah di rumah akibat besarnya tekanan yang diterima di tempat kerja. Dengan empati, Anda akan lebih bisa memahami apa yang dirasakan pasangan sehingga tidak balik membalasnya dengan amarah.
2. Ajak pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi
Dalam studi yang dirilis Iowa State University pada 2017, berdiskusi secara terbuka antara pihak yang terlibat masalah merupakan salah satu cara menghadapi masalah keluarga
dengan tepat. Anda bisa memulai sesi diskusi dengan meminta masing-masing orang menyampaikan apa yang dirasakannya secara jujur.
Ketika berdiskusi, jaga pembicaraan agar tetap fokus pada masalah dan tidak merembet
ke topik lain. Selain itu, pastikan setiap orang mendapatkan hak mereka untuk menyampaikan
pendapat.
3. Dengarkan pendapat tiap anggota
Cara Cepat Mengakhiri Konflik Rumah Tangga Kasus rumah tangga artis dan
pejabat seringakli diumbar ke publik. Konflik keluarga menjadi viral di media sosial dan
beragam komentar netizen berseliweran di jaga maya, ada yang prihatin, memberi
nasehat, ada yang mengecam, ada juga yang memakluminya dan banyak lagi. Kasus rumah
tangga artis Lesty dan pejabat Bupati Purwakarta yang menggugat cerai suaminya Kang Dedy misalnya menjadi buah bibir masyarakat.
Konflik sering kali bertambah besar ketika pendapat Anda disepelekan. Maka dari itu, cobalah untuk mendengarkan pendapat anggota keluarga dengan baik ketika mereka mencoba
untuk menyampaikan keluh kesahnya.
Beri kesempatan mereka untuk menyampaikan pendapatnya hingga selesai tanpa disela agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Ketika sedang berdiskusi untuk menghadapi masalah keluarga, Anda sebaiknya melakukan hal-hal berikut.
• Menjaga diri tetap tenang.
• Mengendalikan emosi dengan baik.
• Mendengarkan tiap poin yang disampaikan dengan baik.
• Menghargai perbedaan pendapat dalam keluarga.
• Menyampaikan pertanyaan di akhir apabila ada poin yang belum jelas.
• Apabila ingin memberi tanggapan, utarakan cerita dari sudut pandang Anda secara jujur dan jelas.
• Menahan keinginan untuk mengungkit masalah lain yang belum terselesaikan, terlebih jika tidak berkaitan.
4. Mengakui kesalahan dan meminta maaf Beberapa orang sering kali enggan mengakui kesalahan mereka dalam keluarga untuk menjaga gengsi atau harga diri, terlebih jika dilakukan oleh orangtua kepada anak.
Beberapa orangtua bahkan melakukan manipulasi dengan menyalahkan balik anak mereka. Sikap tersebut dapat membuat masalah dalam keluarga terus berkepanjangan. Selain itu, risiko renggangnya hubungan antara orangtua dan anak tentu akan semakin besar.
Cobalah untuk memahami seberapa besar tindakan Anda membuat orang lain sakit hati,
marah, dan kecewa. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah untuk mengakui kesalahan dan
meminta maaf.
5. Sampaikan niat untuk memperbaiki situasi Bagi beberapa orang, permintaan maaf mungkin tidak cukup untuk memperbaiki situasi.
Jika Anda berbuat salah, jangan lupa untuk menyampaikan niat Anda untuk memperbaiki situasi dan mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Dengan menyampaikan niat tulus untuk memperbaiki situasi, keseriusan Anda dalam
menyelesaikan masalah akan terlihat. Hindari memberikan janji-janji yang tidak
konkret karena ini dapat menjadi masalah baru ketika janji-janji tersebut tak terwujud di
kemudian hari.
6. Buat kesepakatan satu sama lain Kesepakatan dapat membantu mencegah masalah keluarga yang sama kembali terulang di masa depan.
Rundingkan konsekuensi apa saja yang akan diambil ketika masalah yang sama terjadi lagi.
Pastikan agar setiap pihak dalam keluarga yang terlibat masalah menyetujui kesepakatan
tersebut. Jika ada hal yang masih belum disetujui, minta kembali usulan hingga akhirnya ditemukan jalan tengah terbaik untuk semua pihak.
7. Ikuti konseling
Konseling pernikahan atau keluaga merupakan solusi terakhir yang bisa dijadikan pilihan
ketika Anda benar-benar merasa sudah tidak mampu menyelesaikan masalah.
Tenaga ahli seperti psikolog dan psikiater dapat menjadi pihak yang netral untuk mencari
jalan tengah.
Dalam konseling, terapis umumnya akan mengajak Anda mempelajari sejumlah kemampuan, seperti penyelesaian masalah, komunikasi dengan pasangan, hingga perbedaan antaranggota keluarga.
Namun, keberhasilan konseling tetap bergantung pada keinginan masing-masing individu untuk menyelesaikan masalah. Perlu diingat, sebagaimana dikutip dari hellosehat.com, keberhasilan dari cara menghadapi masalah di atas mungkin akan berbeda pada
masing-masing keluarga.
Semua bergantung pada penyebab konflik, watak masing-masing individu, dan niat untuk
menyelesaikan konflik.
Jika Anda mulai kewalahan untuk menyelesaikan konflik dalam keluarga, jangan sungkan
meminta bantuan psikolog atau psikiater untuk mencari jalan tengah. Penyelesaian masalah
sedini mungkin dapat mencegah masalah Anda semakin besar. (sumber: tabloid assajidin)