Cerita Para Veteran di Hari Pahlawan, Belum Sepenuhnya Merdeka
AsSAJIDIN.COM — Hari Pahlawan 10 November selalu diperingati sebagai waktu untuk mengingat semangat perjuangan para pejuang Indonesia.
Hari Pahlawan 10 November ini dapat dijadikan momentum untuk mengenang kembali jasa dan perjuangan para pahlawan di masa lalu untuk kemerdekaan.
Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, namun masih terus berperang melawan para penjajah di bumi Pertiwi ini sampai benar-benar bebas dari penjajahan.
Indonesia di usia ke-77 ini sudah dinyatakan merdeka. Namun merdeka seutuhnya masih jadi pertanyaan besar bagi para Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).
Para veteran kemerdekaan yang masih tersisa, tak cukup memperjuangkan negeri ini, tapi bertahun-tahun mesti berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Isu kesejahteraan kerap digaungkan. Berharap pemerintah pusat dan daerah memberikan perhatian lebih. Namun, harapan tinggal harapan.
Para pejuang kemerdekaan melihat Indonesia saat ini memang sudah banyak kemajuan, tetapi belum seutuhnya kemerdekaan bisa dirasakan oleh semua orang.
Sebagai veteran, seseorang yang pernah ikut berjuang di misi membela Indonesia dari penjajah pada tahun 60-an, Rupawi Djimun, mengatakan Indonesia saat ini baru 70 persen merdeka.
“30 persen harus berjuang lagi sampai titik penghabisan,” katanya, saat ditemui usai Upacara Hari Pahlawan, Kamis 10 November 2022.
Sebagai seorang pejuang, ia sedih melihat kemiskinan dimana-mana, pendidikan masih kurang merata. Perjuangan anak bangsa belum selesai.
“Tujuan pemerintah adil sejahtera seluruh rakyat Indonesia, kini belum terlaksana sepenuhnya sesuai cita-cita proklamasi perjuangan kemerdekaan Indonesia,” kata pria yang lahir tahun 1942 ini.
Pemerintahan saat ini mesti berbenah terus untuk kemerdekaan yang seutuhnya.
“Dinamakan merdeka dari penjajah saat seluruh masyarakat sejahtera dan legiun veteran lebih diperhatikan,” katanya.
Sebab, memperingati Hari Pahlawan bukan hanya dimaknai dengan tidak melupakan jasa mereka yang gugur di medan perang.
Namun juga menjamin hidup keluarga dan para pahlawan yang saat ini telah menjadi veteran.
“Namun saat ini khususnya di Sumsel, hanya 40 persen perhatiannya ke veteran,” katanya.
Rupawi mengatakan, para 78 orang veteran dari pejuang pembela dan perdamaian di Palembang dan ada 303 di Sumsel, mendapat bantuannya dari pemerintah pusat.
Walau mereka menerima bantuan veteran dari pemerintah, namun pemda terkesan tidak berempati atau tak menunjukkan rasa peduli.
Bahkan dirinya membandingkan masa jabatan periode sebelumnya dengan sekarang.
“Terakhir zaman gubernur Alex Noerdin kami dapat bantuan Rp300 ribu perbulan, sejak pergantian di 2018, tidak pernah lagi, katanya karena tidak ada payung hukum,” katanya.
Meski mendapatkan tunjangan dari pemerintah Indonesia, namun tidak semua pejuang mendapatkannya. Hanya ada untuk veteran pembela dan pejuang saja.
“Veteran pembela dan pejuang, diberi dana kehormatan dan tunjangan veteran Rp1,8 juta dari pemerintah pusat, sedangkan veteran perdamaian belum ada,” katanya. (pitria)