Uncategorized

Jaminan Surga bagi Orang yang Tinggalkan Debat

ASSAJIDIN.COM — Lisan bagaikan pedang bermata dua. Seseorang yang memanfaatkan lisan dengan sebaik-baiknya bisa menjadi sumber pahala baginya dan bisa menjadi penyebab ia masuk ke dalam surga.

Namun sebaliknya, seseorang yang menyalahgunakan lisannya dapat membuahkan dosa sehingga menyeret dirinya ke dalam neraka.

Salah satu dosa lisan yang patut diwaspadai oleh manusia adalah debat kusir. Rasulullah SAW melarang berdebat. Beliau bersabda:

لَا تُمَارِ أَخَاكَ, وَلَا تُمَازِحْهُ, وَلَا تَعِدْهُ مَوْعِدًا فَتُخْلِفَهُ

“Janganlah engkau mendebat saudaramu, janganlah engkau mencandainya, dan janganlah engkau berjanji kepadanya dengan satu janji yang engkau akan menyelisihinya.” (HR Tirmidzi no. 1995 dengan sanad yang lemah).

Para ulama menjelaskan bahwa hadits ini meskipun secara sanad adalah hadits yang lemah akan tetapi maknanya benar karena didukung oleh hadits-hadits yang lain. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang lain:

إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الأَلَدُّ الخَصِمُ

“Orang yang paling dibenci oleh Allah Ta’ala adalah orang yang suka berdebat (paling lihai dalam berdebat).” (HR Bukhari no. 2457 dan Muslim no. 2668)

Larangan berdebat yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah berdebat yang tujuannya bukan untuk mencapai kebenaran tetapi untuk mencari kemenangan atau berdebat untuk mencari kebenaran tetapi tidak menjaga adab. Begitu pula berdebat dengan tujuan untuk menampakkan kesalahan lawan debat kita atau dalam rangka untuk menunjukan kehebatan cara berbicara kita.

Lihat Juga :  Tren Hijab 2023 : Simpel tapi Tetap Bisa di Mix and Match

Bentuk perdebatan semacam ini dilarang oleh Rasulullah SAW karena perdebatan ini hanya akan menimbulkan kejengkelan dan permusuhan. Padahal Islam melarang kebencian dan permusuhan dalam agama.

Adapun perdebatan dalam rangka untuk mencari kebenaran, berdebat sesuai adab, menghormati pendapat lawan debat, dan saling mendengarkan argumen, maka hal ini tidak jadi masalah. Allah Ta’ala berfirman,

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl 16: 125)

Bahkan kepada ahlul kitab pun kita boleh berdebat dengan syarat harus dibangun di atas cara-cara yang baik. Allah Ta’ala berfirman,
“(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok, berbuat maksiat, dan berdebat dalam (melakukan ibadah) haji.” (QS. Al-Baqarah 2: 197)

Allah menginginkan haji sebagai fenomena persatuan kaum muslimin. Jangan sampai persatuan tersebut terganggu oleh debat kusir. Apalagi orang-orang yang sedang bersafar rawan terjadi perbedaan diantara mereka. Boleh jadi jamaah haji tersebut tidak menaati pemimpinnya, atau dia berselisih dengan jamaah haji yang lain, sehingga memicu pertengkaran diantara mereka.

Lihat Juga :  Berbuat Baik kepada Masyarakat Pra Sejahtera Lewat Posyandu, Ada Balita, Ibu Hamil dan Lansia yang Butuh Perhatian

Oleh karena itu, Allah menyuruh para jamaah haji agar tidak berdebat atau berusaha mengalah sehingga haji bisa dilaksanakan dengan tenteram dan khusyu’.

Oleh karena itu, ingatlah bahwa debat kusir itu seringnya berbuah permusuhan, meskipun dalam rangka mencari kebenaran, namun jika tidak disertai adab-adab yang syar’i maka perdebatan tersebut sebaiknya ditinggalkan, kemudian kita berharap agar dibangunkan istana di surga oleh Allah Ta’ala. Namun bila saudara yang mengajak kita berdebat menjaga adab maka tidak mengapa bagi kita untuk melayaninya asalkan dengan cara yang baik.

Hal yang harus diperhatikan juga yaitu apabila seseorang terlibat dalam sebuah forum perdebatan, dia harus siap untuk dikritik sebagaimana dia bisa mengkritik. Ketika seseorang mengkritik, hal tersebut harus dilakukan dengan penuh adab, karena mencari kebenaran itu perlu tetapi menjaga kesatuan hati juga tidak boleh dikesampingkan.

Jangan sampai karena ingin mencari kebenaran, tali persatuan dirobek. Oleh karena itu, perdebatan yang dibangun di atas niat sekedar ingin mencari kemenangan atau mencari kebenaran tetapi tanpa adab, hendaknya ditinggalkan karena tidak ada manfaatnya. [*/Sumber: islampos/BIMBINGAN ISLAM]

Back to top button