Memahami Makna Berusaha dengan Alquran

“Berusaha itu harus disertai dengan doa, karena rezeki termasuk kategori takdir dimana manusia dan Allah memegang peranan dalam menentukan nasib manusia (Surat 13:11). Doa di dalam Alquran bukanlah doa di bibir saja. Doa adalah kesatuan antara niat, perbuatan dan pengabdian kepada Allah.
Pada suatu malam di Palembang yang indah saya memesan nasi goreng kepada seorang tukang nasi goreng yang tengah terkantuk-kantuk menunggu sepinya pembeli. Terus terang, saya tertarik membeli nasi goreng kepada bapak ini karena kasihan melihat sepinya pembeli.
Ketika nasi goreng tersebut mulai dihidangkan kepada saya, baru saya mengetahui alasan mengapa dagangan bapak ini sepi pembeli. Nasi goreng itu sama sekali tidak enak.
Kemudian saya bertanya, “Sudah berapa lama Bapak berjualan nasi goreng?”. Beliau menjawab,”Sudah sekitar 20 tahun mas”. Saya kemudian bertanya lagi, Apa setiap hari Bapak berdagang, sepi pembeli seperti ini?”. Bapak ini kemudian menjawab. ”Yah, beginilah setiap hari mas, kadang-kadang rugi, seringkali impas, yang penting bisa cukup untuk makan setiap hari buat anak-anak”.
Saya kemudian dengan tanpa basa-basi berkata, “Pak, apakah tidak pernah ada yang bilang kepada Bapak bahwa nasi goreng yang Bapak hidangkan ini, dengan semua ukuran selera yang ada, sangat tidak enak. Itu sebabnya dagangan Bapak tidak laku. Bisa nggak Bapak belajar lagi memasak nasi goreng yang enak dengan belajar kekurangan melalui resep. Kalau Bapak mau, saya bisa kirimkan resep-resep nasi goreng yang enak dan Bapak bisa mencobanya sendiri”.
Beliau kaget. Baru kali ini ada orang yang bilang seperti itu. Mungkin kalau 20 tahun yang lalu ada orang yang cukup kurang ajar seperti saya, kehidupan ekonomi Bapak ini tidak sulit seperti sekarang.
Mari kita potret apa yang Bapak ini lakukan dengan Alquran. Alquran membedakan secara jelas antara bekerja dan berusaha, sebagaimana disebutkan dalam Surat 37:60-61, Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.
Beda Bekerja dan Berusaha
Di negara ini ada jutaan warga negara Indonesia yang bekerja sebagai pegawai negeri, namun banyak di kantor-kantor, mereka menghabiskan waktunya tidak dengan berusaha menjadi pegawai negeri yang produktif. Mereka bekerja namun tidak berusaha. Banyak sekali orang yang menekuni pekerjaan yang sama sejak dari lulus sekolah sampai usia pensiun tanpa mendapatkan kenaikan atau perubahan dalam hidupnya. Mereka bekerja, namun tidak berusaha.
Perbedaan bekerja dan berusaha minimal terdapat empat aspek:
Pertama, berusaha itu bekerja sepenuh kemampuan, bekerja itu adalah memenuhi standar hasil minimal. Allah memerintahkan kita untuk bekerja sepenuh kemampuan yang dianugerahkan Allah kepada kita sebagaimana disebutkan dalam Surat 6:135, Katakanlah:”Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini.
Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.
Kedua, berusaha itu bekerja keras, tidak membuang-buang waktu percuma, setiap detik selalu harus menghasilkan nilai tambah dan bermanfaat sebagaimana disebutkan dalam Surat 3:190-191. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ketiga, berusaha itu selalu berpikiran terbuka terhadap perubahan dan perbaikan setiap saat dengan terus menerus belajar dan menerima masukan-masukan konstruktif sebagaimana disebutkan dalam Surat 39:7-8, Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Keempat, berusaha itu harus disertai dengan sistem sehingga mempermudah kita dalam mencapai tujuan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 16:120-123 dimana Ibrahim memiliki sistem yang baik atau disebutkan sebagai “millata hanifa” sehingga kita diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim (Surat 22:78). Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangannya (Surat 4:125), dijadikannya imam manusia (Surat 2:124) karena beliau memiliki sistem agama yang dapat diikuti semua orang.
Kelima, berusaha itu harus disertai dengan doa, karena rezeki termasuk kategori takdir dimana manusia dan Allah memegang peranan dalam menentukan nasib manusia (Surat 13:11). Doa di dalam Alquran bukanlah doa di bibir saja. Doa adalah kesatuan antara niat, perbuatan dan pengabdian kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 42:26: “Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras. Berdoa tanpa berbuat sesuai dengan aturan Allah seperti orang membaca mantera-mantera saja. (*/artikel: Beni Subandri SPdI/Guru di Sekolah Swasta di Palembang)