Ujung Oppa yang Sangat Cinta Indonesia, Mualaf dan Ingin Umroh

ASSAJIDIN.COM — Di dunia maya, lelaki asal Korea ini saagat terkenal. Nama aslinya Hwang Woo Joong. Orang memanggilnya Ujung Oppa.
Dia adalah produsen konten Youtube asal Korea Selatan. Pada 24 Maret lalu dia bersyahadat melalui video call. Ketika itu, dia berkomunikasi dengan sahabatnya, Muhammad Son. Prosesi memeluk Islam ini didampingi seorang pendakwah asal Bangladesh yang menjadi imam Masjid Ansan. Sejak itu, namanya berubah menjadi Muhammad Yusuf. Dua nama yang masing-masing memiliki makna luar biasa.
Pertama adalah sosok utusan Allah yang terakhir, pembawa risalah Islam, yang diberi kesabaran menakjubkan. Sedangkan, Yusuf adalah sosok nabi yang tampan parasnya. Pemimpin yang membawa kemakmuran kepada masyarakat di zamannya. Cerita lelaki dengan rambut bercat hijau ini penuh lika-liku. Keluarganya memiliki latar belakang keyakinan yang beragam. Kakek dan neneknya berkeyakinan Katholik, sedangkan kedua orang tuanya menganut Buddha.
Tapi, adiknya memilih tidak beragama. Sebagai anak yang berbakti sejak kecil, Oppa mengikuti keyakinan orang tuanya menganut Buddha hingga kelas 3 SMA. Seorang temannya yang menganut Protes tan mengajak dia untuk pergi ke gereja, tapi hanya satu kali dia ke sana. Setelah itu, dia tak lagi menuruti kemauan temannya.
“Ketika duduk di bangku kuliah pada tahun kedua, saya kembali ke gereja. Setelah itu, hanya setahun sekali. Bisa dikatakan, saat itu saya tidak memiliki agama,” ujarnya saat talkshow di acara Hijabers Community Bogor, beberapa waktu lalu.
Hidup tanpa agama bukan hal baru. Masyarakat Korea sudah terbiasa dengan hal itu. Bahkan, Oppa mengatakan, hampir separuh orang Korea tidak memiliki agama. Sejak menjadi Muslim, sebagian temannya di Negeri Ginseng menanyakan alasannya memeluk Islam. Oppa selalu menjelaskan bahwa itu adalah pilihan hidupnya. Dengan menjadi Muslim Youtuber, ia ingin merasakan ketenangan hidup. Ujung yang merupakan seorang guru dan penerjemah bahasa Indonesia mulai beralih profesi menjadi selebritas. Dia datang ke Indonesia pada 2014. Lalu, mencoba peruntungan sebagai penyanyi dangdut asal Korea. Tapi, manajamennya bangkrut. Dia terpaksa kembali ke Korea. Bosan di sana, Oppa kembali lagi ke Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia. Sejak itu, dia sering menjadi penerjemah bahasa Indonesia untuk tim kepresidenan Korea.
Semakin lama mengenal Indonesia dan warganya, baik yang tinggal di Indonesia maupun Korea, makin dekatlah dia dengan agama Islam. Karena sering kali dia bertemu dengan Muslim sebelum menjadi mualaf, dia tidak heran lagi dengan agama Islam, baik suara azan, shalawat, dan makanan halal. “Sebelum mengenal Indonesia, saya tidak tahu agama Islam dan Muslim, bahkan tidak berminat sama sekali. Namun, setelah kenal 15 tahun dan pertama kali melihat orang Indonesia ramah dan murah senyum, saya semakin senang,” jelasnya.
Mendengar shalawat dan nasyid membuatnya tenang dan bahagia. Ini juga menjadi salah satu alasan dia tertarik dengan Islam. Tapi, hal yang paling berpengaruh bagi dia untuk menjadi mualaf adalah melihat perubahan hidup sahabatnya yang menjadi Muslim kini lebih baik.
Muhammad Son, sahabatnya, menjadi mualaf saat Oppa ingin meliput suasana kehidupan Ansan. Kota satu ini dikenal sebagai kam pung Indonesia. Di sana banyak warga Indonesia yang tinggal untuk bekerja dan sekolah. “Saat Oppa mengajak Muhammad Son ke Masjid Ansan, awalnya ia menolak, tetapi kemudian dia bersedia bahkan hingga dua jam lebih melihat shalat dan ceramah,” jelasnya.
Namun, hidayah Allah datang, Muhammad Son kemudian yakin untuk bersyahadat saat itu meski awalnya menolak diajak. Setelah menjadi mualaf, Ujung ragu bahwa Son akan istiqamah karena hidup menjadi Muslim di Korea tidaklah mudah. Banyak larangan yang harus ditaati, tetapi telah menjadi kebiasaan di Korea. Namun, setelah satu tahun melihat perubahan hidup Son yang kini lebih bahagia, Oppa semakin bertanya-tanya.
Bagaimana bisa Son hidup melepas pekerjaannya, meninggalkan teman-temannya yang menikmati hidangan nonhalal. Ternyata, Son memeluk Islam. Setelah itu, Oppa semakin mencari tahu kehidupan Son. Kian hari, kehidupan lelaki itu kian membaik.
Rumah tangganya bagus. Oppa akhirnya tertarik untuk memeluk Islam. Oppa mengaku bersyukur Allah memberinya kemudahan. Dia sangat aktif di masjid, mendapat istri asal Indoensia yang salihah dan ekonominya terbantu dengan istri yang bekerja. Padahal, sebelum memeluk Islam, Son terlihat memiliki banyak kekhawatiran dan stres. Kini, wajahnya lebih bercahaya dan sangat percaya diri. Ingin Bahagia Sebelum menjadi mualaf, Oppa tidak paham arti bahagia. Hidupnya saat itu ingin menghindari stres, depresi, dan galau. Dia berusaha mencari cara untuk bahagia di usianya yang mendekati 34 tahun. Dari sisi perekonomian, keluarganya tergolong mapan. Ayahnya merupakan direktur di perusahaan Hyundai. Tapi, semenjak dewasa, dia tidak lagi meminta uang kepada orang tua karena ingin hidup mandiri.
Dulu, dia memahami bahagia adalah orang yang kaya raya dan memiliki paras tampan. Tetapi, selama ini, dia tidak merasakan kebahagiaan itu. Kebanyakan Muslim yang dikenal Oppa terlihat sangat bahagia kaarena senyum tulus. Oppa pun meyakini menjadi Muslim akan membuatnya bahagia. Sehing ga, dengan keikhlasan dan kesungguhan, dia menjadi mualaf. Setelah itu, dia berusaha untuk belajar ibadah wajib untuk seorang Muslim.
Dia bertemu dengan ustaz untuk membimbingnya belajar shalat dan mengaji. Setelah menjadi mualaf, dia pun dihadiahi Alquran untuk belajar membaca Alquran. Sejak menjadi Muslim, dia tidak pernah absen shalat Jumat. Tapi, untuk shalat lima waktu secara penuh, dia mengakui masih mengalami kesulitan. Apalagi, jika masuk waktu shalat ia terjebak macet di jalan atau mendapat halangan lainnya. Dalam waktu dua tahun ini, Oppa juga berharap dapat menikah dengan wanita Indonesia, meski saat ini dia tidak berpacaran. Banyak teman Korea yang menganggap dia aneh. Namun, dalam waktu dekat, pada Desember dia akan melaksankaan ibadah umrah. Tak hanya itu, dia memiliki nazar sebagai Youtuber. Jika pengikut Youtubenya melebihi lima juta, dia ingin membangun masjid. Dia berharap, dapat menjadi warga Indonesia meski ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Selain itu, perlu ada diskusi bersama dengan keluarga terkait masalah ini.(*/sumber: republika.co.id)