Membaca Takdir, Sebuah Renungan
AsSAJIDIN.COM — Senin Pagi tgl 29-10-2018. Satu demi satu penumpang mendekat ke pintu keberangkatan di Soekarno Hatta. Petugas check in pun menyambut mereka dengan senyum.
Sekitar 180 penumpang mendekati takdirnya. Ada yang tertinggal karena macet di jalan, ada yang pindah ke pesawat yang lebih awal karena ingin cepat sampai dan ada juga yang batal karena ada urusan lain yang tiba tiba.
Tak ada yang tertukar. Tak maju sedetikpun dan tak mundur sesaatpun.
Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tak pernah salah.
Mereka di takdirkan dalam suatu janjian berjamaah. Takdirnya seperti itu, tanpa dibedakan usia.
Proses pembelian tiket, check in, terbang dan sampai akhir perjalanan lion hari ini, hanya sebuah proses jalan untuk pulang, menjumpai takdir yang tertulis di Lauh Mahfudz. Sebuah catatan yang tak pernah kita lihat, tapi kita jumpai.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Al-Hadid 57 : 22)
Yang harus kita sadari ini adalah peringatan bagi kita untuk memaksimalkan waktu dan kesempatan yang masih Allah berikan, untuk kita jalani agar hanya bernilai kebaikan dan keberkahan dengan mempelajari, melaksanakan dan mentaati segala perintah dan larangan Nya..
Lalu kapan giliran kita pergi ? Hanya Allah yang tau.
Kesadaran iman kita berkata. Bersiap setiap saat, kapanpun dan dalam keadaan apapun.
Mari kita benahi kataqwaan kita untuk bekal pulang ke kampung abadi.
Hanya itulah jalan terbaik. (*/artikel, menyebar di WA, kami kesulitan mencari tau sumber pertama)