Asian Games Ditutup, Rp 30 Triliun Dihabiskan, ini yang Dirasakan Masyarakat Palembang

PALEMBANG, AsSAJIDIN.COM – Pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia telah berakhir. Diperkirakan Rp 30 triliun dihabiskan untuk Asian Games 2018, berikut fakta yang dirasakan masyarakat Palembang.
Setiap perhelatan olahraga selalu memberikan dampak terhadap kota penyelenggaranya.
Tak terkecuali Asian Games 2018 yang dilangsungkan di Indonesia.
Indonesia sebagai tuan rumah, menunjuk Jakarta dan Palembang. Tentu saja, dua kota ini harus bersiap menunjukkan yang terbaik kepada dunia internasional.
Secara langsung, mata dunia, setidaknya bangsa-bangsa Asia akan melirik Jakarta dan Palembang sebagai etalase Indonesia.
Alhasil demi suksesnya penyelenggaraan pesta multisport se-Asia ke-18 tersebut, dua ibu kota ini bersolek segenit mungkin.
Hanya, berbeda dengan perhelatan olahraga akbar lainnya, ongkos yang dikeluarkan untuk Asian Games kali ini terbilang irit.
Anggaran yang dikucurkan untuk persiapan Asian Games 2018 mencapai Rp 30 triliun. Anggaran tersebut meliputi biaya penyelenggaraan, pembangunan infrastruktur, dan sarana transportasi pendukung Asian Games 2018.
Rinciannya, biaya untuk infrastruktur mencapai hampir Rp 7 triliun, biaya perbaikan fasilitas di Palembang dan Jakarta hampir Rp 3 triliun, sehingga totalnya Rp 10 triliun.
Secara keseluruhan, ada 76 venue alias fasilitas olahraga dan 14 non-venue yang disiapkan. Venue itu akan digunakan untuk kompetisi dan latihan, adapun yang non-venue di antaranya berupa wisma atlet.
Bandingkan dengan Asian Games ke-16 tahun 2010 di Guangzhou, China yang menelan 18,37 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 166,8 triliun (kurs 1 dollar AS=Rp 9.081).
Dana tersebut dialokasikan untuk membangun 53 venue dan 17 tempat pelatihan , dengan empat tempat di antaranya terletak di luar Guangzhou.
Tempat-tempat lain termasuk Asian Games Town, yang terdiri dari wisma atlet, wisma ofisial teknis, wisma media, Pusat Media Utama dan Pusat Siaran Internasional.
Dengan anggaran yang demikian irit, untuk tidak dikatakan jor-joran, apa yang kemudian didapat oleh Indonesia?
Selain pemasukan negara yang menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla sekitar Rp 45 triliun, ada hal lain yang membuat Jakarta dan juga Palembang terkena dampak Asian Games.
1. LRT Palembang
LRT – Seorang sedang mengabadikan moment kereta Light Rail Transit (LRT) saat uji coba di Zona 5, Jakabaring, Palembang, Minggu (27/5/2018). Menteri Perhubungan dan sejumlah staf juga menaiki kereta api ringan tersebut dari Stasiun Jakabaring menuju Stasiun Opi Mall.TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
LRT – Seorang sedang mengabadikan moment kereta Light Rail Transit (LRT) saat uji coba di Zona 5, Jakabaring, Palembang, Minggu (27/5/2018). Menteri Perhubungan dan sejumlah staf juga menaiki kereta api ringan tersebut dari Stasiun Jakabaring menuju Stasiun Opi Mall.TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO (TRIBUNSUMSEL.COM/ABRIANSYAH LIBERTO)
LRT di Palembang yang dibangun dengan menelan dana Rp 10,9 Triliun. Diperuntukan untuk angkutan atlet dan offical peserta Asian Games.
Trase yang dibangun dari Bandara SMB II menuju kompleks Jakabaring Sport City ini tentunya memudahkan akses kedatangan maupun kepulangan para tamu negara.
Namun usai perhelatan tersebut, diharapkan juga akan menjadi transportasi massal yang mampu mengurangi kemacetan.
Terlebih Palembang telah menjadi kota Internasional, seiring dengan menjadi tuan rumah event internasional salah satunya Asian Games 2018.
Diharapkan juga, dengan adanya LRT maka kultur masyarakat Palembang berubah seiring hadirnya transportasi mutakhir tersebut.
Seperti diungkapkan pengamat transportasi, Yayat yang menyatakan bahwa struktur merubah kultur.
“Adanya LRT, masyarakat Palembang akan disiplin,” katanya dikutip dari diskusi beberapa waktu lalu di Palembang.
2. Masyarakat Tahu Melayani Tamu Asing
Pelajaran yang didapat dengan adanya Asian Games di Palembang, tentu membuat masyarakat mengerti tata cara menyambut tamu dari negara lain.
Seperti diungkapkan oleh seorang volunteer selama perhelatan Asian Games di Palembang, Sarah ia menyebut mendapat ilmu tanpa harus belajar di kampus.
Bagaimana cara menyambut, hingga berkomunikasi dengan tamu atau wisatawan asing didapatinya tanpa harus kuliah.
“Saya dapat ilmu penting yang tak ada pelajarannya di sekolah maupun kampus, saya sendiri mengerti bagaimana cara kita menghadapi tamu dengan sopan,” ungkapnya.
Selama menjadi volunteer, ia pun mendapat banyak teman dari peserta Asian Games. Bahkan official dan pendukung peserta negara Asian Games berjanji akan ke Palembang karena keramahan warganya.
3. Kota Palembang Aman dan Nyaman Segala Lini Dipercantik
Menyambut pesta akbar se-Asia yang digelar di Palembang membuat semua stakeholder berbondong-bondong untuk memperbaiki infrastruktur. Selain LRT, beberapa lokasi juga dipercantik.
Sebut saja landmark Sumsel, yaitu Jembatan Ampera. Detik-detik digelarnya Asian Games, Jembatan yang tadinya bau pesing serta kotor dirapikan.
Bukan itu saja, pemerintah juga membuat pedestrian dan memasang jam analog.
Bahkan, pihak keamanan juga menyebar hampir 1.000 CCTV demi keamanan selama Asian Games berlangsung. Alhasil tidak terdengar wisatawan asing ataupun atlet maupun official yang menjadi korban tindak kejahatan.
4. Tambah Infrastruktur Jembatan
Meskipun Jembatan Musi 4 dan Musi 6 tidak selesai saat perhelatan Asian Games. Namun hadirnya pembangunan jembatan tersebut, tentu tidak terlepas dari pertimbangan pemerintah karena Palembang akan menjadi tuan rumah.
Tanpa ada embel-embel Asian Games, sudah pasti anggaran untuk pembangunan kedua jembatan tersebut sulit terealisasi.
Hal itu mengingat keuangan pemerintah tengah diefisiensi. Diharapkan juga sebelum akhir tahun 2018 kedua jembatan tersebut bisa selesai. Pasalnya kalau tidak selesai dipastikan masyarakat Palembang akan bermacet ria saat akan melintasi jembatan ampera.
5. Kuliner Pempek Mendunia
Adanya Asian Games, tentu sangat dinanti para pengusaha terutama di bidang kuliner. Bahkan Gubernur Alex Noerdin mengungkapkan selama Asian Games berlangsung, permintaan pempek mencapai 7 ton.
Diakui Alex, jumlah itu diketahui dari pempek yang diberangkatkan dari kargo pesawat melalui Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.
Hal itu belum dihitung dari pengantaran melalui jalur darat.
“Bukan hanya untuk negara luar, bahkan tamu dari beberapa kota juga membeli, selain itu ada peningkatan penerbangan hingga 42 kali sehari,” katanya.
Seperti diungkapkan salah satu penjual pempek, Cek Yuli mengaku bisa menjual sampai ratusan bahkan ribuan pempek perharinya.
Empat Dampak Langsung dan Jangka Panjang
Sementara, Direktur Riset Savills Indonesia Anton Sitorus menuturkan, keempat dampak ini, bersifat langsung, dan jangka panjang.
“Dampaknya signifikan, dan bervariasi. Kendati sebagian besar tidak langsung dan dalam jangka waktu yang lama,” kata Anton menjawab Kompas.com, Rabu (29/8/2018).
Pertama, dampak langsung jangka pendek terjadi pada sektor perhotelan dan pariwisata. Tingkat okupansi melesat 100 persen dari sebelumnya hanya 50 persen atau paling banter 60 persen.
Hotel-hotel yang berada di dekat tempat penyelenggaraan pertandingan olah raga diketahui mengalami tingkat keterisian 100 persen.
Seperti hotel Harris di FX Sudirman, Jakarta. Menurut Corporate Communication Tauzia Group Yani Sinulingga, kondisi fully bookedterjadi selama berlangsungnya event Asian Games 2018.
“Okupansi terisi penuh, 100 persen,” kata Yani.
Sementara dari jumlah kunjungan, tercatat 200.000 wisatawan asing datang ke Jakarta. Belum diketahui berapa turis asing yang mengunjungi Palembang.
Dampak kedua, kata Anton, terjadi pada sektor properti yang cenderung menjadi konsekuensi dari keputusan yang didorong oleh motivasi lain, seperti gambar dan promosi Jakarta dan Palembang.
“Implikasi langsung di sektor properti sangat bergantung pada kondisi pasar apakah matang atau masih fluktuatif. Hanya, dampak ini baru terlihat pada pasar yang lebih kecil dan kurang matang,” ujar Anton.
Meski demikian, Anton mengakui, Asian Games 2018 dapat menstimulasi permintaan lebih lanjut sebagai bagian dari ‘pembukaan bisnis’ perusahaan-perusahaan mancanegara di Jakarta maupun Palembang.
Dampak ketiga, wisma atlet atau kampung atlet akan menjadi lingkungan perumahan baru yang menarik.
Banyak pihak antusias dengan keberadaan Wisma Atlet ini. Selain lokasinya strategis di tengah kota, juga potensial ditingkatkan fungsinya menjadi percontohan transit oriented development (TOD).
“Pemerintah tinggal melakukan tambahan infrastruktur transportasi apakah dibangun halte Trans Jakarta, terminal bus umum atau lainnya. Jika itu dilakukan, inilah sebenar-benarnya konsep TOD. Yang lain kan masih wacana dan belum jadi,” tutur Anton.
Jika nanti wisma atlet ini dikembangkan sebagai TOD dan dilepas secara komersial kepada publik, Anton menghitung harga jual ideal yang bisa diakomodasi pasar menengah adalah Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per meter persegi.
Dampak keempat adalah area di sekitar kompleks olahraga dipercantik, infrastruktur transportasi baru dibangun seperti light rail transit (LRT), serta lingkungan dan perbaikan ruang terbuka hijau.
Jadi, menurut Anton, dampak terhadap properti dan perkotaan memang belum terasa, namun dengan upacara pembukaan yang heboh dan menjadi perbincangan dunia, bukan tidak mungkin Indonesia akan semakin diperhitungkan.
“Terlebih dengan sukses prestasi berada di posisi ke-empat. Indonesia patut berbangga. Dana yang dikeluarkan sedikit, tapi raupan pendapatan dan prestasi demikian besar,” tutup Anton. (*/sumber: tribunnews.com)