Ternyata RA Kartini Rajin Telaah Alquran, Baca Selengkapnya di Tabloid AsSAJIDIN Terbaru Edisi April 2018

AsSAJIDIN.COM – Alhamdulillah, Media Islam As SAJIDIN terbaru edisi April 2018-Rajab 1439 H sudah terbit dan beredar di tengah masyarakat. Sebagaimana biasa terbitan kali ini, kami menyajikan beberapa artikel keislaman dan berkaitan dengan Hari Kartini. Ternyata pahlawan wanita kita ini adalah seorang muslimah yang juga rajin membaca dan menelaaah isi Alquran yang selama ini kita belum tahu banyak.
Bahkan Alquran menjadi inspirasi RA Kartini dalam berjuang membebaskan kaum wanita pribumi dari cengkraman penjajah Belanda melalui surat-suratnya. Berikut petikan liputan seputar RA Kartini yang menjadi berita utama As SAJIDIN kali ini.
Entah siapa yang memulainya, peringatan Hari Kartini 21 April telah terkontaminasi oleh liberalisasi dan westernisasi yang berfaham feminisme. Padahal sejatinya Raden Ajeng Kartini seorang muslimah sholeha yang dalam setiap pemikirannya untuk melepas belenggu ketertindasan kaum perempuan pribumi Indonesia) dari kolonial Belanda, berlandaskan Alquranul Karim.
Hal itu terbukti dari surat-surat perempuan anak bangsawan ini kepada rekannya orang Belanda E.C. Abandenon yang antara lain, dia mengatakan kekagumannya pada Alquran lantaran pemikiran-pemikirannya didapatinya setelah memperoleh dan membaca tafsir Alquran.
“Alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan di samping kami,” tulis Kartini. Yang dia maksud dengan “gunung kekayaan” adalah Alquran.
Perihal Kartini membaca tafsir Alquran memang jarang terungkap ke permukaan di saat bangsa Indonesia merayakan Hari Kartini 21 April, padahal serangkaian buah pikiran anti kolonial Kartini sangat jelas sekali terinsiprasi dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tersebut.
Sikap perempuan anak priayi Jawa ini, jelas dan tegas atas prilaku penjajah Belanda yang berupaya keras memurtadkan pribumi dari mayoritas islam. Sebagaimana ditulis Reza Ageung S, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan, 20 April 2012 dengan mengutip pakar sejarah Ahmad Mansur Suryanegara yang menerbitkan buku berjudul : “Api Sejarah”, Kartini menentang politik kristenisasi dan westernisasi.
Dalam bukunya yang fenomenal, Ahmad Mansur menulis : “Dari surat-suratnya yang dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang, ternyata R.A Kartini tidak hanya menentang adat, tetapi juga menentang politik kristenisasi dan westernisasi. Dari surat-surat R.A. Kartini terbaca tentang nilai Islam di mata rakyat terjajah waktu itu. Islam sebagai lambang martabat peradaban bangsa Indonesia. Sebaliknya, Kristen dinilai merendahkan derajat bangsa karena para gerejawannya memihak kepada politik imperialisme dan kapitalisme.”
Kepada E.C. Abandenon, masih kata Ahmad Mansur, Kartini menulis surat yang berisi penolakannya terhadap misi kristenisasi: “Zending Protestan jangan bekerjasama dengan mengibarkan panji-panji agama. Jangan mengajak orang Islam memeluk agama Nasrani. Hal ini akan membuat Zending memandang Islam sebagai musuhnya. Dampaknya, semua agama akan memusuhi Zending.”
Di bagian lain Kartini menulis, “orang Islam umumnya memandang rendah kepada orang yang tadinya seagama dengan dia, lalu melepaskan keyakinannya sendiri memeluk agama lain.” Kenapa?, “karena yang dipeluknya agama orang Belanda, sangkanya dia sama tinggi derajatnya dengan orang Belanda.”
Tak dapat dipungkiri bahwa Kartini juga termasuk muslimah sholeha pejuang islam di masanya. Oleh sebab itu, tulis Reza, kepada aktivis feminimisme seharusnya perlakukan juga sosok Kartini secara adil, dengan melihat sosok Kartini sebagai pembela nilai Islam dari serangan Barat dan perintis pencerdasan perempuan, semua gagasan itu sudah mendapat landasannya dalam ajaran Islam, bukan dalam ajaran Barat.
Sebagaimana yang bangsa Indonesia kenal kumpulan tulisan RA Kartini berjudul “ Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), diterbitkan 1911 memuat 87 buah surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya tersebut, yang menurut sejarawan sebagai inspirasi Kartini dari ayat Al Qur’an “mina dzulumaati ila nuur”.
Perjuangan Kartini memang harus diapresiasi oleh kalangan muslimah Indonesia dengan berupaya terus menggali nilai-nilai Alquran dan Sunnah Rasulullah sebagaimana yang telah dilakukan tokoh pahlawan wanita Indonesia ini.
Akan tetapi yang tak kalah pentingnya adalah para muslimah dan umat muslim seluruhnya, harus tetap berpedoman pada sosok dan tauladan muslimah sholeha yang tak lekang sepanjang massa yakni generasi shahabiyah seperti Sang Ummul Mukminin, istri-istri nabi, Sayyidatina Khadijah ra dan Sayyidatina Aisyah ra, Nasibah Binti Ka’ab ra, yang dikenal dengan sebutan “ummu imarah” , dia adalah mujahidah pembawa air dalam perang uhud, kemudian Asma Binti Abu Bakar, Syifa Binti Abdullah Al-Adawiyah Al-Quraisyiah, wanita yang pada zaman jahiliyah sudah pandai baca-tulis.
Banyak laporan lainnya yang dapat dibaca di As SAJIDIN yang terbit 24 halaman warna dengan oplah 2.000 eksemplar. Selamat membaca dan untuk berlangganan hubungi bagian pemasaran kami.[*]
Penulis : Aspani Yasland