KALAMMOZAIK ISLAM

Periset Eropa : Islam Bukanlah Antitesa Barat

AsSAJIDIN.COMBERLIN— Islam bukanlah antitesa Barat meski kenaikan populasi Muslim di kawasan Barat sangatlah signifikan. Pernyataan ini disampaikan oleh pengamat asal Jerman Loay Mudhoon, menyikapi hasil riset Pew Research Center yang berbasis di Washington belum lama ini. Riset tersebut menyatakan bahwa jumlah Muslim Eropa akan meningkat.

“Tapi ini bukan alasan untuk menyulut momok Islamisasi Barat, kata Loay Mudhoon,” kata Mudhoon seperti dilansir Qantara.de, Jumat (22/12).

Menurut Mudhoon, ada banyak hal yang dilupakan sejumlah media besar menyikapi hasil kajian Pew Research tersebut. Media-media besar Jerman dengan secara dramatis menampilkan headline di media mereka dengan judul bombastis seperti “Jumlah Muslim di Eropa akan Meningkat Secara Signifikan” dan “Eropa Menjadi Lebih Muslim”.

Lihat Juga :  Tepat Ramadhan ke-24, ACT Kembali Bagi 100 Paket Pangan Untuk Warga Tepian Sungai Musi

Diakui, kata dia, pemberitaan tanpa disertai analisa kritis tersebut memang bisa menimbulkan gejolak dan keresahan di masyarakat. Hal ini pun mendapat afirmasi dari kelompok sayap kanan dan Islamofobia di Jerman dan Barat secara keseluruhan.

Namun setelah diamati lebih dekat, kata dia, dengan cepat menjadi jelas bahwa hasil penelitian tersebut tidak serta merta memberikan dasar yang baik untuk merumuskan prediksi yang dapat diandalkan tentang perkembangan populasi aktual di negara-negara Barat.

“Hal ini karena studi tersebut secara tegas menghipotesiskan hipotesa berdasarkan kondisi ekstrem. Dalam beberapa dekade terakhir, pernyataan yang benar mengenai pergerakan migrasi global ternyata sangat keliru,” kata dia.

Lihat Juga :  Pesona Wisata Yordania (1) : Wadi Rum, Gurun Indah Jadi Lokasi Syuting Film Terkenal di Dunia

Mudhoon mengatakan tak ada yang perlu dikhawatirkan dari pergerakan populasi itu. Ini karena di sisi lain fakta menyebutkan 80 persen Muslim di Eropa berpaham sekuler. Komunitas Muslim  berpandangan sebagai warga di negara konstitusional yang pluralis, mereka beranggapan urusan agama adalah wilayah privat mereka sendiri.

“Tidak ada tempat di dunia ini Muslim membentuk blok monolitik. Perilaku mereka tidak didefinisikan oleh agama saja,” tutur dia

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button