HALAL

Jelajahi Mesir (4) : Ziarah ke Makam Imam Syafi’i

 تزود من التقوى فانك لا تدري….اذا جن ليل هل تعيش الى الفجرِ

Berbekallah dengan takwa sesungguhnya engkau tak mengetahui

Jika malam telah gelap, apakah engkau kan tetap hidup hingga waktu fajar

فكم من فتى امسى واصبح ضاحكا … وقد نسجت اكفانه وهو لا يدري

Betapa banyak pemuda di sore dan siang hari ia tertawa

Sementara kain kafannya telah ditenun sedang ia tidak menyadarinya

وكم من صغار يرتجى طول عمرهم…وقد ادخلت اجسادهم ظلمة القبرِ

Betapa banyak anak-anak bayi yang diharapkan memiliki umur yang panjang

Ternyata jasad-jasad mereka telah dimasukkan dalam gelapnya kubur

وكم صحيح مات دون علة … وكم من سقيم عاش حينا من الدهرِ

Betapa banyak orang-orang yang sehat, ia mati tanpa sebab

Betapa banyak orang-orang yang sakit dapat hidup hingga waktu yang panjang

وكم من عروس زينوها لزوجها …. وقد قبضت ارواحهم ليلة القدر

Betapa banyak pengantin yang telah dirias tuk pasangan hidupnya

Sementara arwah-arwah mereka telah ditetapkan kematiannya pada malam lailatul Qadar

النفس تبكي على الدنيا ….وقد علمت ان السلامة فيها ترك مافيها .

Jiwa menangisi dunia

Sementara ia mengetahui bahwa tuk selamat darinya adalah meninggalkan apa yang ada di dalamnya.

Ooh, dunia betapa ia amat melalaikan. (Imam Syafi’i)

 

 

 

ASSAJDIN.COM — Pengasuh Ma’had Subuluna Bontang Kalimantan Timur Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan beberapa fakta kecerdasan Imam Syafi’i saat belajar di masa kecilnya.

 

Ilustrasi: Beritagar/islami.co

 

Dinukil dari SINDOnews.com, berikut 9 faktanya:

1. Punya Semangat Belajar yang Luar Biasa

قيل للشافعي ‌كيف ‌شهوتك ‌للعلم؟ قال: أسمع بالحرف ـ أي بالكلمة ـ مما لم أسمعه، فتود أعضائي أن لها سمعًا تتنعم به، مثل ما تنعمت به الأذنان .فقيل له: كيف حرصك عليه؟ قال: حرص الجموع المنوع في بلوغ لذته للمال .فقيل له: فكيف طلبك له؟ قال: طلب المرأة المضلة ولدَها ليس لها غيره

Ditanyakan kepada Imam Syafi’i rahimahullah: “Bagaimana hasratmu terhadap ilmu? Ia menjawab: ‘Jika aku mendengar sebuah kata yang belum pernah kudengar sebelumnya, maka aku berharap seluruh anggota tubuhku memiliki pendengaran untuk turut menikmati lezatnya ilmu tersebut, sebagaimana telingaku menikmatinya.”

Ditanyakan lagi: “Bagaimana semangatmu untuk ilmu? Beliau menjawab: “Seperti semangatnya orang yang rakus dan pelit dalam menikmati harta.”

Dikatakan lagi kepadanya: “Bagaimana engkau menuntut ilmu?” Beliau menjawab: “Bagaikan seorang ibu yang sedang kehilangan anaknya, sedangkan dia tidak punya anak selainnya.”

2. Menyelesaikan Hafalan di Usia Belia

حفظت القرآن وأنا ابن سبع سنينوحفظت (الموطأ) وأنا ابن عشر

Syafi’i berkata: “Aku telah hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun, dan aku hafal Kitab Muwatha’ ketika berumur 10 tahun.”

3. Menimba Ilmu Hingga ke Pedalaman Arab

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

أقمت في بطون العرب عشرين سنة، آخذ أشعارها ولغاتها، وحفظت القرآن

“Aku tinggal di pedalaman Arab selama 20 tahun untuk mempelajari syair dan Bahasa Arab juga untuk menghafal Al-Qur’an.”

4. Menjadikan Tulang Belulang untuk Menulis Pelajaran

وعن الشافعي، قال: كنت أكتب في الأكتاف والعظام

Imam Syafi’i berkata: “Dulu aku sampai menulis (pelajaran) di tulang belulang.”

5. Berguru kepada Guru Terbaik

Imam Syafi’i berguru kepada ulama-ulama besar di masanya, di antaranya kepada Imam Darul Hijrah, Malik bin Anas rahimahullah.

Usahanya untuk bisa diterima oleh Imam Malik lumayan unik. Imam Syafi’i yang tinggal di Mekkah dan akan belajar ke Imam Malik di Madinah meminta surat rekomendasi terlebih dahulu kepada Amir Mekkah.

Hal ini dilakukan mengingat Imam Malik sangat selektif dalam memilih murid. Namun begitu surat ini diterima oleh Imam Malik bukannya senang, justru beliau marah sambil berkata:

سبحان الله، أو صار علم رسول الله صلى الله عليه وسلم يؤخذ بالرسائل

“Subhanallah. Ilmunya Rasulullah sekarang diambil melalui surat rekomendasi!”

Imam Syafi’i sangat ketakutan. Namun beliau kemudian berkata lembut kepada gurunya hingga kemudian Imam Malik ridha kepadanya dan menerimanya sebagai murid.

6. Berfatwa Ketika Masih Menjadi Penuntut Ilmu

Lihat Juga :  Cara Bikin Bubur Ayam Keju yang Lembut dan Enak 

Berkata Muslim bin Khalid al Zanji kepada Imam Syafi’i:

أفت يا أبا عبد الله، فقد -والله- آن لك أن تفتي -وهو ابن خمس عشرة سنة

“Berfatwalah wahai Abu Abdillah (Imam Syafi’i) karena sungguh demi Allah engkau telah layak untuk berfatwa. Sedangkan umurnya kala itu baru 15 tahun.”

7. Sangat Menjaga Adab kepada Gurunya

Imam Syafi’ii berkata:

‌كنت ‌أتصفح ‌الورقة ‌بين يدي مالك تصفحا رفيقا هيبة له لئلا يسمع وقعها

“Aku dulu membuka lembaran kitab di hadapan Imam Malik dengan sangat pelan-pelan, karena segan kepadanya, agar ia tidak mendengar sura kertas yang jatuh atau bergesekan.”

8. Tetap Menuntut Ilmu Setelah Menjadi Ulama

Imam Syafi’i kemudian menjadi kaya raya berkah ilmu. Beliau masih terus belajar kepada ulama-ulama lainnya dan gemar memberikan uang dan hadiah kepada mereka.

Berkata Abu Ubaid:

رأيت الشافعي عند محمد بن الحسن، وقد دفع إليه خمسين دينارا، وقد كان قبل ذلك دفع إليه خمسين درهما، وقال: إن اشتهيت العلم، فالزم

“Aku pernah melihat Syafi’i bersama (belajar) kepada Muhammad bin Hasan. Dan ia memberikan kepadanya 50 dinar yang sebelumnya ia juga telah memberikan 50 Dirham. Dan ia berkata: ‘Jika engkau ingin ilmu, lazimilah (memberi kepada guru).”

9. Tidak Segan Mengeluarkan Biaya Besar untuk Ilmu

Imam Syafi’i berkata:

قد أنفقت على كتب محمد ستين دينارا، ثم تدبرتها، فوضعت إلى جنب كل مسألة حديثا -يعني: رد عليه

“Aku telah mengeluarkan uang untuk kitab-kitab milik Muhammad bin Hasan (gurunya) sejumlah 60 Dinar . Kemudian aku mempelajarinya dengan meletakkan setiap hadits untuk setiap masalah (dalam kitab) yakni mengkoreksinya.”

 

Berziarah ke makam Imam Syafi’i. (Foto : Kompas.id)

Tradisi Ziarah 

Menukil majalahnabawi.com, Imam al- Syafi’i adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’ bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf.

Imam al-Syafi’i merupakan satu-satunya imam mazhab dari keturunan Quraisy. Nasabnya tersambung kepada Rasulullah SAW melalui Abdu Manaf.

Masjid dan makam Imam al-Syafi’i terletak di al-Qorofah al-Sughro, tepatnya di Syari Hay al-Syafi’i, jalan Imam al-Syafi’i.

Untuk menuju ke makam Imam al-Syafi’i sangatlah mudah, bagi yang bertempat tinggal di kawasan Azhar (Darrasah dan sekitarnya) bisa menaiki Tramco (semacam angkot) di terminal masyikhoh menuju maydan Sayidah Aisyah.

Kemudian melanjutkannya dengan naik Tuk- tuk (semacam bajai) atau jalan kaki, atau bisa juga langsung menggunakan transportasi semacam uber/taxi kalau tidak mau ribet ganti transportasi.

Disarankan tidak berangkat di siang hari pada hari Jum’at karena pasti bakal macet sebab ada pasar penduduk di sepanjang jalan menuju makam dan masjid Imam al-Syafi’i.

Sebaiknya berangkat sebelum shalat Ashar kalau kalian tinggal di sekitar masjid Azhar dan dilanjut jamaah Ashar di masjid Imam al-Syafi’i.

Setelah ditarmim atau direnovasi, masjid Imam al-Syafi’i ini menjadi sangat indah dengan dinding masjid yang berwarna cokelat membuat suasana semakin nyaman untuk beribadah.

Tiang – tiangnya yang terbuat dari marmer menambah nuansa megah bagi masjid tersebut, dan peresmian renovasi masjidnya dilaksanakan pada tanggal 20 November 2020.

Masjid Imam al-Syafi’i pertama kali dibangun oleh Sultan al-Kamil al-Ayyubi pada tahun 1211 M sebagai bentuk penghormatan untuk sang Imam.

Masjid Imam al-Syafi’i sendiri sudah beberapa kali direstorasi mulai dari zamannya Pangeran Abdurahman Kadkhuda (1776 M), Khedive Tawfiq Pasha (1891 M) dan terakhir oleh pemerintah Mesir di bawah pengawasan Kementrian Waqaf dan Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir (2016-2020).

Desain masjidnya begitu elegan dengan menara masjid yang bercorak khas mamluk (kerajaan), kombinasi tulisan kaligrafi khat Kufi dan dengan halaman masjid yang lumayan luas sehingga menambah kenyamanan bagi para peziarah dan jamaah yang datang ke masjid Imam al-Syafi’i.

Tidak jauh dari makam dan masjid Imam al-Syafi’i, sekitar beberapa ratus meter, terdapat makam guru beliau yaitu Imam Waki’.

Ada cerita menarik antara Imam al-Syafi’i dan gurunya terkait curhatan beliau kepada Imam Waki’ mengenai buruknya hafalan yang beliau abadikan dalam syairnya yang berbunyi:

Lihat Juga :  Wisata Populer di Korsel (1) : Melepas Rindu di Pulau Jeju

ﺷَﻜَﻮْتُ إِﻟَﻰ وَﻛِﻴْﻊٍ ﺳُﻮْءَ ﺣِﻔْﻈِﻲْ – فَأَرْﺷَﺪَنِيْ إِﻟَﻰ ﺗَﺮْكِ اﻟْﻤَﻌَﺎﺻِﻲْ

وَأَﺧْﺒَﺮَﻧِﻲْ ﺑِﺄَﻥَّ اﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻧُﻮْرٌ – وَنُوْرُ اﻟﻠﻪِ لَا ﻳُﻬْﺪَى ﻟِﻌَﺎﺻِﻲْ

 

Artinya:

“Aku mengadu kepada Imam Waki’ mengenai buruknya hafalanku # maka kemudian beliau menasehatiku agar meninggalkan maksiat”.

“Beliau memberitahukanku bahwa ilmu itu adalah cahaya # Sedangkan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat”.

 

KH Wazir Ali bersama istri dan rombongan usai ziarah makam Imam Syafi’i. (Foto: Dok KH Wazir Ali)

Ziarah Ba’da Ashar

Ada tradisi di mana orang-orang Mesir setiap hari Jumat ba’da shalat Ashar berziarah ke makam Imam al-Syafi’i.

Sebelum adanya tradisi ini, pada umumnya penduduk Mesir sudah melalukan ziarah keliling makam Ahlu Bait (keturunan Nabi SAW).

Hal ini ada kaitannya dengan Syekh Dardir beserta gurunya yaitu Syekh Ali al-Sha’idi al-Adawi, beliau berasal dari Said Kairo bagian selatan, kemudian al-Adawi yang berasal dari bani ‘Adiy satu klan (bagian) dengan Sayidina Umar.

Ceritanya waktu itu Syekh Dardir belajar hadist kepada Syekh Ali, namun ketika majelis/pengajian antara Syekh Ali dengan murid-muridnya terjadi diskusi yang sangat hangat mengenai status sebuah hadis.

Sampai suatu ketika Syekh Dardir pulang malamnya beliau mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, lalu Syekh Dardir menanyakan perihal masail haditsiyyah yang terjadi ketika belajar bersama gurunya tadi.

Ibaratnya beliau langsung bertalaqi bersama Rasul, bagaimana menurut panjenengan Rasul terkait status hadis ini? Akhirnya hasil dari mimpinya itu disampaikan kepada gurunya terkait bertemunya Syekh Dardir dengan Rasul.

Beliau menceritakan apa yang Rasul sampaikan terkait pertanyaan Syekh Dardir mengenai masalah haditsiyyah.

Setelah mendengar cerita muridnya, beliau penasaran perihal muridnya yang bisa bertemu dengan Rasulullah, sedangkan beliau sendiri Syekh Ali sudah lama tidak bertemu Rasulullah.

Syekh Ali juga menanyakan kepada Syekh Dardir perihal kenapa Rasulullah sudah lama tidak datang ke mimpi Syekh Ali?.

Akhirnya Syekh Dardir kembali menanyakan kepada Rasulullah terkait keresahan gurunya itu. Jawaban beliau atas pertanyaan Syekh Ali tadi dikarenakan Syekh Ali sudah tidak lagi berziarah ke Madinah.

Kemudian Syekh Dardir menyampaikan langsung kepada gurunya yaitu Syekh Ali atas jawaban Rasulullah tadi. Ketika Syekh Ali mengetahui alasan kenapa Rasulullah tidak datang lagi ke mimpinya, Syekh Ali langsung berucap kepada muridnya:

“Sampaikan maaf saya kepada Rasulullah, karena saya sudah tidak bisa lagi melakukan umrah atau haji karena saya sudah cukup tua”.

Malamnya Syekh Dardir langsung menyampaikan kepada Rasulullah terkait ketidakmampuan gurunya untuk berkunjung lagi ke Madinah.

Kemudian Rasul menjawab dan menyarankan, kalau begitu datanglah ke makam Imam al-Syafi’i setiap hari Jum’at ba’da Ashar, dan Rasullulah hadir di makam Imam al-Syafi’i.

Kemudian Syekh Dardir menyampaikan langsung ke gurunya dan kabar itu menyebar ke seluruh penduduk Mesir.

Akhirnya, mulai saat itu penduduk Mesir banyak yang berdatangan ingin muqabalah (berhadapan) dengan Rasulullah dan juga Imam al-Syafi’i (ruhan).

Tradisi ini sudah ada sejak zaman Imam Dardir yaitu sekitar abad 18 dan berlangsung sampai sekarang. Semoga kita semua dikaruniai bisa bertemu dengan Rasulullah SAW.

Kemudian di salah satu tembok masjid Imam al-Syafi’i terdapat juga untaian indah beliau yang berbunyi:

أُحِبُّ الصَّـالِحِينَ وَلَسْتُ مِنْـهُمْ # لَعَلِّي أَنْ أَنَـالَ بِـهِـمْ شَـفَاعَــــةْ

 

Artinya:

I love the virtuous and I am not one of them, hoping they may intercede for me with God.

(Aku mencintai orang orang shalih dan aku bukan dari golongan mereka, aku berharap dengan bersama mereka aku bisa mendapat syafaat dari Allah)

Dari untaian indah ini menunjukkan bahwa besar dan tingginya tingkat tawadhu’nya Imam Syafi’i, beliau yang kita kenal sebagai ulama besar, dan sangat taat kepada Allah.

Hal ini yang perlu kita contoh dan kita praktekan di kehidupan kita.

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah Imam al-Syafi’i, dan kita semua diberi kesempatan untuk berziarah ke makam beliau.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button