KALAM

Tanda-tanda Penghuni Surga

­kokOleh: Mukhlis,S.Ag

Hidup ini hanya sekali dalam seumur hidup dan tentu sebagai makhluk Alloh yang bernama manusia merupakan makhluk istimewa dan memang diistimewakan oleh Alloh atau dimanjankan dalam istilah kemanusiaan. Namun dibalik kemanjaan manusia dituntut untuk berbuat baik sebagai konsekwensi hidup karena kita bisa merasakan hidup yang normal punya pikiran, hawa nafsu dan hati.

Manusia muslim tentu faham dan maklum bahwa hidup di dunia ini punya hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai norma yang berlaku. Norma yag berlaku bagi umat Islam adalah berpegang pada alQur’an dan Hadits serta Ijma dan Qiyas. Namun untuk ijma dan qiyas harus dipadukan dengan kebudayaan kita hidup Indonesia sebagi bangsa yang baik karena menurut wacana NU kita hidup harus punya dua aspek rasa kebangsaan (wathoniyah) dan aspek keagamman (diniyah).

Oleh karena itu kita hidup hanya sekali, marilah kita gunakan sebaik-baiknya untuk menanam benih yang unggul yang kita terjemahkan dalam ketaqwaan kepada Alloh dimanapun kita berada. Rosululloh Saw bersabda yang artinya dunia ini tempat menanam untuk akhirat. Mengacu pada makna hadits tersebut, maka tergambar bahwa didunia ini sudah terlihat sebuah amal kebaikan kalau merasakan diterima amal tersebut sudah berhak menempati surganya Alloh SWT.

Perkataan tersebut pernah disinggung oleh seorang sufi terenal ibn atthoillah bahwa amal kalau dirasakan baik pertanda amalnya diterima.
Dalam sebuah Hadits Nabi Mhammad Saw bahwa tanda-tanda ahli penghuni surga ada empat “arba’un biahlil jannah” yaitu :

1. Di dunia orang yang punya wajhun maalihun.
Manusia yang berhak masuk surga hidup di dunia sudah menunjukkan wajah yang berseri-seri dan tersenyum disaat hidup bersama kepada siapapun. Wajah yang rama dan jauh dari kebringasan yang menakutkan. Jangankan orang dewasa ketemu jadi enggan dengan wajah yang seram, anak kecilpun akan ikut takut melihatnya. Makanya Nabi Saw pernah memberikan sebuah kalimat bahwa dengan tersenyum termasuk kita bershodaqoh.

Dengan banyak tersenyum kepada orang yang kita temui, maka kita akan banyak teman dan tekesan. Namun dibalik senyuman kita dianjurkan supaya juga banyak menangis disaat sendirian untuk memikirkan dan merenungi hidup yaitu saat sholat dan saat berkholwat. Dalam alQur’an disebutkan “Falyathaku qolilan wal yabku kasiro” tertawalah sedikit dan menangislah yang banyak. Hal ini dulu banyak dilakukah oleh sahabat Nabi Saw disaat sholat seperti Abu Bakar Ashidiq dan Ustman bin Afan kalau sholat tidak henti-hentinya selalu menangis.

2. Di dunia punya “Lisanun Faasikhun”
Sebagai orang Islam wajar kalau bisa menjaga dan meramu lisan dari pembicaraan yang benar dan baik. Karena Lidah kata orang bijak tidak bertulang tentu kalau tanpa ilmu dan pengalaman akan berdampak besar terhadap hidup bersama. Kita hidup selalu bergantung dan terpengaruh dengan orang lain terutama dengan keluarga yang selalu hadir di kehidupan kita. Apalagi kalau sudah menyangkut aktifitas tentu banyak berjumpa dengan banyak orang.

Oleh karena itu mari kita upayakan dengan kebiasaan ucapan yang baik dan benar serta santun. Karena bicara bernar tanpa dihisai sebuah kalimat yang baik dan santun akan terkesan kaku dan menjadikan saraf otak serta sikap yang tertekan sehingga bisa jadi berakibat setres. Makanya Nabi Muhammad Saw pernah bersabda artinya “ Bahwa keselamatan manusia juga terletak pada menjaga lisannya “.

Lihat Juga :  Berdakwah di Tempat Maksiat, Bolehkah? Begini Etikanya

Kuncinya sederhana kita budayakan berbicara yang benar, baik dan sopan. Bahwa Alloh menyuruh kepada orang yang beriman yang bertaqwa berkatalah yang benar, maka Alloh akan memperbaiki perilaku kita dan mengampini dosa-dosa kita. Kita semua menyadari punya sedikit atau banyak ilmu tetap disusurh hati-hatii dalam pembicaraan karena setiap kata yang kita ucapkan diminta pertanggung jawaban di hadapan Alloh kelak.

3. Di Dunia kita punya “Qolbun Taqiyun”
Semua kendaraan baik motor atau mobil tentu ada drivernya (setir). Begitu juga kondisi kita manusia punya panca indra dan anggota badan yang lainnya. Dalam diri manusia terdapat hati dan itulah drivernya. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda yang artinya “ Ketahuilah bahwa dalam diri badan manusia terdapat segumpal darah, apabila dalam badan manusia baik maka seluruh anggota badan akan ikut baik tapi sebaliknya apabila segumpal darah itu jelek maka seluruh anggota badan manusia akan ikut jelek. Ketahuilah itulah hati manusia”.

Hati manusia tidak pernah bohong dan dibohongi selalalui jujur dan benar. Makanya dalam beribadah apapun baik mahdhoh ataupun khoiroh mahdho pertama yang kita lakukan pertama adalah hati yaitu niat dan niat itu muncul dari dalam hati. Hati kita pastikan hadir karena Alloh “Khudhurul qolbi ma’a Alloh” sehingga yang kita lakukan selalu hadir bersama Alloh.

Mata melihat sesuatu yang baik atau buruk ditentukan oleh hati, lisan berbicara yang benar atau salah ditentukan oleh hati, tangan untuk memegang sesuatu yang manfaat atau madhorot ditentukan oleh hati, kaki melangkah ketempat yang diridhoi atau tidak ditentukan oleh hati, telingah dalam mendengarkan suara yang baik atau tidak juga ditentukan oleh hati. Dari hatilah semua perilaku manusia menentukan mau diarahkan kemana, apakah untuk maslaha (kebaikan) atau mafsadah (kerusakan).

Dalam ruang lingkup yang luas terjadinya banjir, gempa bumi, hutan gundul, ligkungan yang banyak polusi dan kerusakan lainnya itu karena hati manusia tertutup oleh nafsu ketamakan untuk kepentingan pribadi dan kelompok serta menguasai wilayah secara pribadi. Dan seandainya yang mengelola lingkungan alam ini orang-orang yang pandai dengan dilandasi moral agama, maka hasilnya akan mementingkan keseimbangan ekositem lingkungan hidup, Banjir dapat ditekan karena hutan tidak ditebangi dengan liar, lahan tanah dapat dipetakan sesuai tatanan geografis, gempa bumi dapat diminalisir sedini karena lingkungan dapat seimbang.

Itulah sampai Alloh memberikan warning yang artinya bahwa kerusakan di darat maupun di lautan karena tangan-tangan manusia yang tidak bertangggung jawab. Sekali lagi hatilah yang bisa bertindak untuk bisa berbuat baik dan benar dengan banyak mempelajari ilmu agama untuk keseimbangan kepandaian dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Lihat Juga :  Tiga Remaja Ikut Tawuran Di Silaberanti Diamankan, Polisi Amankan Celurit Setengah Meter

4. Di dunia punya “Yadun Sakhiyun”
Dalam kehidupan manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, itulah kata ibn Kholdum. Manusia sebagai hamba Alloh dan sekaligus diperintahkan untuk memakmurkan dunia sesuai bidangnya masing-masing. Kita apapun profesinya atau pekerjaanya hendaklah menjadi orang bisa bermanfaat kepada orang lain dan itulah kata baginda Nabi saw manusia terbaik.

Kita punya harta, keluarkan zakat dan shodaqonya untuk kepentingan bersama, kita punya ilmu dan kita amalkan karena zakat ilmu adalah ilmu yang diamalkan, kita punya kekuatan dan kekusaan dalam instansi hendaknya juga mau dan mampu berbuat kebaikan bagi yang ditangani, kita punya tenaga dan kita sumbangkan tenaga itu untuk menolong orang lain.

Kita tidak bisa berbuat apa-apa, hanya doalah yang bisa kita sumbangkan itu sudah baik. Manusia terbaik dan punya kebiasaan baiklah yang akan selalu mendapatkan berlimpahnya kenikmatan baik di dunia maupun di akhirat. Janji Alloh pasti asalkan kita ikhlas dan bersungguh-sungguh sebagaimana Alloh bersabda dalam firmannya yang artinya “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya dijalan Alloh dalam arti luas (bisa apa yang dipunya) seperti menabur satu benih akan tumbuh tujuh batang, dan masing-amsing batang akan tumbuh seratus benih.

Kita bayangkan dan pikirkan seandainya kita keluarkan untuk bersama seribu rupiah misalnya akan jadi seratus ribu rupiah, kita sumbangakan seratus ribu rupiah akan menjadi hasilnya sepuluh juta rupiah dan seterusnya bahkan oleh Alloh dilipatgandakan. Balasan itu di dunia juga di akhirat. Persoalan menyumbang ilmu, pikiran dan tenaga juga sama nilainya dilipatgandakan.

Marilah kita hanya hidup dunia saja ini akan kembali ke alam akhirat kita selalu berbuat baik kepada siapaun tanpa ada diskriminasi, lebih-lebih saudara kita seiman, sesama dan sebangsa yang lemah yang terbelakang dalam harta dan ilmu kita bantu semaksimal mungkin untuk bisa menikmati sejahtera dan keadilan.

Dengan belajar dermawan dan biasa menjadi budaya berbuat baik akan menjadi biasa baik, tapi kalau tidak biasa berbauat baik sulit untuk membiasakan berbuat baik. Kita ingat firman Alloh agar kita saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.

Itualah saudaraku semua yang sempat membaca tulisan pendek ini bisa mengingatkan kita kembali walaupun sudah tahu dan lebih tahu, kita saling mengingatkan menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. Sekali lagi gambaran surga manusia kelak diakhirat sudah bisa kita baca lewat empat aspek tersebut di atas yaitu

a.wajhun maalikhun (wajah yang selalu menyapa dengan senyum),

b. lisanun faasikhun (lisan yang selalu berkata benar, baik dan sopan),

c.qolbun taqiyun (hati yang bersih, bening, damai) dan

d.yadun sakhiyun (dermawan).
Demikian, semoga kita bisa dan bisa dengan selalu dibiasakan atas sholawat nabi Muhammad Saw dan ridho Alloh, Aamiin. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button