HALAL

Melancong ke Belanda (1) : Berawal dari Bangunan Gereja

ASSAJIDIN.COM — Allah SWT berfirman dalam Al Quran kitab yang mulia.

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Taubah: 18).

 

MASJID itu bernama Al-Hikmah atau yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Indonesia Al-Hikmah.

Masjid ini terletak di Medlerstraat 4, Den Haag, Belanda. Masjid yang didirikan umat Islam Indonesia di Belanda ini menggunakan bangunan bekas gereja.

Berdirinya masjid Al-Hikmah ini memperpanjang deretan jumlah masjid di Belanda.

Dari luar, bangunan Masjid Al-Hikmah tampak tidak mirip dengan bangunan masjid pada umumnya. Bangunan masjid berupa rumah panjang bertingkat dua tanpa kubah.

Pengajian yang diikuti anak-anak di Masjid Al-Hikmah Den Haag Belanda. (Foto: dok. PCINU Belanda)

Suasana Nyaman

Suasana masjid barulah terlihat ketika masuk ke dalam bangunan. Terdapat mihrab, bentangan sajadah serta desain interior masjid yang sederhana namum menghadirkan suasana nyaman.

Bentuk bangunan yang tidak menyerupai masjid pada umumnya berkaitan dengan sejarah masjid itu sendiri.

Ternyata, masjid Al-Hikmah awalnya adalah gereja Emmanuel. Hal ini disampaikan oleh Ketua Takmir Masjid Al-Hikmah, KH Nur Hasyim Subandi.

“Panitia bertanya kepada penjual gereja apakah pembelian juga otomatis dengan izin keramaiannya, dan ternyata termasuk. .

Akhirnya setelah ada kepastian sepreti itu, disepakati (pembelian gereja untuk masjid),” ungkap Kiai Hasyim kepada NU Online.

Lihat Juga :  Mura Bergelora (7) : 'Bergegas' ke Danau Gegas

Kiai yang juga menjabat sebagai Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda ini menceritakan bahwa pada akhir tahun 1995, umat Islam Indonesia berupaya keras mengumpulkan dana untuk mendirikan masjid. Inisiasi pendirian masjid digagas oleh Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME).

“Saat itu mereka berkegiatan di rumah sekretariat. Seiring berjalannya waktu, banyak orang Indonesia yang datang ke sini, akhirnya tempat itu sudah tidak memadai.

Pada tahun 1995-1996 mereka menginisiasi panitia pembangunan masjid untuk mencari dana,” paparnya.

Akhirnya, usaha pendirian masjid Indonesia di Den Haag Belanda berhasil ketika seorang pengusaha Indonesia membeli gereja tersebut seharga 1 juta Gulden Belanda.

Pengusaha tersebut kemudian mewakafkannya atas nama kakaknya yang wafat di Leiden setelah dirawat di kota tersebut.

“Sedang dirawat di rumah sakit di Leiden kemudian meninggal dunia. Jenazah almarhum itu dirawat semuanya dengan baik. Lalu berita ini didengar oleh dia, kemudian menanyakan kepada kami apa yang bisa dibantu,” katanya.

Masjid tersebut kemudian diserahterimakan pada 1 Juli 1996 atau 15 Safar 1417 H. Setelah diresmikan, lalu dibentuklah panitia pengurus masjid untuk pengelolaan masjid.

“Lepas dari PPME, tapi diberikan kepada seluruh Muslimin di Den Haag. Kemudian, akhirnya kepanitiaan dibentuk oleh KBRI dan ditunjuklah ketua pengurus masjid,” paparnya.

Dipilihnya bekas bangunan gereja untuk masjid ini tak lepas dari masalah perizinan bangunan. Bukan hanya soal perizinan bangunan, izin keramaian juga ternyata menjadi persoalan.

Jika Indonesia familiar dengan lantunan ayat Al-Quran dan shalawat dari pengeras suara di mushala maupun masjid, berbeda halnya dengan di Belanda.

Lihat Juga :  Melancong ke Belanda (5) : Lima Kampus Terbaik Times Higher Education's World University Rankings 2024

Masjid tidak diperkenankan memasang atau menggunakan pengeras suara di luar. Pengeras suara hanya diperkenankan digunakan di dalam ruangan.

“Speaker hanya di dalam. Boleh mengeluarkan suara keluar, tapi harus izin dulu. Nanti dijaga polisi baru boleh menyuarakan keluar,” tuturnya.

Foto : IST

Terbesar di Eropa 

Masjid Al-Hikmah dikelola oleh pengurus masjid berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Den Haag. Masjid Al-Hikmah merupakan bangunan dua lantai seluas 1.000 meter yang mampu menampung sekitar 1.300 jamaah sekaligus.

“Di lantai dua muat 800 jamaah, di bawah 500 jamaah. Total semua 1300 jamaah. Besar banget, bukan masjid kecil,” papar Kiai Hasyim.

Bahkan, lanjut dia, Masjid Al-Hikmah ini merupakan salah satu masjid milik komunitas Muslim Indonesia terbesar di Belanda dan Eropa.

“Untuk kategori komunitas Indonesia, masjid ini satu-satunya masjid terbesar di Eropa,” ucapnya.

Selain digunakan untuk shalat, di masjid Al-Hikmah ini juga diadakan pengajian dan kegiatan keagamaan.

Masjid Al-Hikmah digunakan oleh berbagai komunitas Muslim Indonesia seprti PPME, PCINU, Tombo Ati. Kegiatan masing-masing organisasi dijadwalkan secara bergilir oleh pengurus masjid.

“Untuk kegiatannya, kita setiap Sabtu yang mengisi PPME Den Haag, di hari Ahad diisi oleh PCINU, di hari Jumat ada organisasi lain seperti tombo ati yang sifatnya pengurus masjid mengelola.

Selama ini kita melakukan kegiatan yang rutin, shalat lima waktu sejak tahun 2003 sudah kita buka sampai sekarang,” terang dia.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button