DUNIA ISLAM

Ar-Razi, Ilmuwan Muslim Penemu Penyakit Cacar

ASSAJIDIN.COM — Abu Bakar Muhammad bin Zakaria bin Yahya Ar-Razi merupakan sosok gemilang dalam dunia Islam. Pemikirannya mengilhami banyak ulama dan juga ilmuwan di dunia ini.

Ar-Razi adalah salah seorang pakar sains Iran yang ahli dalam bidang kedokteran, filsafat, dan alkimia.

Salah satu kontribusi Ar-Razi di bidang ilmu kedokteran adalah, ia menjadi orang pertama yang secara klinis membedakan antara cacar dan campak.

Ia juga menemukan penjelasan dan pengobatan terkait penyakit cacar, yang kemudian dibukukan dalam buku berjudul Fi al-Judari wal al-Hasbat atau Cacar dan Campak.

Buku ini menjadi buku pertama yang mengulas secara rinci tentang perbedaan antara penyakit cacar dan campak.

Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak ulang yang ke-40 kalinya.

Pencapaian lain Ar-Razi adalah menemukan penyakit alergi asma dan menjadi ilmuwan pertama yang mengulas mengenai alergi dan imunologi.

Ia juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang menjelaskan tentang demam sebagai sebuah imun tubuh untuk melindungi diri.

Dalam bidang farmasi, Ar-Razi berperan penting sebagai pembuat peralatan kedokteran, seperti tabung, spatula, dan mortar.

Ia juga aktif mengembangkan berbagai obat-obatan yang berasal dari raksa.

Selain penemu penyakit berdasarkan hasil diagnosisnya sendiri, Ar-Razi juga mencetuskan etika kedokteran.

Salah satunya adalah bahwa dokter tidak mungkin mengetahui segala jenis penyakit dan selalu berhasil menyembuhkannya.

Kendati begitu, menurut Ar-Razi, dokter memiliki tujuan untuk berbuat baik semaksimal mungkin sekalipun ke orang yang tidak berperilaku baik.

Di tahun-tahun terakhirnya, kedua matanya menderita katarak dan menjadi buta.

Ia meninggal dunia di kota kelahirannya di Al Rayy pada 27 Oktober 925 di usia 60 tahun.

Lihat Juga :  Tempat Wisata di Arab Saudi (10) : Gua Hira, Tempat Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu yang Pertama

Selama hidup, ar-Razi menulis lebih dari 224 buku tentang berbagai mata pelajaran.

Karyanya yang paling penting adalah ensiklopedia medis yang dikenal sebagai Al-Hawi fi al-Tibb, yang dikenal di Eropa sebagai Liber Continens.

Buku-bukunya di bidang kedokteran, filsafat, dan alkimia dinilai sangat mempengaruhi peradaban manusia, terutama di Eropa.

Bahkan, beberapa penulis menganggapnya sebagai dokter Arab-Islam terhebat dan salah satu yang paling terkenal bagi umat manusia.

 

Buku Medis Abad Pertengahan

Liber Continens disusun oleh murid-muridnya setelah kematian ar-Razi.

Buku ini diterjemahkan pada 1279 ke bahasa Latin oleh Faraj bin Salim, seorang sarjana yang bekerja di Istana raja Sisilia.

Buku itu dianggap sebagai buku medis paling penting di abad pertengahan.

Karya lain yang penting adalah Kitab Al Mansuri Fi al-Tibb, buku pegangan ilmu kedokteran yang ditulisnya untuk penguasa Al Rayy Abu Salih Al-Mansur bin Ishaq.

Kemudian, Kitab Man la Yahduruhu Al-Tabib yang dipersembahkan bagi kaum miskin, para musafir, dan warga negara biasa tentang pengobatan umum ketika tidak ada dokter.

Selanjutnya, Kitab Būr ‘al-Sā’ah tentang penyakit yang menurutnya dapat disembuhkan dalam waktu satu jam, seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit telinga, kolik, gatal, kehilangan perasa, dan nyeri otot.

Ada juga Kitab Sirr Al-Asrar yang terkait dengan alkimia hingga Kitab al-Murshid, pengantar singkat tentang prinsip-prinsip dasar kedokteran yang dimaksudkan sebagai materi kuliah kepada mahasiswa.

 

Biografi

Nama lengkap dari Ar-Razi adalah Abu Bakr Muhammad bin Zakariya ar-Razi. Ia lahir di Kota Ray, Iran, pada 864 atau 865.

Nama Razi sendiri berasal dari nama kota kelahirannya, yaitu Ray, yang terletak di Jalur Sutra dan berada dekat dengan Teheran, Iran.

Lihat Juga :  6 Keteladanan Nabi Ibrahim dan Keluarga

Di dunia Barat, ia dikenal dengan panggilan ‘Ar-Razes. Ar-Razi adalah murid Ali bin Sahl Rabban aṭ-Ṭabari yang cemerlang.

Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan kimia, ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran dan filsafat.

Ia menjadi seorang dokter dan filosuf besar pada zamannya.

 

Beragam Kisah 

Masa muda Ar-Razi dipenuhi dengan beragam kisah yang menarik.

M Syarif dalam buku Para Filosof Muslim menjelaskan bahwa Ar-Razi tercatat pernah menjadi tukang intan, penukar uang, hingga pemain kecapi di masa mudanya.

Pada masa muda itulah di kemudian hari, Ar-Razi meninggalkan musik untuk mempelajari lebih dalam ilmu kimia.

Menjelang usia 40 tahun, Ar-Razi kemudian meninggalkan kimia sebab matanya terserang penyakit.

Penyakit akibat eksperimen yang dilakukannya yang menyebabkannya mencari dokter dan obat-obatan.

Itulah sebabnya, sebagaimana dituturkan Al-Biruni, Baihaqi, dan lainnya, Ar-Razi mempelajari ilmu kedokteran dan obat-obatan. Ia sangat rajin belajar dan bekerja di siang dan malam hari.

Gurunya dalam bidang ini adalah Ali bin Rabban At-Thabari yang merupakan seorang dokter dan filsuf.

Sosok Ar-Razi memang istimewa, di samping menguasi beragam ilmu seperti musik, kimia, dan kedokteran, dia juga mempelajari filsafat.

Pada masa Khalifah Muktafi, Ar-Razi pergi ke Baghdad dan memimpin sebuah rumah sakit. Waktu-waktu yang dilalui oleh Ar-Razi selalu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.

Jika tidak bersama murid dan pasiennya, ia selalu menggunakan waktunya untuk menulis dan belajar.

Inilah yang kelak di kemudian hari membuat penglihatannya berangsur-angsur melemah dan menyebabkan kebutaan. (Dari berbagai sumber)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button