Merangkul Pelaku IMK di Palembang Agar Mandiri dan Lebih Berkembang

ASSAJIDIN.COM — Kita sudah seringkali mendengar keluh kesah pelaku Industri Mikro Kecil (IMK).
Keluh kesah itu umumnya berkutat pada permodalan dan pemasaran. Keingin berdagang ada, tapi karena terbentur modal, jadi urung.
Atau modal ada, entah dari pinjaman dan lain sebagainya, karena terbentur pada pemasaran, mandek di tengah jalan.
Contohnya tukang pempek. Berjualan pempek pakai gerobak. Seharian dari pagi sampai malam paling laku hanya sepuluh butir pempek.
Begitulah seterusnya. Terkadang, sudah berjualan sampai malam, dagangan pempek gerobak tidak ada yang beli.
Pulang ke rumah dagangan pempek masih utuh. Begitulah seterusnya, hingga pada akhirnya berhenti berjualan pempek.
Begitu mirisnya nasib mereka ini. Selain modal habis usaha pempek bangkrut, mau usaha lain jadi ragu.
Keterampilan khusus tak ada. Tak jarang hanya berijazah SD dan SMP bahkan boleh jadi tidak tamat atau memang tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Kurang Dukungan
Di Palembang, masalah IMK ini pernah dibahas pada saat kota pempek ini dipimpin Harnojoyo.
Pembahasan ini mengemuka dalam seminar bertajuk ”Smart Ekonomi untuk Peningkatan Ekonomi Digital” di Palembang, Senin (22/5/2023).
Hadir dalam seminar tersebut Wali Kota Palembang Harnojoyo dan sejumlah pakar di bidang ekonomi.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Bernadette Robiani menuturkan, potensi Palembang sebagai kota dagang sangat besar.
Hanya saja, dukungan pemerintah pada industri mikro kecil (IMK) masih sangat kurang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, di Palembang terdapat sekitar 7.500 pelaku IMK.
Jumlah itu hanya sekitar 9,92 persen dari total IMK di Sumsel yang berjumlah 75.569 pelaku IMK.
Bahkan, jumlah IMK di Palembang lebih rendah dari daerah tetangganya, Kabupaten Ogan Ilir, yang memiliki 20.124 pelaku IMK.
Dari 7.500 pelaku IMK di Palembang, sekitar 98,97 persen di antaranya tidak memiliki kemitraan atau cenderung berusaha sendiri.
Selebihnya, pelaku IMK memiliki kemitraan dengan swasta dan pemerintah.
Peran pemerintah masih sangat kecil, yakni hanya 0,58 persen. Persentase itu lebih rendah dibandingkan dengan bantuan kemitraan dari sektor swasta yang mencapai 14,65 persen.
Kondisi ini, menurut Bernadette, membuat banyak pelaku IMK di Palembang yang miskin inovasi.
Mereka hanya berupaya untuk meningkatkan inovasi dengan hasil pemikirannya sendiri. (Kompas.id)
Peran Pemerintah
Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan bagian dari sektor industri manufaktur yang mempunyai sumbangan cukup signifikan dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan.
IMK memiliki beberapa ciri di antaranya sebagai berikut :
– Jenis komoditi/ barang yang ada pada usahanya tidak tetap, atau bisa berganti sewaktu-waktu.
– Tempat menjalankan usahanya bisa berpindah sewaktu-waktu.
– Usahanya belum menerapkan administrasi, bahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha masih disatukan.
Peran pemerintah kota khususnya sangat penting dalam membantu pelaku IMK.
Bukan hanya dari segi permodalan tapi juga bersifat kemitraan yang mencakup pelatihan keterampilan, pemasaran dan inovasi.
Kita tahu sebagian besar pelaku IMK tidak berpendidikan tinggi. Kebanyakan dari mereka hanya bermodalkan nekat dan keberanian saja.
Dua hal ini saja belum cukup. Diperlukan hal lain agar usaha yang ditekuni bisa bertahan di tengah sengitnya persaingan usaha saat ini.
Secara bertahap mereka diberikan motivasi bahwa usaha yang ditekuni merupakan awal dari kesuksesan di masa selanjutnya.
Untuk itu diperlukan kesabaran, keuletan dan pantang menyerah selain tentunya mampu berinovasi secara bertahap.
Inovasi-inovasi itu diarahkan pada strategi pemasaran, menghadapi persaingan, pengembangan usaha dan meracik produk berkualitas.
Mandiri Berusaha
Sebelum mereka menjadi mandiri harus ada semacam ‘bapak angkat’ atau ‘bapak asuh’ yang bisa membantu beragam kesulitan yang mereka hadapi ketika berjualan atau memasarkan produk mereka.
Selain tentunya mengingatkan untuk saling membantu sesama mereka, dengan demikian tingkat persaudaraan semakin kuat.
Kuatnya tingkat persaudaraan ini makin memudahkan untuk saling memberikan motivasi dan bantuan atas kesulitan yang dihadapi sesama pelaku IMK.***