Mutiara Kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
ASSAJIDIN.COM — Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah seorang tokoh sufi yang memiliki gelar Sulthonul Auliya atau raja dari seluruh para wali. Beliau adalah wali yang memadukan antara syariat sufisme secara praktis-aplikatif.
Lahir di Iran pada Senin, 1 Ramadan 470 H yang bertepatan dengan tahun 1077 M.
Nama lengkapnya Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Musa Zangi Dausat Al-Jailani.
Beliau wafat di Baghdad pada hari Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 M.
Berikut kami sajikan 10 kata kata bijaknya kepada Ikhwan semua.
Semoga ada manfaatnya.
1. Orang itu dikatakan dekat dengan Allah selama dia meluangkan waktunya untuk berdzikir setiap hari.
2. Sesungguhnya bencana terhadapmu bukan untuk menghancurkanmu melainkan sesungguhnya akan mengujimu, mengesahkan kesempurnaan imanmu dan menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu.
3. Bersopanlah yang baik terhadap-Nya dan terhadap makhluk-Nya. Sedikitlah berbicara yang tidak berguna bagimu.
4. Wahai muridku, jangan jadikan apa yang kamu makan dan minum, yang kamu pakai, yang kamu nikahi dan berkumpul dengannya sebagai tujuan dan cita-cita. Semuanya adalah dorongan hasrat dan hawa nafsu.
5. Orang-orang yang meninggalkan amal dalam keadaan berilmu, ilmu itu akan melupakanmu dan berkahnya hilang dari hatimu. Wahai orang-orang yang bodoh! seandainya kamu mengetahui-Nya niscaya kamu mengetahui siksaan-siksaan-Nya.
6. Dunia boleh saja di tanganmu atau berada di sakumu untuk engkau simpan dan pergunakan dengan niat yang baik. Tetapi jangan meletakkannya di dalam hati. Engkau boleh menyimpannya di luar pintu (hati), tetapi jangan memasukkannya ke dalam pintu. Karena hal itu tidak akan melahirkan kemuliaan bagimu.
7. Sabar adalah suatu ketentuan, daya positif yang mendorong jiwa untuk menunaikan kewajiban, selain itu sabar adalah suatu kekuatan.
8. Janganlah kamu menjadi orang yang berlisan syukur, tetapi hatimu berpaling dari hak yang datang kepadamu, memang demikianlah kebanyakan orang.
9. Lelah itu selama kamu berkemauan untuk menuju dan berjalan kepada-Nya.
10. Jika dunia dan akhirat datang melayanimu, dengan tanpa susah payah, ketuklah pintu Tuhanmu dan menetaplah di dalamnya. Bila kamu telah menetap di dalamnya, akan jelaslah bagimu seperti “buah pikiran.” (Liputan6.com)