MOZAIK ISLAM

Menghitung-hitung Amalan Baik dan Amalan Buruk di Penghujung Tahun Syamsiyah (Tahun Masehi)

AsSAJIDIN.COM — Masa dalam kehidupan kita terdiri masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah kenyataan dan masa yang akan datang adalah harapan, masa lalu sudah lewat, masa yang akan datang masih ghaib atau harapan dan kita hanya punya masa saat ini untuk berbuat sesuai pilihan kita masing masing.

 

Bagi orang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan kepada hari perhitungan amal (yaumul hisab), masa lalu tidak akan dibiarkan berlalu, tetapi dijadikan momentum untuk Muhasabah yakni menghitung amal baik dan buruk yang pernah dilakukan, introspeksi, mawas diri, atau meneliti diri sehingga di kehidupan berikutnya bisa lebih hati-hati, lebih baik lagi dalam berfikir, berkata dan berbuat. Orang beriman akan selalu mengingat firman Allah subhanahu wata’ala :

Lihat Juga :  Renungan dari Pidato BJ Habibie, Kalaulah Kita Sempat?

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk esok (hari akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr/59: 18-19)

Ayat tersebut menjadi isyarat pentingnya muhasabah utamanya untuk cheking apa yang sudah diperbuat atau disiapkan untuk kehidupan yang akan datang yaitu akhirat, kehidupan yang kekal. Kemauan untuk muhasabah juga mencerminkan orang bijak dan cerdas karena hidup tidak hanya berfikir dan berbuat untuk kepentingan dunia saja, tapi juga berfikir dan berbuat untuk kepentingan sesudah mati, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

Lihat Juga :  Jam Belajar Sekolah di Palembang Dikurangi 2 Jam Akibat Kabut Asap

Artinya : “Dari Syadad bin Aus radhiallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Orang yang bijak (pandai/ cerdas) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) diri sendiri dan beramal untuk kehidupan sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsu serta ber angan-angan terhadap Allah” (HR. Imam Turmudzi). (*/sumber:istiqlal.or.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button