MUSLIMAH

Momen Hari Ibu, Relakan Karir Jurnalis Demi Mengasuh Buah Hati

ASSAJIDIN.COM — Tanggal 22 Desember menjadi hari spesial. Sebagian besar orang Indonesia merayakannya sebagai Hari Ibu.

Hari Ibu jadi momen dimana seorang ibu begitu sangat dispesialkan dengan berbagai macam bentuk kasih sayang, dari suami, anak maupun keluarga.

Mengingat jasanya yang luar biasa, ibu punya peran sangat penting di keluarga tak hanya sebagai seorang istri.

Karena tak jarang sebagai seorang wanita mandiri, seorang ibu rela mengorbankan cita-cita masa muda dan karirnya demi keluarga terutama anak-anaknya.

Seperti hal yang dirasakan Rahmalia (31), ibu muda dua orang anak yang kini kesehariannya menjalani peran sebagai ibu rumah tangga.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, dirinya merelakan karir sebagai seorang Jurnalis di salah satu perusahaan media di Kota Palembang, demi merawat dua buah hati tercintanya.

“Pernah mempercayakan kepada jasa pengasuh untuk merawat anak pertama, tetapi setelah anak kedua lahir saya lebih memilih mengasuh sendiri,” katanya.

Sebagai ibu muda, wanita yang akrab disapa Liyah ini menikmati mengasuh dua anaknya dan berperan sebagai ibu rumah tangga.

Lihat Juga :  Menghibur Diri Sebagai Upaya Membangun Mental Positif

“Sejak lulus kuliah langsung bekerja sebagai Jurnalis, saya sangat mencintai pekerjaan saya, anak-anak juga sama pentingnya bagi hidup saya,” ungkap Liyah.

Baginya peringatan hari ibu, tak hanya sebatas hari biasa. Di momen hari ibu, dedikasi, bentuk penghargaan terhadap peran seorang perempuan sudah sepantasnya diberikan.

Terlebih, membagi waktu untuk sendiri dan mengurus rumah tangga, memerlukan effort yang luar biasa.

“Semua jadi satu, pikiran, perasaan dan fisik harus bisa selaras. Butuh support pula dari suami sebagai partner kita. Karena dalam realitasnya tidak semudah teori parenting atau lainnya,” ujarnya.

Menjalani 2 peran yakni sebagai wanita pekerja dan ibu itu, sempat membuatnya merasa kesulitan, apalagi Dia harus menitipkan buah hatinya pada pengasuh.

“Fisik di kantor, tapi kadang hati dan pikiran ini di pada anak, jadinya tidak fokus, terlebih saat anak sakit ada rasa khawatir dan sering terpaksa harus izin kantor,” ungkapnya.

Menurutnya, perjuangan ibu masa kini sudah berbeda dibandingkan jaman dahulu. Kini para perempuan lebih bebas untuk mendedikasikan diri mereka dengan cita-citanya. Ada yang ingin jadi wanita karir ataupun ibu rumah tangga, itu adalah pilihan.

Lihat Juga :  Wahai Saudaraku, Jangan Kau Durhakai Ibumu

“Walau untuk sekarang harus mengubur impian untuk bisa bekerja, tapi tak ada yang disesali sebab semua itu pilihan.
Saya pilih kini jalani peran ibu rumah tangga karena tak ingin lagi melewatkan masa emas tumbuh kembang anak dan mengurus suami sepenuhnya,” katanya

Liyah tak menampik, bila ada kesempatan dan waktu, dirinya ingin bisa bekerja kembali.

“Semoga bisa kembali kerja lagi, namun jika bisa memilih, semoga kelak bisa dapat pekerjaan yang waktunya lebih fleksibel sehingga bisa mengurus keluarga,” katanya.

Peran seorang ibu juga menurutnya, bak sebuah pilar pondasi pada sebuah bangunan. Begitu penting untuk membuat struktur yang kokoh.

“Dalam rumah tangga Ibu itu punya kewajiban untuk membentuk dan mendidik generasi yang kelak bisa bermanfaat baik untuk agama, negara dan orang sekitar,” katanya. (pitria)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button