Tausiah Bahaya Riya dalam Kehidupan, Majelis Tabligh dan Ketarjihan ‘Aisyiyah Sumsel
AsSAJIDIN.COM – Gerakan Perempuan Mengaji Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sumatera Selatan menggelar Majelis Tabligh bertema Bahaya Riya dalam Kehidupan.
Menghadirkan Ustadz Reza Esfan Asjoedjir n hj sebagai pemateri majelis kajian, bertempat di Masjid Jamik Balayudha, Jumat (27/10/23) pukul 13:30 WIB hingga selesai..
Menurut Ali bin Abi Thalib, Orang yang berlaku riya’ memiliki tiga ciri dan tanda-tanda orang yang riya’. Yaitu dia menjadi pemalas apabila sendirian, dia menjadi giat jika berada di tengah-tengah orang banyak, dia menambah kegiatan kerjanya jika di puji dan berkurang jika diejek.
Dalam surah Al baqaroh ayat 208 berbunyi “wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam islam. Janganlah kalian mengikuri langkah-langkah setan. Sungguh setan ini musih yang nyata,”.
“Jangan di potong ayat-ayat Al Quran, karena Allah yang menurunkan dan mengaturnya,”katanya dalam Majelis Tabligh dan Ketarjihan.
Dalam Taushiyah nya ia mengatakan Riya’ adalah mashdar yang artinya suatu perbuatan berpura-pura atau menyombongkan diri untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari manusia bukan niat tulus kepada Allah.
Tindakan riya’ bertentangan dengan ajaran islam yang menekankan pasa keislaman (kejujuran dalam niat) dan ibadah semata mata untuk Allah.
“Lakukan ibadah secara ikhlas untuk Allah agar diberikan balasan setimpal oleh Allah, meskipun Di dalam hidup ini, saya pun merasakannya alangkah susahnya menghindari godaan setan salah satunya riya’ ini,”katanya saat memberikan tausiyah Gerakan Perempuan Mengaji.
“Jangan kalian merasa diri kalian suci, Allah lebih tahu akan orang-orang yang berbuat baik diantara kalian,” HR. Muslim.
Dalam surah Al Baqarah 2 : 264 berbunyi “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”.
Ia mengatakan banyak di jumpai di lingkungan kerja ataupun teman-teman menampakkan salatnya padahal ketika sedang sendiri ia tidak melakukan kewajibannya.
Maka binasa dan celakalah orang yang salat yang memiliki sifat-sifat tercela berikut. Yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, di antaranya dengan tidak memenuhi ketentuannya, mengerjakannya di luar waktunya, bermalas-malasan, dan lalai akan tujuan pelaksanaanya.
Tidak hanya itu, mereka jugalah orang-orang yang berbuat ria, baik dalam salatnya maupun semua perbuatan baiknya. Dia beramal tanpa rasa ikhlas, melainkan demi mendapat pujian dan penilaian baik dari orang lain.
“Seperti dalam Al Quran surah Al Maun 107. : 4-7, Maka neraka way atau kecelakaan lah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna,”katanya yang juga Staf Dir SIT Al Furqon Palembang
Kepada para jamaah majelis mayoritas muslimah, ia katakan Pokok pangkal riya’ adalah kecintaan kepada pangkat dan kedudukan.
Ia berharap semoga jamaah tetap rendah hati, selalu mengingat Allah, berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah SWT. (tri jumartini)