Refleksi Hari Kesaktian Pancasila: Komunisme Bentuk Kemunafikan atas Nama Kemanusiaan
AsSAJIDIN.COM — Komunisme, sebagai ideologi politik yang kokoh berdiri di atas konsep-konsep Karl Marx, telah menimbulkan kontroversi yang besar dalam sejarah manusia.
Dengan narasi sekulernya, komunisme berupaya menghilangkan peran agama dalam kehidupan, seringkali menciptakan ketegangan dalam upaya mencapai kesejahteraan.
Paradigma utama dalam pemikiran komunis yang menyatakan, “Semua terbuat dari benda, melalui benda, dan akan kembali ke benda,” sering dianggap terbatas, tidak manusiawi, dan kurang berhasil dalam pelaksanaannya.
Hal tersebut di sampaikan oleh Muhammad Alif Haykal, sebagai Mahasiswa University Al Azhar, Kairo Mesir.
Berasal dari paradigma semacam ini, komunisme meyakini bahwa keadilan hanya dapat dicapai melalui kebebasan mutlak. Padahal, dalam sejarah, komunis sendiri sering terlibat dalam tindakan kekerasan seperti pembunuhan, penculikan, dan pertikaian, bukan hanya terhadap rakyat sipil tetapi juga terhadap pejabat negara, jenderal, dan tokoh agama. Mereka berjuang demi kemanusiaan, namun dengan cara yang tidak memanusiakan.
Dalam konteks Islam, semua aspek komunisme secara tegas ditolak. Umat Islam tidak mengadopsi pemikiran yang merendahkan martabat manusia dan paradigma yang salah dalam kemanusiaan, melainkan meyakini bahwa, “Sesungguhnya kita diciptakan oleh Allah, untuk Allah, dan akan kembali kepada Allah.”
Pandangan Islam menekankan bahwa konsep kehidupan harus didasarkan pada perintah Allah, yang menciptakan kehidupan itu sendiri, karena hanya Pencipta manusia yang dapat mengangkat martabat manusia.
Ketika Karl Marx dengan angkuhnya menyatakan, “Agama itu candu bagi manusia!” Allah berfirman, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” Marx tidak dapat memberikan jawaban yang memadai, sekalipun ia bergantung pada narasi ilmiah saintifik, karena tidak ada jawabannya selain dari Pencipta manusia itu sendiri yang Marx tidak mengakui.
Ketika komunis berusaha melakukan revolusi ekonomi dengan janji keadilan sosial, mereka mengatur kepemilikan pribadi secara mutlak, yang bertentangan dengan ajaran Islam yang menyatakan, “Dan janganlah kamu serahkan harta (orang lain) yang dijadikan Allah sebagai pokok (untuk mendapat keutamaan) di antara kamu kepada orang-orang yang lemah di antara kamu.” Hal ini dengan tegas menentang ide komunis yang mencoba merampas hak pribadi masyarakat.
Ketika komunis mengagungkan negara sebagai otoritas mutlak yang mengatur manusia tanpa keterlibatan musyawarah dan mufakat, ajaran Islam menyatakan, “Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas urusan yang ia pimpin.” Hal ini dengan tegas menentang ide komunis yang mencoba merampas hak kepemimpinan masyarakat.
Dan ketika komunis dengan bangga mengatakan, “Kami bekerja untuk memperbaiki kehidupan di muka bumi!” dengan tindakan-tindakan keji yang merusak, Allah menyindir mereka, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.”
Na’udzubillahi Min Dzaalik. Semoga kita terhindar dari paham Komunisme, kemunafikan atas nama kemanusiaan. (tri jumartini)