ASSAJIDIN.COM — Kata Istisqa berasal dari Al-Istiqa yang artinya meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya).
Baginda Rasulullah SAW juga pernah melaksanakan salat istisqa untuk meminta hujan kepada Allah SWT.
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang berbunyi:
خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن
Artinya: “Nabi Muhammad SAW keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rakaat bersama kita tanpa azan dan iqamah, kemudian beliau berdiri untuk khotbah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya.” (HR. Imam Ahmad)
Waktu terbaik pelaksanaan salat Istisqa adalah saat matahari mulai naik, atau sedang terik-teriknya.
Sebagian ulama juga menganjurkan salat istisqa lebih utama dilaksanakan setelah salat Jumat, supaya doa dan keinginan kita lebih cepat terkabul.
Niat salat Istisqa
Dari laman Kemenag, berikut ini bacaan niat salat Istisqa:
أصلي سنة الاستسقاء ركعتين مستقبل القبلة اماما/ماموما لله تعالى
Ushalli sunnatal istisqa’i rak’ataini (imaaman/ma’muman) lillahi ta’ala
Artinya: saya niat salat sunah istisqa dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.
Cepat Terkabul
Salat Istisqa bisa dilaksanakan secara munfarid (individu) atau jamaah.
Jika berjamaah, imam dianjurkan untuk mengumumkan pelaksanaan salat istisqa beberapa hari sebelumnya.
Pelaksanaan ini juga perlu dibarengi dengan ketaatan dan perbuatan kebajikan.
Disyariatkan juga untu berpuasa selama empat hari dan mengerjakan salat Istisqa saat puasa di hari keempat.
Syekh Abdullah Bafadhal Al-Hadhrami mengatakan langkah salat Istisqa mirip dengan salat dua rakaat salat Ied.
Sama-sama berjumlah dua rakaat, perbedaannya keduanya hanya terletak pada penempatan khotbah, pembacaan takbir, dan arah khatib pada khotbah kedua.
Mengutip NU Online, berikut ini langkah tata cara salat Istisqa:
– Rakaat pertama takbir tujuh kali sebelum membaca surat Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan surah Alquran.
– Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Alquran.
– Khotbah dua atau sekali sebelum (atau setelah) salat. Khotbah setelah salat lebih utama.
– Sebelum masuk khotbah pertama khatib membaca istighfar sembilan kali.
– Sebelum masuk khotbah kedua khatib membaca istigfar tujuh kali.
– Perbanyak doa dalam khotbah kedua
Sebanyak mungkin
Setelah selesai melaksanakan salat Istisqa, dianjurkan untuk membaca doa istisqa sebanyak mungkin.
Namun sebelum itu, kamu bisa mengawalinya dengan doa kurb atau doa Rasulullah SAW saat menghadapi kesusahan.
Berikut adalah bacaan doa istisqa dan doa kurb yang bisa kamu lantunkan.
Doa kurb
Berikut adalah doa kurb lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan artinya yang bisa dibacakan.
لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ اْلأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ
Laa ilaaha illallahul’adzhiimul haliim, la ilaaha illallaahu rabbil arsyil ‘adzhiim, la ilaaha illallaahu rabbus samaawaati wa rabbul ardhi wa rabbul arsyil kariim.
Artinya: “Tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Santun, tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai Arasy yang agung. Tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai langit dan bumi dan menguasai Arasy yang agung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Doa istisqa
Sedangkan di bawah ini adalah bacaan doa Istisqa, lengkap dengan latin dan artinya.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ
اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ
اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ
اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ
اللَّهُمَّ إِنَا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا
Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī’an marī’an (lan riwayat murī’an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā’iman.
Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj’alnā minal qānithīn
Allāhumma inna bil ‘ibādi wal bilādi wal bahā’imi wal khalqi minal balā’i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika.
Allāhumma anbit lanaz zar’a, wa adirra lanad dhar’a, wasqinā min barakātis samā’i, wa anbit lanā min barakātil ardhi.
Allāhummarfa’ ‘annal jahda wal jū’a wal ‘urā, waksyif ‘annal balā’a mā lā yaksyifuhū ghairuka.
Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā’a ‘alainā midrārā.
Artinya: “Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan.”
“Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu.”
“Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu.”
Sumber : POPBELA.com