Haji Mabrur Bisa Dilihat Ketika Sudah Pulang dari Tanah Suci
AsSAJIDIN.COM –– Banyak kita dengar doa dan ucapan yang disampaikan ketika orang hendak berangkat haji, ‘semoga jadi haji mabrur’ ternyata ungkapan ini tidak hanya berlaku saat pergi, namun juga ketika pulang.
Tentang haji mabrur, bukanlah semata-mata karena bagaimana pelaksanaan haji di Tanah Suci, namun juga tentang kebiasaan setelah pulang dari ibadah haji.
Rasulullah dalam hadits menyebut bahwa haji mabrur ini tidak ada balasan, kecuali surga, sehingga mereka yang berhaji berlomba-lomba mencapai haji mabrur.
Dilansir Assajidin Grup dari Kemenag.go.id, ada beberapa hal yang bisa dikategorikan untuk menjadi mabrur, seperti yang dijelaskan oleh anggota Amirul Hajj sekaligus Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dr. Asrorun Ni’am.
Al mabrur dalam istilah bahasa adalah isim maf’ul dari akar kata al birru yang artinya kebaikan atau kebajikan, sehingga bisa disebut al hajjul mabrur artinya haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan.
Mereka yang berhaji dianjurkan untuk melakukan perbuatan ini selama ibadah dan juga setelah pulang dari haji haruslah mengerjakan kebaikan dan kebajikan
Kebaikan itu tidak hanya kepada orang lain namun juga kebaikan pada diri sendiri, sehingga tidak hanya bermanfaat untuk pribadi namun juga menimbulkan banyak manfaat bagi orang lain.
Dalam tahapan mencapai itu, ternyata tidaklah secara instan atau tiba-tiba saja, ada tahapan untuk bisa mencapai mabrur sejak sebelum berangkat hingga setelah berangkat.
Mereka yang akan mencapai mabrur juga dituntut untuk memahami ajaran agama Islam dengan baik, termasuk juga manasik hajinya agar haji yang dikerjakan tidak sia-sia karena memiliki ilmu.
Jika berangkat menggunakan uang dan materi, hendaklah menggunakan uang yang halal dan bukan dari hasil curian dan lainnya, karena harta yang tidak baik akan mempengaruhi pahala ibadahnya.
Menunaikan ibadah haji tentulah harus memperbanyak hingga menyempurnakan amal ibadah, termasuk tentang syarat, rukun, wajib haji.
Meski sudah mengetahui dan melakukan hal-hal yang dapat menjadi haji mabrur namun hanyalah Allah SWT yang menentukan, namun biasanya bisa digambarkan dengan kebiasaan setelah pulang.
Secara personal, hendaknya ibadah terus ditingkatkan, mungkin sebelum haji salat masih bolong, namun kini sudah tidak bolong lagi dan tepat waktu.
Jika biasanya masih menggunjing, setelah pulang hendaknya tidak menggunjing lagi, dan juga terus meningkatkan waktu dengan hal yang lebih bermanfaat.
Selain itu juga, dituntut untuk memberikan empati terhadap orang lain, termasuk solidaritas sosial, termasuk memberi salam saat berjumpa dengan orang lain dan lainnya.
Menjadi haji mabrur harus diupayakan terus, mulai dari persiapan, saat, dan pasca haji, sehingga balasan surga bisa diperoleh di hari akhirat kelak. (reno)