Cerita Sedih dari Bilik Rumah Singgah, Baru Lulus SD Anak Diserang Leukemia
AsSAJIDIN.COM — KISAH seorang ibu di Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) ini sedih menyayat hati kala menceritakan anaknya yang baru lulus Sekolah Dasar (SD) diserang Leukemia.
Siang itu, bangunan ruko tiga lantai tampak seperti biasa saja, seorang pengelola menyapu halaman sembari ngobrol dengan beberapa orang yang sepertinya saling kenal.
Beberapa menit duduk di bantaran ruko, tampak beberapa orang ibu membawa anaknya naik turun tangga ruko di Jalan Sekip Lebak Rejo No 824 A Palembang itu.
Raut wajah tidak biasa tampak terlihat, seperti sedang lelah lalu duduk dan bercerita dengan ibu-ibu lainnya seputar kondisi anak.
Sudah tentu bahwa, beban pikiran ibu-ibu yang tinggal di sini tidaklah mudah, membayangkannya saja rasanya tidak kuat apalagi harus bercerita.
Seperti Ibu Lilik (57 tahun) ini, anaknya yang baru lulus SD mengalami leukemia, sambil berkaca-kaca ia menceritakan tentang dirinya dan anaknya itu.
Untuk sampai ke Palembang ia harus menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam naik speedboat, dalam satu pekan pernah dua sampai tiga kali bolak-balik ke rumah sakit.
Selama 6 bulan sudah menemani sang anak melawan penyakit yang mematikan itu, hilir mudik dijalani tanpa tahu rasa lelah, berharap agar anaknya bisa segera sembuh.
Tentunya jika sudah bicara tentang kondisi anak, naluri seorang ibu tidaklah bisa ditafsirkan, Ibu Lilik menghapus air matanya yang hampir tumpah.
“Hanya bisa berharap kesembuhan anak saya, dia baru tamat SD, terkadang baru tiga hari pulang sudah balik lagi ke rumah sakit,” tutur Ibu Lilik, yang diketahui bekerja sebagai petani padi di Banyuasin ini.
Ibu Lilik juga bercerita bahwa rumah singgah ini sangat membantu biaya meringankan biaya operasionalnya ketimbang harus mencari penginapan lain.
Tidak hanya ibu Lilik, seorang ibu lainnya bernama Fitri juga mengalami hal serupa, anaknya juga mengalami penyakit yang sama dia berasal dari Bengkulu.
Kurang lebih sudah 1,5 bulan berobat ke rumah sakit dan tinggal di rumah singgah ini, dan merasa sangat terbantu dengan adanya tempat ini.
Demikian juga dengan Sri Yati ibu 45 tahun berasal dari Pali, Sumsel ini, kurang lebih sudah 2 tahun sang anak mengalami penyakit kelenjar getah bening.
Bolak balik ke rumah sakit untuk melakukan kemo, rumah singgah tersebut cukup berarti baginya untuk meringankan biaya.
“Saya bisa sampai 3 bulan sekali datang ke sini, kalau mau ke tempat lain, biaya sudah berapa, dan rumah singgah ini sangat membantu orang tua seperti kami,” katanya.
Pengelola, rumah singgah ini, Herman menyebut bahwa tidak sedikit orang tua pasien yang mengidap kanker datang ke sini dan bermalam menunggu perawatan anaknya.
“Kebanyakan dari Sumsel seperti Banyuasin, Ogan Ilir, Pali dan lainnya, namun ada juga yang datang dari Jambi, Bengkulu, Lampung,” katanya.
Rumah Sehat Ceria ini merupakan rumah singgah untuk anak-anak penderita kanker dan anak dengan penyakit kronis lainnya.
“Biasanya mereka datang ke sini bawa KTP dan KK, dan biasanya mendapat rekomendasi juga dari dokter di RSMH, terutama bagi yang sangat membutuhkan,” katanya.
Herman mengatakan, tempat ini gratis, namun memang hanya yang benar-benar membutuhkan bisa bermalam di sini.
“Khusus kanker anak yang kronis, ada fasilitas kasur dan lainnya, pasien dan pendamping ada yang sampai 10 hari di sini,” katanya. (reno)