Cinta Kepada Orang Lain Hendaklah Karena Allah
“Cinta itu tertanam dalam hati dan jiwa yang saling mengasihi”
Assajidin.com – Membicarakan cinta tak dapat dilepaskan dengan motif dan tujuan pelakunya. Sesuai arti katanya, cinta adalah perasaan hati dalam menyenangi sesuatu. Dalam bahasa Arab, cinta sering disebut dengan kata mahabba. Mencintai sesuatu berarti sama dengan menyenanginya.
Cinta adalah salah satu sifat fitri (alami) yang memang Allah SWT anugerahkan kepada manusia. Dengan cinta, manusia satu dan lainnya dapat membina hubungan dengan harmonis. Umat muslim dipersatukan oleh kalimat tauhid yang kokoh. Selain itu, sesama umat muslim memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT. Karenanya Islam tidak mengenal istilah kasta atau kedudukan lebih rendah ataupun lebih tinggi.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT memiliki 100 rahmat kasih sayang. Sebanyak 99 Ia simpan untuk hamba-hamba-Nya nanti di akhirat, sedangkan satunya Ia turunkan kepada umat manusia. Dengan hanya satu rahmat inilah, manusia satu dengan yang lainnya saling mencintai.” (HR Bukhari-Muslim). Dalam Pengajian yang disampaikan oleh Ustadz Amran Anwar di Mesjid Al Furqon Palembang, ia menggambarkan bagaimana cinta dan kasing sayang, bahwa cinta dan kasih sayang yang dimiliki manusia hakikatnya adalah bentuk anugerah tertinggi yang Allah SWT berikan.
Itu artinya, cinta sesungguhnya harus dilandasi dengan keyakinan bahwa cinta itu adalah dari Allah SWT dan harus dimanfaatkan sepositif mungkin oleh manusia, semata-mata karena Allah. Dengan kata lain, uajrnya mencintai manusia lain sebetulnya harus dilandasi sikap bahwa cintanya itu adalah karena Allah, sehingga cinta yang ditimbulkan akan selalu berada dalam jalur yang sudah Allah SWT gariskan, bukan cinta buta yang hanya memperturutkan hawa nafsu rendah.
Meraih Cinta Abadi
Mencintai seseorang karena Allah SWT akan mengantarkan seseorang pada satu level, di mana Allah SWT melimpahkan cinta abadi-Nya yang tak terkira. Rasulullah SAW pernah bercerita kepada Abu Hurairah, sebagaimana kisah yang diceritakan oleh Ustads Amran; Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang berniat mengunjungi temannya dalam sebuah kampung.
Dalam perjalanan, itu bertemu dengan malaikat yang sengaja Allah turunkan untuk menanyakan tujuannya. Laki-laki itu menjawab, ia ingin mengunjungi salah satu temannya di sebuah kampung. Malaikat bertanya lagi tentang alasan kunjungan itu, apakah karena temannya itu memiliki satu jasa berharga yang harus dibalas atau tidak. Dengan tegas, laki-laki itu menjawab ia tidak memiliki alasan selain bahwa kunjungannya itu adalah karena cintanya kepada temannya, cinta yang dilandasi semata-mata karena Allah SWT.
Malaikat itu akhirnya memberi tahu kepada laki-laki itu bahwa ia adalah utusan Allah untuk menyampaikan kabar gembira bahwa laki-laki itu dijamin akan dicintai Allah selamanya, dengan sebab cintanya pada temannya itu karena Allah.” (HR Muslim). Cinta sesama manusia hanya karena Allah, sebagaimana kisah dan ajaran dalam Islam menurut Amran, bukan karena alasan lain, itulah cikal bakal cinta abadi yang Allah SWT siapkan di akhirat kelak. Cinta model ini pulalah yang akan menjadi naungannya nanti di hari kiamat. Satu hari yang tidak ada naungan lagi selain naungan yang Allah berikan kepada manusia.
Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat nanti Allah SWT akan berseru, ’Mana orang-orang yang saling mencintai hanya karena Aku? Pada hari kiamat yang tidak ada naungan ini, Aku akan memberikan naungan-Ku pada mereka semua.’” (HR Muslim). Dengan cinta yang dilandasi keyakinan seperti inilah, umat manusia akan dapat mewujudkan kedamaian dan keharmonisan di antara sesama. Firman Allah, Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”(QS. Maryam : 96)
Penulis: Bangun Lubis