Hikmah dan Keutamaan di Balik Memberi Makan Orang Berpuasa
AsSAJIDIN.COM — Bulan Ramadhan benar-benar kesempatan terbaik untuk beramal.
Bulan Ramadhan adalah kesempatan menuai pahala melimpah.
Banyak amalan yang bisa dilakukan ketika itu agar menuai ganjaran yang luar biasa. Dengan memberi sesuap nasi, secangkir teh, secuil kurma atau snack yang menggiurkan, itu pun bisa menjadi ladang pahala. Maka sudah sepantasnya kesempatan tersebut tidak terlewatkan.
Inilah janji pahala yang Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallaam sebutkan :
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
MAN FATHORO SHOO-IMAN KAANA LAHU MITSLU AJRIHI GHOIRO ANNAHU LAA YANQUSHU MIN AJRISH SHOO-IMI SYAI’AN
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”
(HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Al Munawi rahimahullaah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air.
[Faidul Qodhir, 6/243].
Ath Thobari rahimahullah menerangkan : “Barangsiapa yang menolong seorang mukmin dalam beramal kebaikan, maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan pahala semisal pelaku kebaikan tadi. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar bahwa orang yang mempersiapkan segala perlengkapan perang bagi orang yang ingin berperang, maka ia akan mendapatkan pahala berperang. Begitu pula orang yang memberi makan buka puasa atau memberi kekuatan melalui konsumsi makanan bagi orang yang berpuasa, maka ia pun akan mendapatkan pahala berpuasa.”
[Syarh Ibnu Baththol, 9/65].
Sungguh luar biasa pahala dijanjikan.
Di antara keutamaan lainnya bagi orang yang memberi makan berbuka adalah keutamaan yang diraih dari do’a org yg menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah do’a yang terkabulkan. Karena memang do’a orang yang berbuka puasa adalah do’a yang mustajab.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallaam pernah bersabda :
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوم
TSALAATSATUN LAA TURODDU DA’WATUHUMUL IMAAMUL ‘AADILU WASH-SHOO-IMU HIINA YUFTHIRU WA DA’WATUL MADZLUUMI.
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak :
(1) Pemimpin yang adil,
(2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka,
(3) Do’a orang yang terdzolimi.”
Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.
Apalagi jika orang yang menyantap makanan tadi mendo’akan sebagaimana do’a yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam praktekkan, maka sungguh rizki yang kita keluarkan akan semakin barokah. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan :
اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى
ALLAAHUMMA ATH’IM MAN ATH’AMANIY WA ASQI MAN ASQOONIY
“Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku.
[HR. Muslim no. 2055].
Tak lupa pula, ketika kita memberi makan berbuka, hendaklah memilih orang yang terbaik atau orang yang sholih. Carilah orang-orang yang sholih yang bisa mendo’akan kita ketika mereka berbuka. Karena ingatlah harta terbaik adalah di sisi orang yang sholih.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallaam pernah mengatakan pada ‘Amru bin Al ‘Ash :
يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِح
YAA ‘AMRUU… NI’MAL MAALUSH SHOOLIHU LILMAR’ISH SHOOLIHI
“Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta di tangan hamba yang Shalih.”
[HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim]
Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.
[Lihat Lathoif Al Ma’arif, 298]
Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda :
« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »
INNA FIL JANNATI GHUROFAN TUROO DZUHUURUHAA MIN BUTHUUNIHAA WA BUTHUUNUHAA MIN DZUHUURIHAA.
FAQOOMA A’ROOBIYYU FAQOOLA LIMAN HIYA YAA ROSULULLAAH…? QOOLA : LIMAN ATHOOBAL KALAAMA WA ATH’AAMA WA ADAAMASH SHIYAAMA WASH-SHOLLA LILLAAHI BILLAILI WAN-NAASU NIYAAMUN
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.”
[HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan].
Seorang yang semangat dalam kebaikan pun berujar, “Seandainya saya memiliki kelebihan rizki, di samping puasa, saya pun akan memberi makan berbuka. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Sungguh pahala melimpah seperti ini tidak akan saya sia-siakan. Mudah-mudahan Allah pun memudahkan hal ini.” (*/sumber: nu.or.id)