NASIONAL

Inilah Hasil Riset Serta Penyebab Mengapa Sering Terjadi Arogansi Pemilik Mobil Mewah di Jalanan

AsSAJIDIN.COM — Kasus arogansi pemilik mobil mewah, belakangan sering terjadi. Beberapa waktu kejadian serupa pernah terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Herannya rata-rata kasus arogansi melibatkan pemilik Pajero, Fortuner dan brand mobil mewah lainnya.

Kasus pemilik mobil mewah yang marah-marah dan cenderung arogan menyalahkan pengguna jalan lain yang bersenggolan dengannya biasanya viral di  masyarakat setelah video kejadiannya ramai di media sosial.

 

Mengapa Pengendara Mobil Mewah Cenderung Arogan di Jalan?

Dikutip dari kumparan.com, sebuah penelitian psikologi yang diterbitkan di jurnal PNAS mengungkapkan bahwa individu kelas atas (upper-class) punya kecenderungan lebih untuk berbuat sesuatu yang tidak etis ketimbang individu kelas bawah (lower-class).

 

Ada beberapa analisis yang peneliti lakukan dalam studi ini, salah satunya adalah bagaimana individu kelas atas tersebut berperilaku di atas mobil.

Berdasarkan pengamatan, pengendara dengan mobil mewah cenderung lebih sering memotong antrean sebelum persimpangan, ketimbang menunggu gilirannya.

Selain itu, hasil riset juga menyebut pengemudi kalangan kelas atas ini cenderung memotong jalan pejalan kaki yang mencoba menyeberang persimpangan.

Di penelitian yang berbeda, Jan-Erik Lönnqvist selaku Profesor Psikologi Universitas Helsinki, menyimpulkan bahwa pengemudi mobil mewah cenderung egois, mengabaikan hak pejalan kaki, dan lebih mungkin untuk melanggar peraturan lalu lintas.

Studi yang dilakukan Lönnqvist ini menyurvei hampir 2000 pemilik mobil di Finlandia.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa individu yang mengemudi secara agresif, arogan, dan sering melanggar aturan lalu lintas sering berasal dari kalangan dengan mobil mewah.

Perilaku ini dijelaskan dengan kepemilikan mobil mewah sebagai status sosial yang tinggi. Hal ini secara langsung berkaitan dengan kepribadian egois dan sentris, khususnya di kalangan pria.

Profesor Lönnqvist berkata bahwa kecenderungan ini tidak terlalu menonjol di antara pemilik mobil mewah kalangan wanita. Dia berasumsi bahwa wanita tidak terlalu melihat mobil sebagai simbol status.

Lihat Juga :  Kisah Anna Kumari, Menjadi Maestro Tari Sumsel Sejak Era Tahun 1960-an Karena Cinta Sang Suami

 

 

Arogan =Sombong

Arogan memiliki arti congkak, sombong serta angkuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]. Sedangkan dalam ilmu psikologi, arogan ditunjukkan untuk orang yang memiliki perasaan superioritas yang dimanifestasikan ke dalam sikap suka memaksa.

Mengapa bersikap arogan?

Pertama, merasa punya kelebihan dibandingkan orang lain. Kelebihan tersebut bisa berbentuk jabatan, harta, relasi, ilmu dan sebagainya.

Kedua, membutuhkan citra yang baik di hadapan orang lain. Pada saat tindakannya dikoreksi, maka tidak akan bisa menerima dan justru bersikap menolak kebenaran dengan cara memaksakan pendapatnya.

 

Arogan termasuk sifat tercela. Sifat tercela bersumber dari godaan iblis alias setan yang terkutuk.

 

Satu dari sejumlah perangkap setan terhadap seorang Muslim adalah ujub atau sombong. ada empat hal yang membuat seseorang berubah menjadi sombong, yakni bertambahnya harta, jabatan, ilmu, dan ketaatan.

 

Harta dan kedudukan menjadi penyebab seseorang tiba-tiba berubah meski sebelumnya rendah hati atau tawadhu, menghormati dan suka menolong orang lain. Namun dengan harta dan jabatan, bisa mengubah segalanya.

 

Allah SWT melarang manusia untuk sombong sebagaimana firman-Nya :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman ayat : 18)

 

Ziyadatul Maal (Bertambahnya Harta), salah satu penyebab munculnya sifat sombong.

Bertambahnya harta dapat menjadikan seseorang menjadi sombong.

Padahal tidak tahukah mereka yang sombong itu? Semua yang ada pada yang disombongkan itu hanyalah titipan Allah semata.

 

Semua Hanyalah Titipan Allah

Jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan.

Kita tidak memiliki apa-apa jika Allah SWT tidak memberi kepada kita. Kita tidak punya apa-apa jika AllAh tidak menghendakinya. Selayaknya sebuah titipan, pasti ada saatnya titipan itu diambil kembali oleh sang pemilik.

Lihat Juga :  Empat Cara Meraih Akhlak Mulia

 

Itulah sebabnya orang-orang yang mendapat keberkahan sempurna serta petunjuk dari Allah sangat mengetahui hal ini, dan alih-alih merasa sedih telah kehilangan.

 

Mereka akan menghibur diri dengan mengucapkan “Innalillaahi wa inna ilaihi rojiun” yang bermakna “Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali padaNya”. Mereka tahu bukan sedang kehilangan sesuatu, melainkan ada ‘titipan’ yang sudah harus dikembalikan.

 

Kesehatan, kekayaan, dan orang-orang yang kita cintai adalah berkah yang dipinjamkan Allah SWT, namun tak jarang manusia lupa berkah tersebut hanyalah titipan yang dapat diambil kapan pun. Dan, juga akan ada saatnya sang pemiliki mempertanyakan apa yang telah terjadi dengan titipannya. Maka, demikian pula dengan titipan Allah SWT kepada kita.

 

Rasululloh SAW bersabda :

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”(HR. Tirmidzi)

Maasyaa Allah, setiap segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Allah SWT berfirman,

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.” (QS. Ali ‘Imron [3] : 109)

 

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita senantiasa menyadari bahwa segala kita yang miliki adalah titipan dari Allah SWT. yang pasti kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Semoga kita termasuk orang yang amanah dalam mengemban amanah tersebut untuk hanya dipergunakan pada urusan-urusan yang Allah ridhoi. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.(Novi Amanah/berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button