KALAMLENTERAMOZAIK ISLAM

Wajib Tahu, Ini 9 Kisah Ajaib di Zaman Rasulullah SAW

ASSAJIDIN.COM — Sembilan kisah ini merupakan kisah ajaib dan tidak semua orang tahu kisah riilnya.

Semoga kisah ini dapat memberi pelajaran berharga buat kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Selain tentunya semakin menambah cinta dan sayang kita kepada Baginda Rasulullah SAW.

Berikut kisahnya …

 

1. Kisah Batu Memberi Salam Kepada Rasulullah SAW

Kisah menarik pertama berasal dari kisah batu yang memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW.

Kisah ini berawal ketika Rasulullah SAW masih berada di kota Makkah sebelum diangkat menjadi nabi.

Ada batu yang memberi salam kepada Nabi. Tentu saja hal ini menjadi unik dan aneh, sebab batu adalah benda yang tidak bisa berbicara.

Rasulullah SAW mengetahui tentang batu tersebut, akan tetapi beliau dan para sahabat tidak ada yang pernah berpikir untuk memungut atau membawa pulang batu tersebut.

Mereka tidak pernah berpikir untuk dijadikan penangkal atau alat terapi jika beliau sakit.

Dari sahabat Jabîr bin Samrah, ia berkata bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya aku mengetahui sebuah batu di Makkah memberi salam kepadaku sebelum aku diangkat menjadi nabi. Sesungguhnya aku mengetahuinya sampai sekarang.” [HR. Muslim].

 

2. Kisah Tangis Tiang Masjid Dari Batang Korma

Kisah unik lainnya adalah kisah tangis tiang masjid yang berasal dari batang korma.

“Dari Jâbir bin Abdillâh ia berkata “Jika Rasulullâh berkhutbah beliau bersandar kepada batang kurma di salah satu tiang masjid.

Tatkala mimbar telah dibuat dan beliau duduk di atasnya, tiang tersebut menangis bagaikan rintihan seekor onta, semua orang yang ada dalam masjid mendengarnya.

Lalu Rasulullâh turun dan mengusapnya, barulah ia diam”.

Dalam hadis ini dijelaskan bahwa tiang itu merasa sedih karena Nabi Muhammad SAW tidak lagi menjadikan dirinya sebagai sandaran.

Mendengar tangisan tiang tersebut, Rasulullah SAW mengusapnya agar berhenti. Namun tidak untuk mencari keberkahan darinya.

 

3. Kisah Batu Hajar Aswad

Pada saat umat Islam melaksanakan ibadah umroh atau haji, banyak kita lihat di antara mereka yang mencium batu hajar aswad.

Adapun hukum dari mencium batu ini mengikuti sunnah Rasulullah SAW saja.

Bukan untuk maksud lainnya seperti menyembuhkan penyakit, memurahkan rezeki, dugaan-dugaan khurafat lainnya.

 

4. Kisah Pohon yang Berjalan Kepada Nabi SAW

Kisah selanjutnya berasal dari pohon yang berjalan kepada Nabi SAW.

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis berikut: Dari Ya’la bin Murrah ats-Tsaqafy, ia berkata, “Ketika kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, kami berhenti di suatu tempat, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur.

Tiba-tiba datang sebatang pohon berjalan membelah bumi sampai menaungi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lihat Juga :  Mulai 2018 Arab Saudi Perluas Kawasan Masjidil Haram, Masya Allah!! Lihat Daya Tampungnya untuk Muslim Dunia di Tahun 2030

Kemudian ia kembali lagi ke tempatnya semula.

Tatkala Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun, aku sebutkan hal tersebut kepada beliau.

Beliau berkata, “Ia adalah pohon yang meminta izin pada Tuhannya untuk memberi salam padaku, lalu Allah Azza wa Jalla mengizinkannya“.

Meskipun nabi dan para sahabat mengetahui bahwa ada pohon yang bisa berjalan, tidak ada di antara mereka yang mengkeramatkan pohon tersebut sebagaimana kebiasaan orang-orang terhadap pohon yang dianggap sakti.

 

5. Kisah Batu Khandak

Kisah selanjutnya adalah kisah batu khandak.

Berkata Amru bin ‘Auf, “Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam menggariskan kepada kami khandak (parit yang dalam) pada waktu perang Ahzâb.

Lalu ditemukan sebuah batu besar putih yang bulat. Batu tersebut tidak bisa dihancurkan bahkan membuat alat-alat kami patah.

Maka kami menyebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Lalu Rasulullâh mengambil linggis dari Salmân Al Fârisi dan beliau memukul batu tersebut dengan sekali pukul.

Maka, batu tersebut terbelah dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah, bagaikan sinar lampu di malam hari yang gelap gulita.

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut bertakbîr.

Kemudian dipukul lagi untuk yang kedua kali, maka batu tersebut terbelah dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah.

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut bertakbîr.

Maka Rasulullâh memukul lagi untuk yang ketiga kali, maka batu tersebut terbelah hancur dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah.

 

6. Ka’bah dan Maqam Ibrahim

Banyak orang yang melaksanakan haji dan umrah beranggapan bahwa Ka’bah dan Maqam Ibrahim memiliki kesaktian.

Sehingga mereka mengusap-usap bangunan Ka’bah dan Maqam Ibrahim tersebut dengan tangan dan kain mereka.

Padahal tidak ada anjuran dalam agama yang menganjurkan hal tersebut.

Syaikh al-’Utsaimin rahimahullah berkata, “Amat disayangkan, sebagian orang menjadikan segala ibadahnya hanya untuk bertabarruk (mencari berkah) semata.

Seperti apa yang terlihat bahwa sebagian manusia mengusap rukun (tiang) yamani lalu mengusapkan ke muka atau dada.

Artinya mereka menjadikan mengusap rukun yamani sebagai tabarruk bukan untuk berta’abud (beribadah).

Ini adalah sebuah kebodohan”.

Lalu beliau menukil ungkapan Amîrul Mukminîn Umar bin Khatab yang kita sebutkan di atas.

 

7. Kisah Pohon yang Merunduk 

Para ulama sirah (sejarah nabi) menyebutkan bahwa saat Rasulullah SAW dan paman beliau Abu Thalib dalam perjalanan ke negeri Syam.

Ketika keduanya dalam perjalanan, mereka senantiasa dinaungi oleh awan.

Tidak hanya itu, ketika keduanya berhenti di sebuah tempat, di dekat rumah seorang Rahib (pendeta), beliau (Shallallahu ’alaihi wa sallam) disuruh paman beliau untuk menunggu barang dagangannya di pinggir jalan.

Lihat Juga :  Jangan Zholimi Diri Sendiri di Bulan Haram

Tiba-tiba saja Rahib tersebut melihat sebatang pohon merunduk ke arah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menaunginya dari panas terik matahari.

Saat melihat hal tersebut, Rahib berkata dalam hatinya, ”Sesungguhnya ini tidaklah terjadi kecuali pada seorang Nabi.”

Lalu Rahib itu mengajak Rasulullah SAW mampir ke rumahnya, dan menyuruh Abu Thâlib membawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam cepat-cepat pulang ke Makkah.

Ia berkata,”Anak ini akan memiliki kemulian, jika orang-orang Yahudi mengetahuinya maka mereka akan membunuhnya.”

Rahib itu mengetahui hal itu dari kitab Taurât dan Injîl yang dimilikinya.

Meskipun mengetahui hal ini, akan tetapi Rasulullah SAW maupun para sahabatnya tidak ada yang menganggap pohon tersebut sakti ataupun keramat.

 

8. Pohon Hudaibiyah Pembawa Ketenangan

Kisah selanjutnya berasal dari sebuah pohon yang bernama pohon Hudaibiyah.

Allah Azza wa Jallaberfirman dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon.

Maka Allah Azza wa Jalla mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”[al-Fath/48:18].

Banyak orang yang kemudian menjadikan pohon tersebut sebagai tempat keramat.

Bahkan banyak di antara mereka yang mendatangi tempat tersebut dan melaksanakan shalat di sana.

Mengetahui hal ini, Umar bin Khattab menebang pohon tersebut untuk menentang perbuatan syirik itu semakin meluas.

 

9. Kisah Onta yang Berbicara kepada Rasulullah SAW

Kisah terakhir berasal dari seekor onta yang berbicara kepada Rasulullah SAW.

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut: Dari Ya’la bin Murrah Ats Tsaqafy, ia berkata, ”Ketika kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan.

Kami melewati seekor onta yang sedang diberi minum. Tatkala onta tersebut melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengeluh dan meletakkan lehernya.

Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dekatnya dan bertanya, ”Mana pemilik onta ini?”

Lalu datanglah pemiliknya, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata ”Juallah ia padaku!”

Lalu pemiliknya menjawab, ”Kami hadiahkan padamu ya Rasulullâh.

Ia adalah milik keluarga yang tidak memiliki mata pencaharian selain onta ini.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya ia telah mengadukan tentang banyak bekerja dan kekurangan makanan, maka berbuat baiklah kamu kepadanya.”

Meskipun mengetahui bahwa ontanya dapat berbicara kepada Rasulullah SAW, akan tetapi pemiliknya tidak pernah mensaktikan onta tersebut.

Ia tidak pernah berpikir untuk menjadikan bagian dari tubuh onta ataupun kotorannya untuk dijadikan penangkal ataupun penglaris.

Wallahu a’lam bishshawab. (*/ceknricek.com)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button