Siapa yang Mengikuti Petunjuk Allah Pasti akan Bahagia
ASSAJIDIN.COM –Semua yang terjadi di dunia ini tak berjalan dengan kebetulan. Benda-benda di jagat ini bahkan sudah diikat dalam aturan-aturan yang telah ditetapkan pencipta-Nya.
Allah SWT tak hanya menetapkan aturan bagi makhluk mati, seperti planet, tumbuhan, dan hewan. Dia juga menerapkan hukum bagi manusia.
Aturan itu ada yang berkaitan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Allah. Kita lazim menyebutnya dengan nama sunatullah, dua kata yang berasal dari kata sunnah dan Allah.
Arti kata sunnah adalah perjalanan atau cara. Dengan demikian, sunatullah dijelaskan sebagai cara yang diikuti dan yang berlaku dalam hubungan antara Allah dan manusia.
Hukum ini juga disebabkan sikap dan perbuatan mereka terhadap syariat Allah dan risalah para nabi yang melahir kan ketetapan-ketetapan Allah atas mereka di dunia dan di akhirat.
Di dalam salah satu ayat Alquran, kita bisa merasakan bagaimana sunatullah itu bekerja. فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا # إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا “Setelah ada kesulitan, pasti ada kemudahan,” (QS al-Insyirah: 5- 6).
Kejadian ini memang tidak seperti ilmu sains yang dibuktikan dalam laboratorium. Ia hanya dapat dibuktikan dalam peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan yang sudah terjadi.
Salah satu sunatullah yang berlaku adalah ketika mendapatkan petunjuk, pasti akan berhadapan dengan setan. Sunatullah sudah berlaku bagi manusia sejak Nabi Adam AS diciptakan.
Setan tidak rela membiarkan manusia mengikuti petunjuk Allah. Ia akan berusaha sekuat tenaga memastikan manusia meninggalkan petunjuk.
Artinya, ketika kita mengikuti petunjuk, kita pasti akan berhadapan dengan setan yang ada untuk menguji sejauh mana kita mengikuti petunjuk.
Sebelum tinggal di bumi, Nabi Adam AS mendapat informasi jika setan adalah musuh bagi dirinya dan istrinya. Setan akan berupaya menggodanya sehingga lupa mengikuti petunjuk. Tujuannya supaya Nabi Adam AS dikeluarkan dari surga dan hidup dalam kesengsaraan.
Di dalam QS Thaahaa: 117, Allah SWT berfirman:
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰ
“Maka kami berkata: ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis atau setan) ada lah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.”
Meski sudah ada peringatan dari Allah, setan tidak berputus asa. Dia mencoba mendatangi Nabi Adam dan menggodanya. Dia membungkus niat jahatnya dengan kata-kata manis yang memesona.
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada nya, dengan berkata: ‘Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS Thaahaa: 120).
Tidak cukup sampai di situ, setan menipu Nabi Adam AS dan Siti Hawa agar tidak ragu dalam mengikuti nasihatnya, Allah SWT berfirman: وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
“Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.” (QS al- Araf: 21).
Setan telah berusaha mengganggu kita sejak awal kehidupan. Itulah sebabnya mengapa kita mengumandangkan azan di telinga anak ketika baru lahir ke dunia. Tujuannya, selain memperkenalkan kalimat tauhid juga untuk memelihara anak dari gangguan setan.
Ketika telah dewasa, Allah masih memperingatkan kita agar jangan sekali-kali mengikuti ke hendak setan. Peringatan Allah tersebut bagi semua manusia tanpa terkecuali.
Hanya, ketika terkena rayuan setan, Allah SWT meminta kita tidak berputus asa. Setan dibiarkan menggoda manusia untuk menguji seberapa jauh tingkat iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Tuhan masih memberi jalan lapang untuk kembali.
Itulah konsepsi tobat yang kemudian menjadi unsur sunatullah berikut nya. Siapa yang mengikuti petunjuk pasti akan bahagia. Nabi Adam dan Siti Hawa bertobat kepada Allah SWT. Di Jabal Rahmah, dia berdoa dan memohon ampun. Allah pun menerima tobat Adam dan memberinya petunjuk.
“Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka, jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS Thaahaa: 123).
Orang yang istiqamah mengikuti petunjuk Allah akan mendapatkan jaminan keselamatan meski berada di tengah orang yang sesat. Jaminan itu tidak akan dida pat kan saat kita meng ikuti petunjuk lain. Sebagai contoh, seorang sopir yang mengikuti petunjuk keselamatan di tengah para sopir yang serampangan tidak mungkin mendapatkan jaminan keselamatan.
Sunatullah berikutnya yang juga berlaku adalah siapa yang tetap memperjuangkan kebenaran, pasti akan ditolong. Ini dicontohkan ketika pertempuran Nabi Musa AS dengan para tukang sihir Fir’aun. Nabi Musa ditolong Allah dengan mewahyukan kepadanya supaya melemparkan tongkat yang berada di tangannya.
Dengan izin Allah, tongkat kayu yang dilempar itu berubah menjadi ular besar dan menelan ular-ular kecil kepunyaan para tukang sihir. Di sini, berlaku sunatullah jika kemenangan itu diberikan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk dan memperjuangkan kebenaran. Sunatullah ini juga berlaku kepada semua manusia, tak hanya nabi dan rasul.
قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 7).
(*/Sumber: REPUBLIKA/Mengenal Allah Melalui Sunnatullah, karya Dr H Musthafa Umar, Lc, MA)