Pertahankan Hidayahmu, Jangan Sampai Terlepas !
ASSAJIDIN.COM, PALEMBANG — Begitu seorang muslim mendapat hidayah, hendaknya pertahankanlah, jangan terlepas, apalagi sampai kembali berbalik arah . Karena hidayah hanya hak Allah yang akan memberikannya . Oleh sebab itu maka, bila engkau telah menjemput hidayahmu, pertahankanlah.
Ustadz H Lutfi Izzuddin dalam sebuah Kajian di Masjid Al Furqon beberapa waktu lalu pernah menyinggung soal hidayah dengan sikap mempertahankannya. Ia mengatakan, ada doa yang selalu di anjurkan oleh para ulama kepada kita umat Islam agar Allah terus memberikan petunjuk dan hidayah. Begitu utamanya hidayah itu bagi kita agar terus dijalan Allah.
“”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8)
Maka seorang muslim patutlah kiranya menghafal dan memunjatkannya kepada Allah setiap waktu, karena terpelihara ataupun tercabutnya hidayah terletak pada kehendak dan kekuasaan Allah. Apabila Allah meneguhkan hidayah, tidak ada yang dapat memalingkan dan menyesatkannya. “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 175)
Doa di atas berisi permohonan terpeliharanya hati. Karena hati merupakan penentu baik dan buruknya amal perbuatan seseorang. Dia menjadi pusat takwa dan hidayah. Namun, dia juga menjadi pusat kekufuran dan kesesatan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ ….ketahuilah sesunguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, ketauhilah bahwa dia itu adalah hati.” (Muttafaq ‘Alaih dari An Nu’man bin Basyir)
Pada masa lalu, ketika masih zamannya Rasulullah gencar-gencarnya menyiarkan dakwah Islam, hiduplah seorang alim yang cukup taat beribadah. Sahabat yang zuhut itu, memilih tinggal di atas bukit untuk menghindarkan diri dari hiruk pikuk dunia yang penuh dengan sumber dosa adalah untuk mendapat hidayah.
Dalam waktu yang bersamaan seorang preman yang luntang-lantung pun ingin mendapat hidayahnya. Ia pun mencari para ulama untuk menjadikannya sebagai guru. Ia yang bergelimang dosa dan kemaksiatan ingin juga keinsyafan. Ia ingin menjadi orang yang soleh dan ahli ibadah maka kesemua itu bukan lain karena hidayah dari Allah.
* Mempertahankan Hidayah*
Ketika hidayah itu telah kita peroleh, tentunya akan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kita. Kenyamanan dan ketenangan? Tentunya itu hal yang sangat dominan terasa perbedaannya pada diri kita.
Berbicara mengenai hidayah, tak sedikit kita menyaksikan begitu banyak orang-orang yang menjadi sosok tak terduga selepas ia mengenal hidayah itu. Ya, banyak sekali di antara kita yang mengenal hidayah lalu menampakkan perubahan yang sangat dahsyat Namun tak sedikit juga, orang-orang yang telah mendapat hidayah itu ada yang malah kembali pada masa kelamnya atau yang kerapkali kita sebut dengan masa kejahiliyahannya. Mengapa bisa demikian? Apa yang menjadikan hidayah itu nampak tak ada bekasnya, bahkan hilang begitu saja?
Setiap ujian yang datang, percayalah,itulah cara Allah untuk melihat kesungguhan kita, dan syetan akan menjadikan setiap ujian itu sebagai celah bagi ia untuk kembali menjerumuskan kita. Mereka (syetan) kan tidak senang ketika melihat seorang manusia bertaubat, mereka tak akan hentinya menggoda kita sebagaimana sumpah yang pernah diucapkannya.
“Berkata Iblis (syetan) : Ya Tuhanku ! lantaran Engkau telah menyesatkan daku (tersebab manusia itu) , maka aku akan menghiaskan kejahatan kepada mereka (manusia) di dunia dan akan menyesatkan mereka semuanya” (QS.Al-Hijr : 39)
Dari firman diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa syetan tidak akan pernah berhenti sampai kita menjadi pengikutnya, kembali pada jalan kesesatan dan keburukan. Maka dari itu, di sini lah perjuangan kita sesungguhnya. Ya perjuangan sesungguhnya itu bukan ketika kita berhasil mengenal hidayah, melainkan ketika kita berusaha menjaga hidayah itu, berusaha istiqamah.
Meraih keistiqamahan berarti meraih pula kemulian disisi Allah. Karena orang yang istiqamah akan senantiasa tenang dan damai karena dalam hatinya,pikirnnya,kata-kata ,tingkah lakunya semua karena Allah, semua semata-mata ibadah pada Allah, tak sedikitpun ada niatan untuk berpaling dan berbelok dari jalan yang telah Allah tunjukan.(*)
Sumber : AsSajidin cetak edisi 45