Uncategorized

Menikmati Wisata Malam Pedestrian Sudirman Palembang

ASSAJIDIN.COM — Ribuan orang memadati area sekitaran jalan Sudirman Palembang untuk menikmati berbagai kuliner dan atraksi dari berbagai komunitas yang ada di Palembang.

Pedestrian Sudirman pertama kali dibuka pada tahun 2017 lalu. Pada saat itu jalan Sudirman ditutup sebagian selama pembangunan LRT. Bagian jalan yang ditutup ini lalu dikembangkan menjadi tempat komunitas anak muda berkumpul dan tempat pedagang makanan dan minuman berjualan.

Setelah trotoar yang ada diperbaiki dan diperluas, jalan Sudirman akhirnya ditutup setiap seminggu di akhir pekan, sekali dari sore sampai tengah malam.

Jalanan lalu dijadikan ajang berkreasi bagi setiap komunitas yang ada di Palembang, mereka diberi waktu dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka di ruang publik.

Dinas Pariwisata kota Palembang memberi ruang bagi para pedagang kuliner, terutama pempek dan kopi.

Car free night di Pedestrian Sudirman ini hanya ada setiap malam minggu saja, mulai pukul 7 malam sampai pukul 12 malam.

Pendestrian Sudirman yang selalu ramai setiap malam minggunya dengan adanya penjual berbagai barang dan makanan, dan terdapat antraksi, serta pertunjukan-pertunjukan yang atraktif dan menghibur.

Dewo Saputra selaku Ketua Dewan Saka Pariwisata Palembang yang mengusung tema Permainan tradisional yang telah ada sejak pertama dibukanya Pendestrian Sudirman ini.

“Kami mengusung tema permainan tradisional anak-anak yang telah jarang dijumpai pada zaman sekarang,” ujarnya.

Dewo menambahkan tertarik untuk mengusung tema ini karena melihat telah banyak berbagai atraksi dan berbagai barang yang dijual namun tidak ada yang mengambil tema memperkenalkan permainan tradisional anak-anak.
” Inspirasi ini sendiri karena kami melihat yang tidak ada di Sudirman ini permainan anak-anak, ” tambahnya.

Dewo juga mengatakan permainan anak-anak yang diperkenalkan seperti enggrang, hulahup dan bakiak terbuka untuk umum, dari anak kecil sampai yang tua, biaya seikhlasnya dan jangka waktunya sampai puas.

“Hasil dari pertunjukan ini akan didonasikan dan untuk dekorasi sanggar kami yang bertempat di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II”, katanya.

Lihat Juga :  Bacapres Anies Baswedan Dapat Tanjak dan Rumpak dari Sultan Palembang, Digelari " Cek Anies"

Sementara Zakia Fadilla salah satu pengunjung permainan tradisional anak-anak yang mengaku menikmati permainan tersebut.

“Seru bermain hulahup itu, lebih asik dari bermain game di gadget” ujarnya saat diwawancarai setelah selesai bermain hulahup.

Salah satu pertunjukan yang selalu ramai disaksikan di Pedestrian Sudirman yaitu Kuda Lumping.
Eva Hariani sebagai penari kuda lumping, dari sanggar Rahayu Tresno Budoyo/ RTB mengaku bahwa mereka tampil di pedestrian Sudirman kurang lebih baru sebulan dengan tujuan untuk menghibur masyarakat kota Palembang.

“Pedestrian Sudriman tempatnya ramai sehingga kami tertarik untuk menghibur sekaligus melestarikan budaya khas Jawa yang jarang ditemukan di Kota Palembang” ujarnya saat diwawancarai.”

Eva berharap agar Kuda Lumping RTB tetap dilestarikan dikota Palembang khususnya bagi anak muda.

“Harapan kedepannya yaitu agar Kuda lumping RTB terus maju, dan jangan sampai dilupakan, karena ini budaya Indonesia yang harus dijaga ,” ujarnya.

Komunitas lainya yang bisa ditemui di Pedestrian Sudirman yaitu Komunitas pecinta reptil. Rudi dari Komunitas pecinta reptil Saber memperkenalkan Ular disekitar pedestrian Sudirman untuk mengajak masyarakat melestarikan hewan tersebut. Ia dan beberapa orang temanya membawa serta 4 ekor ular jenis Pyton yang mereka pelihara sendiri untuk dipertunjukan ke pengunjung.

“Tujuannya untuk memperkenalkan hewan Ular, karena ular terkenal dengan hewan buas dan sering dibunuh oleh orang-orang” ujarnya saat diwawancarai.

Selain itu Rudi juga mengatakan bahwa komunitas ini juga sering melakukan penyelamatan terhadap ular yang masuk rumah dan sebagainya.

” Ya biasanya kalau ada binatang yang masuk rumah seperti ular kami bantu resque, kami tangkap lalu kami lepaskan ke alam liar”, jelasnya.

Rudi berharap agar masyarakat tidak membunuh hewan seperti ular. “Harapan saya ya kita harus menjaga dan melestarikan hewan dengan tidak membunuh hewan tersebut agar tidak merusak ekosistem alam”, kata Rudi.

Sementara di ujung jalan pedestrian Sudirman tepatnya dibawah Halte LRT Cinde terdapat suatu kegiatan yang bernuansa Islami yaitu Haflah Khatmil Qur’an. Kegiatan ini dilakukan oleh para santri yang bersala dari pondok pedantren Ahlul Qur’an dan Jamia’tul Quro.

Lihat Juga :  Kenapa Bulan Syawal Identik dengan Musim Nikah?

Sobirin, pengasuh pondok pesantren Ahlul Quran dibawah pimpinan KH Kgs Nawawi Dencik Al Hafidz menjelaskan bahwasanya kegiatan ini diadakan sejak akhir tahun 2018.

“Khataman Al Quran rutin dilakukan Setiap malam minggu, yang sudah berjalan sekitar 2 tahun”. Ujarnya saat diwawancarai.

Acara ini dimulai dari sesudah Sholat Isya yang diawali dengan Hadroh, tujuan nya yaitu untuk mengulang hafalan anak santri sekaligus sebagai penangkal Bala’.

” kegiatan khataman Al Quran berawal dari tahun 2018 akhir terjadi tsunami di lampung, jadi alasan kami mengadakan disini mungkin sekaligus untuk menolak bala’, karena kebanyakan acara nyanyi2 di pedestrian sudirman, kita nggak tau kalau sungai musi bisa meluap, maka diadakan khataman Al Quran ini In syaa allah bisa menjaga kita semua yang ada di Palembang”. Jelasnya.

Salman, salah satu santri dari Pondok pesantren Ahlul Qur’an, mengatakan bahwa kegiatan ini biasanya diikuti oleh sekitar 200 orang santri dari tingkat madrasah ibtida’iyah hinga Madrasah Aliya.

“Biasanya ramai yang ikut sekitar 200 orang dari pondok. Berangkat dari pondok kami diantar dengan mobil kesini, pulangnya sekitar jam 11 malam. Seru acaranya karena bisa menghapal sekalian jalan-jalan,” kata Salman santri kelas 1 MTs pondok pesantren Ahlul Quran.

Ana sebagai pengunjung di pedestrian Sudirman mengaku terhibur dengan banyaknya hiburan di pedestrian sudirman ini.

” Seru dan sangat menghibur untuk dijadikan tempat berkunjung dimalam hari bersama teman-teman, tetapi saya merasa terganggu dengan tidak kondusif nya penjual, sehingga mengganggu pengunjung yang sedang lewat”, ujarnya saat diwawancarai seusai menikmati pertunjukan di Pedestrian Sudirman, Sabtu (8/2/2020).(*)

Kontributor : Lily, Meysa, Lusi, Riki, Ria, Erna (tim mahasiswa magang UIN Raden Fatah)

Back to top button