Tekad Nina, Terus Belajar Bersedekah Lewat Warung Sedekah
AsSAJIDIN.COM — Agus (49) Ini adalah makan siang ke 10 yang ia nikmati di warung tersebut. Sebagai seorang penjual bakso cakar ayam dengan penghasilan yang tidak menentu, bisa menikmati makan siang murah, dirasa amat membantu. Dengan demikian ia bisa menyisihkan uang hasil penjualan bakso cakar untuk biaya hidup keluarga dan membayar keperluan sekolah anak-anaknya.
“Lauknya juga enak, meski murah. Biasanya ada tiga jenis lauk. Kadang ada menu ayam, kadang daging, dan kadang ada ikan,” tutur Agus.
Dari hasil berjualan bakso cakar ayam, Agus biasa mendapatkan penghasilan Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per hari jika kondisi ramai. Namin tak jarang ia mendapat hasil kurang dari jumlah itu. Karenanya jika penghasilannya sedang banyak, ia kerap memberikan sejumlah uang lebih dari Rp2000 saat makan. Jumlah uang lebih tersebut ia maksudkan sebagai sedekah.
Agung,17, salah seorang pelajar SMA di Temanggung mengaku amat terbantu dengan keberadaan Warung Sedekah. Ia yang tinggal di Kecamatan Tretep, berjarak sekitar 20 kilometer dari tempatnya sekolah di pusat Kota Temanggung bisa makan siang terlebih dahulu sebelum pulang. Karenanya ia tidak merasa lapar di perjalanan.
“Harganya pun murah Rp 2000 saja per porsi, sehingga terjangkau uang saku anak sekolah seperti kami,” katanya.
Ayu Sariyah,50, juru masak di Warung Sedekah, mengatakan, warung itu buka pukul 11.00-14.00 wib. Rata-rata per hari ia memasak 5-7 kilogram (kg) beras. Dalam kondisi ramai bisa sampai 12 kg beras yang ia masak. Untuk keperluan belanja beras, sayur dan lauk pauk warung sedekah bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp1 juta per hari. Semua belanja itu dibiayai pemilik warung bernama Nina Agustianti,55 warga Temanggung.
“Lauknya selalu bagus, ada tiga macam. Biasanya ada sayur, kadang lauknya ayam, ikan,” kata Sariyah.
Nina Agustianti, mengatakan, kebiasaan sedekah sudah dimulainya sejak masih muda. Hal itu ia pelajari dari keluarganya yang gemar berbagi dengan orang lain. Namun keinginannya bersedekah makin kuat lantaran di awal menjalankan bisnis rumah makan sekitar tahun 2002 ia kerap menemui batu sandungan yang sulit diatasi.
“Saya yakin jika orang bersedekah maka akan memudahkan semuanya, dan Tuhan akan membantu orang yang berusaha,” kata Nina.
Sebelum berubah menjadi Warung Sedekah pada Mei 2018, sejak 2002 tempat itu adalah rumah makan pertama yang dirintis Nina di Temanggung dan diberi nama ‘Pawonku’. Sekitar tahun 2007 Nina mendirikan resto Omah Kebon di tanah milik keluarganya, berjarak sekitar 1,5 km dari Warung Sedekah. Selama menjalankan usaha, Nina rutin memotong zakat dari penghasilannya sebesar 2,5 persen.
“Tiap Jumat saya bikin nasi bungkus untuk semua orang yang membutuhkan, seperti tukang becak, tukang sampah, petugas SPBU sebanyak 100 bungkus. Tiap Rabu bikin 50-75 bungkus orang-orang yang nunggu kemoterapi di rumah sakit,” kata Nina.
Bagi para pembeli di Warung Sedekah, Nina mensyaratkan untuk dimakan di tempat. Mereka dilayani lima orang pekerja di Warung Sedekah. Jika setelah pukul 14.00 wib makanan di warung sedekah masih sisa, maka akan dibagikan ke panti asuhan. Adapun hasil dari warung tersebut digunakan untuk operasional warung. (*/Sumber: today.line.me)