Uncategorized

Benarkan Catur Haram? Begini Penjelasan KH Cholil Nafis

AsSAJIDIN.COM — Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis menanggapi polemik haram dan tidaknya bermain catur. Menurutnya, bukan caturnya yang haram tapi lalai kepada Allah yang haram.

“Yang haram bukan caturnya, kalau lalai kepada Allah itu yang haram. Main whatsapp juga kalau melalaikan shalat bisa haram,” kata KH Cholil kepada Republika di kantor MUI Pusat, Senin (26/11).

Ia menceritakan, dulu catur disebut satronji. Banyak orang asik main satronji sampai lalai, sehingga pada akhirnya satronji diharamkan. Jadi sebenarnya bukan caturnya yang haram tapi lalainya yang diharamkan. Karena catur tidak punya makna halal atau haram.

Lihat Juga :  Tim Hunter Shabara Polrestabes Palembang Kembali Sita Ratusan Minuman Haram

Ia menjelaskan, catur hanya sebuah permainan, saat memainkannya tidak ada yang dilukai dan tidak ada yang membahayakan. Maka ada ulama yang mengatakan boleh bermain catur.

Tapi ada juga ulama yang mengharamkan catur karena mengakibatkan lalai. Karena dulu orang-orang bermain catur dengan berlebihan, mereka di pinggir jalan main catur hingga lalai.

“Tapi jika catur menjadi ajang olahraga, mengasah strategi dan tidak ada buang-buang waktu, waktunya shalat ya shalat, ya tidak haram. Yang saya ingin sampaikan itu masalah khilafiyah dan tidak usah dibesarkan-besarkan,” ujarnya.

Lihat Juga :  4 Golongan Orang yang Haram Disentuh Api Neraka, Perbaikilah Akhlak Kita

KH Cholil mengatakan, kalau masalah khilafiyah mau bicara catur haram silahkan atau bicara catur tidak haram silahkan. Hal itulah sikap wasathiyah.

Menurutnya, persoalan haram dan tidaknya bermain catur dikembalikan kepada khilafiyah ulama. Jadi silahkan masyarakat memilih pendapat ulama yang mana.

Menurutnya, bukan caturnya yang haram tapi lalainya yang haram. Jadi apapun yang membuat lalai seperti main gawai, whatsapp, dan media sosial juga bisa haram kalau lalai. Karena yang haram bukan media sosialnya tapi lalainya.(*/sumber: republika)

Back to top button