Kisah Mak Yuyun, Nenek Tukang Urut Kampung Naik Haji

Bagi warga seputaran kampung Lorong Manggis Ujun, Kelurahan Silaberanti, Jalan Ahmad Yani, Palembang, tentu sangat mengenal sosok Mak Yuyun, sebab nenek yang kini telah berusia 76 tahun ini, sehari-harinya berkerja sebagai tukang pijat alias tukang urut kampung, yang kerap memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan keahliannya ini.
Selintas melihat pekerjaan Mak Yuyun ini, tentu dari segi penghasilan hanyalah sebatas mencukupi kebutuhan sehari-harinya bersama keluarganya, tidak begitu berlebihanlah. Namun siapa sangka, ternyata Allah telah memberikan rezeki yang tiada disangka-sangka, yang keluarganya sendiripun sama sekali tidak mengetahui persis apa yang dilakukan Mak Yuyun ini. Masya Allah !!! Mak Yuyun si Tukang Pijat ini ternyata telah dimampukan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji tahun 2017 ini. Alhamdulillah, Mak Yuyun termasuk Kelompok Terbang (Kloter) 13 Gelombang Kedua dari Embarkasi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Kok bisa ya ? Begini kisahnya….
Mak Yuyun nenek tukang urut kampung ini bernama lengkap Siti Zuhro binti Mad Hasan. Niat dan tekad dirinya ingin menapakan kakinya ke tanah suci, sudah lama dipendamnya dan diimpikannya, namun tak pernah sedikitpun terucap kepada anak-anaknya dan keluarganya. Tetapi setelah nomor porsi Mak Yuyun 112060100709 dipastikan berangkat naik haji tahun 2017 ini, barulah 6 anak, 20 cucu dan 12 cicitnya serta keluarga besarnya terperangah, seolah tak percaya, namun terselip pula rasa bangga.
Sebelum Kloter 13 berangkat ke tanah suci pada 18 Agustus 2017 lalu, As SAJIDIN berkesempatan bersilaturrahim ke rumah Mak Yuyun. Di kediamannnya yang sederhana, nenek berusia 76 tahun ini begitu ramah dan terlihat masih gagah, sehat. Sebenarnya dia tak mau bercerita banyak seputar naik hajinya, sebab nanti terperangkap riya’, akakn tetapi lambat laun Mak Yuyun akhirnya sedikit berkisah bagaimana dia bisa mengumpulkan uang sebagai tukang urut kampung, agar dapat menginjakkan kakinya ke tanah haram.
Sejak lama cita-cita Mak Yuyun hendak menunaikan Rukun Islam kelima ini, namun cita-cita hanya sebatas kehendak hati, sebab penghasilannya oleh dikata jauh panggang dari api, namun demikian hasil jerih payah dari memijat ini, tetap saja disisihkan Mak Yuyun seberapa dapatnya untuk mewujudkan impiannya itu, tanpa henti, istiqomah, terus menerus ditabungnya secara diam-diam.
Ternyata Allah SWT menjawab doa demi doa dan penantian Mak Yuyun selama 10 tahun lebih, uang setoran untuk berangkat haji dari hasil tabungan tersebut tercukupi untuk mendaptkan porsi keberangkatan. Maka Mak Yuyun langsung mendaftar haji dan menyetorkan uang Rp 25 Juta ke Bank Sumsel Babel pada 14 Febuari 2011 silam. Itu pun dilakukan nenek pijat urut kampung ini secara sembunyi-sembunyi.
Pekerjaan yang dilakoni Siti Zuhro berpuluh tahun ini, tetap saja dikerjakan terus untuk menambah sisa pembayaran ongkos haji, sekitar Rp 10 juta lagi. “Pokoknya rezeki dari Allah itu ada-adanya saja, banyak juga yang memberi sedekah selain membayar ongkos urut, tapi ada juga yang tidak bayar karena tak ada uang, maka saya niatkan sedekah saja,” ujar Mak Yuyun.
Mak Yuyun mengungkapkan, dalam masa penantian sebenarnya sudah tiga kali, dirinya diberitahu untuk melunasi ongkos haji karena porsinya ditetapkan untuk segera berangkat haji, namun entah apa sebabnya selalu diundur-undur terus. Nenek yang lahir 7 November 1941 ini, terus menerus berdoa kepada Allah SWT agar dirinya selalu diberikan kesehatan, umur yang panjang, rezeki yang melimpah dan diberikan kesempatan untuk naik haji.
Tapi alhamdulillah, setelah menunggu 6 tahun, tahun 2017 ini Mak Yuyun benar-benar jadi menunaikan ibadah haji yang puluhan tahun telah diangan-angankannya. Diakui Mak Yuyun jika uang yang dipergunakannya untuk Ibadah Haji murni 100 persen hasil keringatnya tanpa sepeserpun bantuan dari orang lain.
“Biaya aku haji murni duit aku dewek dak katek sepeserpun duit anak atau orang lain,” tutur Mak Yuyun. Dia bercerita jika uang yang ia kumpulkan untuk berangkat haji didapatkan dari hasil memijat selama kurang lebih 30 Tahun.
“Niat haji itu sudah lama tapi daftarnya baru tahun 2011 lalu,” ujarnya berkali-kali. Mak Yuyun menjelaskan jika sebelum ia mendaftarkan haji dirinya sudah sering menabung di bank. Uang itulah yang selama ini dipergunakan utnuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
“Misalnya untuk acara-acara besak kayak nikahan, sedekahan dan lain lain tabungan aku inilah yang digunoke untuk bantu anak cucu aku, aku dak galak mereka susah,” ujarnya. Waktu itu bank yang dipergunakan adalah bank konvensional BNI yang berada di Bina Darma. Setelah uang tersebut lumayan banyak ia mencoba untuk dialihkan pada program haji. Namun karena bank tersebut dulunya belum memiliki program haji akhirnya ia memutuskan untuk beralih ke bank lain. dan bank yang dipilihnya tersebut adalah Bank Sumsel Babel karena ada program ibadah hajinya.
Di Bank Sumsel Babel inilah, Mak Yuyun langsung mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan porsi pemberangkatan haji dengan melunasi biayanya sebesar Rp25,5 juta. Lalu untuk biaya pelunasan lainnya uang bayar dengan cara diangsur dengan total keseluruhan mencapai 35 juta Rupiah .
“Dak nentu dek, kadang 500 ribu, kadang sejuta kadang seadanya, yang penting terus menerus ditabung,” kata Mak Yuyun mengungkapkan bagaimana ongkos haji itu bisa terkumpul.
Selama 6 tahun waktu tunggu agar bisa mendapat giliran berangkat haji, Mak Yuyun banyak menghabiskan waktunya dengan memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah. Selama itu pula ia tetap menggeluti profesinya sebagai tukang pijat. Diakui Yuyun penghasilannya yang didapat dari hasil memijat tidak menentu, sebab ia tidak mematok harga pada setiap jasa yang dikeluarkannya kepada pasiennya baik yang hanya sakit ringan hingga berat. Bahkan dirinya rela tidak dibayar jika pasiennya tersebut tidak memiliki uang yang cukup atau hanya memilliki uang pas pasan untuk membayar.
“Aku ikhlas lillahitaallah, berapo bae aku terimo, tapi aku dak galak nerimo dari mereka yang lagi susah. Dak ngapo dak dibayar biarlah jadi sedekah aku,” katanya. Dijelaskan Mak Yuyun kalau sedekah tidak sanggup menggunakan harta, sedekah pakai tenaga juga berpahala.
Atas ketulusan hati nenek 20 cucu dan 12 cicit ini, Allah pun akhirnya memberikan banyak rezeki kepadanya diantaranya dicukupkannya biaya hajinya, diberikan fisik yang sehat, meski usianya sudah menginjak 76 tahun, namun fisiknya masih sangat bugar, tubuhnya tegap hanya saja sesekali harus diapah jika ia kelelahan, bahkan untuk naik turun tangga rumahnya pun dirinya masih kuat, hingga mengikuti berbagai pelatihan manasik haji dengan jadwalnya cukup padat, semuanya masih sanggup ia kerjakan sendiri. Dokter yang memeriksakan kesehatannya pun sebelum pemberangkatan ibadah hajipun mengatakan jika dirinya tidak memiliki penyakit semuanya sehat dan aman. Selain itu juga semua urusannya dipermudah.
Seperti proses kepengurusan haji ini, mulai dari pembuatan dokumen-dokumen penting hingga pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk kelengkapan ibadah haji tidaklah sulit bagi ibu enam anak ini, pasalnya banyak orang-orang baik yang senantiasa sigap membantunya untuk mengurus semua itu. Salah satunya adalah Yuli, seorang karyawan karyawan Bank Sumsel Babel yang sejak awal pendaftaran hajinya Mak Yuyun hingga menjelang keberangkatannya sekarang dialah yang selalu menemani Mak Yuyun.
“Beryukur nian aku samo Allah dimudahkan urusan aku nak haji ini, segalonyo dimudahkan,” ujarnya. Dia adalah salah satu karyawan bank sumsel Babel tempat Mak Yuyun mendaftarkan Haji.
Namun perlu diketahui pengakuan dari anak dan menantunya terhadap Siti Zuhro bahwa ia adalah sosok orang tua yang sangat baik, sabar, penyayang, bijaksana, mudah menolong dan sangat pantas menjadi panutan.
“Ibu ini selalu menanamkan kepada kami agar selalu menjadi orang yang baik kepada masyarakat, patuh agama, patuh pada orang tua dan hormat pada orang yang lebih tua,” ungkap Zardalena anak ke- 4 Siti Zuhro.
Dijelaskan Zardalena ibunya akan sangat marah jika anak-anaknya tidak mau menjalankan kewajiban agama seperti sholat, selain itu ibu itu orangnya tidak mau menyusahkan orang lain contohnya saja seperti urusan haji ini. Karena tidak ingin merepotkan anak-anaknya Mak Yuyun sengaja tidak memberitahukan kepada anak jika dirinya telah mendaftarkan haji di salah satu Bank besar di Sumatera Selatan. Hal tersebut dibenarkan Yuyun salah seorang anaknya.
“Iya kami semua ini dak katek yang tau kalo ibu ini la sudah daftar haji, terkejut sih tapi bangga sama ibu,” ujar Yuyun.
Dirinya sangat berharap keberangkatan ibunda tercintanya seorang diri semoga dapat berjalan dengan lancar. Dan membawa gelar haji yang mabrur. Mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi, Zardalena memohon kepada pihak panitia keberangkatan haji dan para jama’ah satu kloter untuk selalu menjaga ibunya dan merawatnya selama perjalanannya.
Sebelum pemberangkatannya Siti Zuhro berpesan kepada anak, mantu dan cucu-cunya agar selalu menjadi orang baik, suka menolong dan jangan tinggalkan kewajiban agama. Keberangkatannya seorang diri menyisakan kesedihan sekaligus kebahagian tersendiri bagi keluarganya terutama anak dan menantunya. Pasalnya diusia 76 tahun keluarga sangat menghawatirkan kondisinya yang sudah tua renta namun disisi lain keluarga bangga dengan semangat juangnya yang pantang menyerah dalam mewujudkan impiannya. Apalagi cara yang dilakukannya untuk mewujudkan mimpinya pergi haji sangat jauh dari harapan untuk bisa terwujud yaitu dari hasil memijat. Namun dengan niat yang kuat, tekat yang bulat istiqomah dan ikhlas karena Allah akhirnya Siti Zuhro mampu mewujudkan keinginannya tersebut tanpa kekurangan suatu apapun.
Berdasarakan pengalamannya itu, Mak Yuyun ini mengatakan kategori mampu dalam melaksanakan ibadah haji bukan semata-mata terletak pada harta, tetapi seberapa besar usaha kita untuk mewujudkan niat dan impian yang kita miliki. Ketika niatnya ikhlas lillahitaallah, istiqomah serta berusaha keras maka Allah akan memberikan kesanggupan dalam diri kita untuk mewujudkan semua keinginan itu.
Meski ia berangkat hanya seorang diri namun ia tidak ingin ibadah haji yang dilakukannya juga hanya seorang diri. Dirinya akan melakukan badal haji untuk kedua orang tuanya dan juga suaminya yang telah 16 tahun lalu meninggal dunia.Selamat menunaikan Ibadah Haji Mak Yuyun, semoga menjadi hajjah yang mabruroh, aamiin.[]Nisria Afuani