ASSAJIDIN.COM — Mengutip Lampung.nu.or.id, Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dari karyanya perihal Ilmu Al-Qur’an, dalam Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, menyatakan:
يسن الاستماع لقراءة القرآن وترك اللغط والحديث بحضور القراءة قال تعالى وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya: (Kita) disunnahkan untuk mendengarkan bacaan Al-Quran, tidak berisik (gaduh) dan berbicara saat pembacaan Al-Quran sebagaimana firman Allah (Surat Al-A’raf ayat 204). Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat. (Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, [Kairo, Darul Hadits: 2006 M/1427 H], juz I, halaman 321).
Syekh Burhanuddin Az-Zarkasyi yang lebih dulu menulis karya perihal Ulumul Quran juga menyebutkan adab ketika mendengarkan Al-Quran.
Ia menyarankan orang yang mendengarkan Al-Quran untuk menyimak dengan baik bacaan Al-Quran dan berusaha memahami maknanya.
Beliau juga menyarankan mereka mendengarkan Al-Quran untuk menghentikan percakapan ketika Al-Quran dibacakan kalau tidak ada hajat yang mendesak.
مسألة: في آداب الاستماع استماع القرآن والتفهم لمعانيه من الآداب المحثوث عليها ويكره التحدث بحضور القراءة قال الشيخ أبو محمد بن محمد عبد السلام والاشتغال عن السماع بالتحدث بما لا يكون أفضل من الاستماع سوء أدب على الشرع وهو يقتضي أنه لا بأس بالتحدث للمصلحة
Artinya: Masalah perihal adab mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Mendengarkan Al-Quran dan berusaha memahami maknanya termasuk adab yang dianjurkan. Sementara sibuk bicara saat pembacaan Al-Quran hukumnya makruh.
Syekh Abu Muhammad bin Muhammad Abdus Salam mengatakan bahwa sibuk mendengarkan sembari bicara yang tidak penting masih lebih utama daripada mendengarkan Al-Quran dengan adab yang buruk menurut syariat.
Ini menunjukkan bicara untuk kemaslahatan tertentu saat pembacaan Al-Quran tidak masalah. (Imam Badruddin Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulumil Qur’an, [Kairo, Darul Hadits: 2018 M/1440 H], halaman 319).