ASSAJIDIN.COM — Sebelum traveler meninggalkan Aceh, alangkah baiknya jika langkahkan kaki menyinggahi Makam Sultan Iskandar Muda.
Karena selain untuk berziarah, kamu bisa mengetahui nilai-nilai historis dari makam raja dunia Melayu ini.
Kompleks makam bersejarah ini terletak di jantung Kota Banda Aceh, tepatnya di kawasan Kampung Pande.
Makam ini bukan hanya sebuah tempat ziarah religi, tetapi juga sebuah simbol kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam pada masa lampau.
Sejarah dan Arsitektur
Makam Sultan Iskandar Muda didirikan pada tahun 1636, beberapa tahun setelah Sultan Iskandar Muda wafat.
Arsitektur makam ini sangatlah unik dan mengagumkan, mencampurkan unsur-unsur budaya Aceh, Islam, dan Hindu-Buddha.
Bangunan utama makam memiliki bentuk segi delapan dengan atap limas yang dihiasi dengan ukiran dan ornamen khas Aceh.
Di dalam bangunan utama terdapat sebuah batu nisan berbahan marmer putih, yang dipercaya sebagai tempat pemakaman Sultan Iskandar Muda.
Di sekitar bangunan utama terdapat beberapa bangunan kecil yang berfungsi sebagai makam bagi pengikut dan keluarga Sultan Iskandar Muda.
Makam Sultan Iskandar Muda memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Sultan Iskandar Muda adalah salah satu penguasa Aceh yang paling terkenal dan dihormati.
Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai puncak kejayaan dan menjadi salah satu kerajaan maritim terkuat di Asia Tenggara.
Makam ini bukan hanya menjadi simbol kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam, tetapi juga menjadi tempat ziarah yang penting bagi masyarakat Aceh hingga saat ini.
Berada sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh. Dapat diakses dengan mudah menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum.
Tips Berkunjung
– Berpakaian sopan dan menghormati adat istiadat setempat saat mengunjungi makam.
– Bawa perlengkapan pribadi yang cukup, seperti sajadah dan air minum.
– Jaga kebersihan dan ketenangan di area makam untuk menghormati tempat peristirahatan terakhir Sultan Iskandar Muda.
– Siapkan kamera untuk mengabadikan momen-momen indah selama kunjungan Anda.
Profil Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda mangkat pada 27 Desember 1636 dalam usia 43 tahun. Jenazahnya dikubur di area Darul Dunya, kompleks Istana Kesultanan Aceh Darussalam.
Saat Belanda menginvansi Aceh, jejak makam ini sempat dihilangkan kolonial untuk melenyapkan sejarah kegemilangan Aceh di masa lalu.
Jejak makamnya ditemukan kembali pada 19 Desember 1952 oleh Pocut Meurah, permaisuri Raja Aceh terakhir Sultan Alaidin Muhammad Daudsyah, yang saat itu sudah berusia seabad
Menurut sejarah, Sultan Iskandar Muda lahir tahun 1593. Ibunya Putri Raja Indra Bangsa alias Paduka Syah Alam, anak Sultan Alaudin Riyat Syah, pemimpin Kerajaan Aceh Darussalam ke 10. Dari pihak ayahnya, ia disebut keturunan Dinasti Mahkota Alam.
Nama kecilnya Perkasa Alam. Versi lain menyebut nama aslinya Raja Zainal yang digelari Dhama Wangsa. Baru saat memasuki akil baligu dia dijuluki Perkasa Alam, sering juga dipanggil Johan Syah.
Dia diberi gelar Sultan Iskandar Muda saat naik tahta menggantikan Sultan Ali Riyat Syah (1604-1607) yang telah mangkat. Ditangannyalah Kesultanan Aceh mencapai puncak kegemilangan.
Wilayah kekuasaannya mencakup dunia Melayu, mulai dari Aceh, sebagian Sumatera hingga semenanjung Malaka (sekarang Malaysia).
Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh sekarang) sebagai Ibu Kota Kerajaan Aceh menjadi pusat perdagangan bebas yang paling sering disinggahi kapal-kapal niaga dari berbagai negara untuk bertransaksi berbagai komoditas.
Selat Malaka menjadi lalu lintas pelayaran dengan ibuk kapal-kapal pengangkut hasil bumi dari Asia ke Eropa.
Sejarah mencatat, Iskandar Muda orang paling berpengaruh dan berperan penting dalam menjaga stabilitas perekonomian kawasan itu.
Karena menjanjikan secara politik ekonomi, Portugis terus mengincar Selat Malaka sehingga sering bentrok dengan militer Aceh yang mati-matian mempertahankannya dari kekuasaan asing.
Menurut riwayat dalam kurun 1573 hingga 1627, pasukan Aceh di bawah kendali Iskandar Muda sedikitnya 16 kali terlibat perang dengan Portugis.
Aceh sulit ditaklukkan karena memiliki alutsista mumpuni kala itu, salah satunya kapal induk Cakra Donya. Portugis menjuliki kapal perang Cakra Donya sebagai Espanto del Mundo alias Teror Dunia.
Kapal ini dikisahkan memiliki 100 meriam dan tergantung tiga lonceng raksasa sebagai alat penabuh perang, salah satunya lonceng buatan tahun 1409, hadiah dari Kaisar China kepada Kerajaan Samudera Pasai yang diantar langsung oleh Laksama Cheng Ho ke Aceh tahun 1414 sebagai simbol persahabatan dua negara.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa besarnya, pemerintah Indonesia memberi gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Iskandar Muda dan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana, pada 14 September 2014.
Nama besar Sultan Iskandar Muda kini ditabalkan di Kodam dan bandara terbesar di Aceh, serta jalan di beberapa kota di Indonesia termasuk Jakarta. (Habis)
Sumber Tulisan :
Tampang.com
Travel.okezone.com