PENDIDIKAN

Madrasah Ramah Anak, Bantu Guru Arahkan Siswa Berprilaku Baik

ASSAJIDIN.COM — Emosi kawula muda diakui kerap di luar kendali. Belum stabil dan bisa menimbulkan keresahan di masyarakat.

Mereka tak jarang melakukan bullying, pelecehan seksual dan bahkan sampai menghabisi nyawa orang lain.

Saat tersandung masalah, dan atau tak mampu mengendalikan emosi, di kalangan siswa misalnya, melakukan pemerasan.

Mereka tak segan berprilaku sebagai preman dengan cara meminta uang, menekan psikis serta melakukan gangguan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.

Untuk itu, upaya menciptakan dan menguatkan sekolah atau madrasah ramah anak menjadi langkah penting untuk mengendalikan tingkat emosi tinggi generasi muda, khususnya di usia remaja.

“Banyak anak yang sekarang ini mudah terpengaruh dengan tontonan yang ada di internet. Di usia remaja terkadang rasa penasarannya masih tinggi untuk mencoba dan menemukan hal-hal yang baru,” ucap Amajid, Kepala Madrasah Maslakul Huda Sluke, Rembang, Jawa Tengah.

Adanya sekolah ramah anak dapat membantu guru mengarahkan anak ke perilaku yang lebih baik dari segi perkataan dan tingkah laku untuk melindungi hak-hak anak dalam belajar.

Lihat Juga :  Anak ini Bangga Betul Jadi Siswa Madrasah, Ini Sebabnya

Amajid menjelaskan, adanya pemicu remaja tak bisa kontrol emosi ada beberapa kemungkinan.

Di antaranya pernah menjadi korban kekerasan di rumah, sering melihat orang tuanya bertengkar, tidak percaya diri, terlalu dibebaskan orang tua, ingin menjadi populer, tidak memiliki rasa empati, dan kurang mendapat perhatian di rumah.

Dia mengatakan, karakteristik remaja yang beraneka ragam harus dapat dipahami oleh pihak guru.

“Kita harus mengenal terlebih dahulu karakteristik ataupun kriteria yang dimiliki setiap siswa, hal ini bertujuan agar guru mudah mentransfer materi pembelajaran,” jelas Amajid.

 

Beban Masalah 

Sementara itu, aktivis anak dan pegiat literasi Komunitas Lubuk Ilmu, Danang Pamungkas, menjelaskan pengendalian emosi anak muda yang dinilai minim karena salah satu faktornya mewariskan beban masalah dari orang tua.

Mirisnya, anak selalu dibebani oleh masalah masalah orang dewasa, padahal mereka memiliki dunia yang sama sekali berbeda dan unik.

“Di sinilah kita sebagai orang dewasa perlu memahami apa yang anak-anak butuhkan saat ini,” jelas Danang.

Lihat Juga :  Outbound Ceria ala SDIT Alfurqon, Wujudkan Ahli Dzikir, Ahli Fikir dan Ahli Ikhtiar

Dia menjelaskan, orang tua sebaiknya dapat menjadi teman belajar yang mengasyikkan bagi anak-anak, sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman tanpa adanya intervensi.

“Orang tua hanya perlu menjadi teman belajar dan teman ngobrol yang nyaman untuk anak, agar anak betah untuk berinteraksi dengan orang tua.

Penting juga bagi orang tua untuk memberikan edukasi tentang kedisiplinan, semangat belajar, dan belajar etika,” ujarnya.

Danang juga menyoroti penggunaan gawai yang bisa mengakibatkan anak seolah tak membutuhkan peran orang tua untuk sekadar bermain dan belajar.

“Di zaman ini anak-anak usia dini sudah memiliki kecenderungan candu terhadap gadget dan game online. Kita perlu membiasakan anak-anak untuk bermain bersama temannya, orang tuanya,” tandasnya.

Menurut Danang, solusi yang tepat untuk mengantisipasi candu gadget seperti dilatih untuk bernyanyi dan bersenang-senang bersama keluarga.

“Memberikan momen yang indah bagi anak, agar kelak ketika ia tumbuh dewasa dapat mempraktikkan nilai-nilai yang tertanam kuat di ingatannya.”

 

Sumber : NU Online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button