NASIHAT

Suluh ku cari, Allah Bilang Jangan Bersedih

Oleh : Jemmy Saputera (Wartawan AsSajdin Grup)

” Aku tak pernah takut pada musuh yang menyerangku ,namun aku jauh lebih waspada pada teman palsu yang memelukku,”. Entah darimana aku terilhami menulis ungkapan seperti ini. Hanya saja aku rasa, ia memang sengaja terlahir dari setiap iringan doa dan air mata dalam perjuangan mengetuk setiap pintu rezeki yang datang dariNya.

Seseorang berkata padaku, kadang, yang paling menyakitkan bukanlah kata-kata yang diucapkan, akan tapi diam yang menyelimuti. Aku mulai menerka-nerka apa maksudnya..?

Menjelang di Sabtu sore, 29 Juni 2024, aku tak sengaja melewati sebuah jalan yang selama ini jarang bahkan nyaris tak pernah aku lewati. Disana aku melihat, perjamuan dialog antara seorang hamba dengan tuhanya begitu romantis,namun sayang aku tak sempat mengabadikan dengan kamera ponselku lantaran saat itu hujan turun dengan derasnya, dan ponselku sudah berada ditempat yang aman dalam bagasi motorku. Rasanya tak mungkin aku mengambilnya,sebab dia berada dalam kondisi yang sengaja kumatikan.

Kendati demikian, aku menyadari bahwa memori ingatanku jauh lebih tajam dan peka untuk merekam semua peristiwa itu. Dan malam ini akan kucoba mengilustrasikannya dalam sebuah catatan kecil yang kuberi nama ” Suluh ku cari, Allah Bilang Jangan Bersedih ”

Menurut bahasa arab, kata “suluh” mengandung makna memutuskan pertentangan. Atau dalam bahasa yang lebih halus adalah berdamai dengan keadaan, situasi dimana kehidupan sedang tidak baik-baik saja.

Allah SWT berfirman dalam QS : Al-Baqarah Ayat 216 yang artinya,” Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Lihat Juga :  Adab Berbicara dalam Islam

Dalam ayat ini sesungguhnya, Allah SWT mengingatkan kita bahwa : Allah maha mengetahui dan tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya, walaupun hari-hari kita mungkin tidak berjalan sesuai rencana yang kita mau.

Dan dalam riwayat yang lain, dari Anas bin Mālik dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana yang diriwayatkan dari Tuhannya -‘Azza wa Jalla-, Dia berfirman, “Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil.”

Sungguh sangatlah indah, Islam memberikan nasehat untuk umatnya agar jangan berputus asa dari rahmat Allah SWT. Maka mungkin seperti itulah, apa yang kusaksikan dimana perjamuan dialog seorang hamba dengan Tuhannya di persimpangan jalan antara jembatan layang yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Palembang kemarin itu.

Ya, aku melihat ada seorang pria paruh baya dengan pakainya yang begitu lusuh, rambut yang tak rapih,bahkan terlihat amat jelas bekas luka ditelapak kakinya yang melepuh karena mungkin sudah berhari-hari berada diantara trotoar jalan yang panas,berdebu dan berbatu.

Aku lihat dengan seksama,kulit wajahnya kusam,dan perawakannya yang kurus lagi tinggi namun nampak lebih lemah. Mungkin, dia sudah terlalu lelah mencari sesuap nasi kesana kemari tapi tak kunjung ada.

Dalam keadaannya yang seperti itu, mungkin berpuluh pasang mata yang menyaksikan, termasuk juga aku menilai pria paruh baya itu adalah seorang “Tuna Grahita” atau orang yang mengalami Disabilitas Fisik dan Mental.

Semula aku mengira, pria tua yang berusia lebih dari separuh abad itu adalah seorang pengemis atau orang dalam gangguan jiwa, sebab dari penampilannya sangat tidak seperti orang normal lainnya. Terakhir aku dapat informasi bahwa,ia dulunya adalah orang yang cukup berada,namun karena suatu sebab ia pun jatuh miskin dan ditinggalkan anak serta istrinya. Terlepas apapun persoalan masa lalunya dan latarbelakang biografinya,aku justru terkesima dengan sikapnya yang justru tak meninggalkan ibadahnya kepada Allah SWT.

Lihat Juga :  Wasiat Imam Syafi'i Jelang Wafat

Betapa terkejutnya aku, ketika kusaksikan ia berwudhu dengan sempurna menggunakan curahan air hujan yang membasahi bumi.

Dan selepas itu, ia langsung mendirikan shalatnya dipelataran sebuah ruko bekas bengkel sepeda motor ternama yang pernah berjaya pada masanya di Palembang Darussaalam ini.

Sungguh pemandangan yang begitu memilukan, sekaligus menyentuh hati. Baginya mungkin, boleh saja semua orang pergi meninggalkannya. Tapi dia tidak akan pernah meninggalkan Tuhannya, Allah SWT , Zat maha pengasih dan mengetahui.

” Allah Maha Mengetahui dan tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya, walaupun hari-harimu mungkin tidak berjalan sesuai rencana,”begitulah aku memaknai situasi romantisme dialog pria tua itu dengan Rabb-Nya.

Apa yang kusaksikan tersebut, membawaku lebih syahdu ” la tahzan innallaha ma’ana”, begitulah surat cinta dari Allah SWTuntuk umatnya. Sebagaimana firmanNya dalam QS: At Taubah (40) Artinya: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Masya Allah sebegitu pedulinya Allah kepadaku,begitulah aku mengilhami apa yang kulihat hari ini. Sungguh,ujian yang Allah berikan ini,belumlah apa-apa jika dibandingkan dengan orang lain. Aku mungkin hanya kehilangan satu hal, namun aku memiliki hal lainnya.

Lalu bagaimana dengan mereka yang kehilangan semuanya, tapi mereka tetap sabar dan tawakal kepadanya. Sementara aku, masih terlalu sibuk hingga lupa bahwa aku masih memiliki Allah SWT sebagai jalan keluar terbaik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button