Orang yang Bersyukur itu Akan Menuai Sukses
Oleh: H. Emil Rosmali
Bersyukur itu akan membawa nikmat dan kata orang membuat kita jadi sukses. Coba kita lihat ayat ini sering dibacakan (QS Ibrahim:7): “Sungguh jikalau kamu bersyukur niscaya akan Kami tambahkan (nikmat) untukmu.” Firman Allah ini pastilah benar.
Dalam banyak kisah zaman Rasulullah, masa Sahabat hingga sekarang pun sering kita dan mendengar orang yang mendapat imbalan berlipat ganda setelah dirinya menyedekahkan hartanya atas kesyukurannya telah diberikan rezeki oleh Allah SWT.
Ibn Katsir menyodorkan kisah nyata implementasi ayat di atas: diriwayatkan oleh Imam Ahmad ada seorang pengemis yang diberi sebutir kurma oleh Nabi, l;angsung menucapkan terima kasih dan rasa syukur mendapat pemberian dari Nabi meski hanya sebutir kurma. Mendengar rasa syukur pengemis kedua ini, maka Nabi tambahkan 40 dirham untuknya.
*Berterimakasih*
Orang yang bersyukur adalah orang yang tahu berterima kasih. Bukan sekedar banyak atau sedikitnya rejeki yang kita peroleh, tapi renungkan sejenak: yang memberi kita rejeki itu adalah Allah. Ini saja sudah pantas membuat kita bersyukur karena sedikit atau banyak kita masih diperhatikan dan diberi rejeki oleh Allah swt. Alhamdulillah, adalah ucapak syukur.
Orang-orang yang produktif menurut ekonomo Sumsel, Amidi SE, M.Si, sangat pandai bersyukur. Mereka tahu memanfaatkan resources dan peluang yang ada. Orang yang selalu mengeluh akan menghabiskan waktunya menyesali diri. Berlama-lama dalam nestapa membuat kita tidak siap menangkap peluang berikutnya. Orang yang bersyukur akan memanfaatlkan apa yang dimiliki saat ini, sekecil apapun itu, sebagai bekal untuk terus maju.
Orang yang bersyukur itu lebih bahagia dan optimis. Sementara orang yang pesimis akan sibuk meratapi kegagalan dan nyinyir akan kesuksesan orang lain, orang yang pandai bersyukur emosinya akan lebih stabil, sigap mencari solusi, melokalisir persoalan bukan melebarkannya kemana-mana, dan taktis mengatur strategi. Dengan segala keterbatasannya, orang yang bersyukur akan membuat skala prioritas.
*Jangan Mengeluh*
Siapapun tidak akan suka dengan orang yang selalu mengeluh, dan kalau dia punya problem seolah hanya dia satu-satunya di dunia orang yang punya masalah, dan semua orang harus memperhatikan masalahnya. Orang seperti ini tidak akan produktif berkarya, dan tidak akan bertambah nikmat dari Allah. Ayat di atas itu sangat nyata dan membumi.
Allah berfirman dalam QS al-baqarah: 152.; “Ingatlah kepadaKu, niscaya Aku ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaKu, dan jangan kufur (dari nikmatKu).”
Ayat ini begitu padat-bergizi menggabungkan tiga konsep sekaligus: dzikir, syukur dan kufur. Mengingat Allah (berdzikir) akan membawa kita kepada rasa syukur, sebaliknya orang yang lalai dari mengingat Allah, dimana setiap punya masalah dia menjadi kufur nikmat. Dia jadi lupa akan berbagai nikmat yang sudah Allah berikan sebelumnya.
*Inti Ibadah*
Konsep syukur yang begitu dahsyat di atas, sayangnya begitu tiba ditengah-tengah kita menjadi dipalingkan maknanya. “Syukurin loe!” walhasil kata “syukur” berubah menjadi negatif, seolah bersyukur itu sama dengan mengejek kegagalan orang lain. Kita seolah mensyukuri kegagalan orang lain.
Syukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah inti ibadah, pokok kebaikan, dan merupakan hal yang paling wajib atas manusia. Karena tidak ada pada diri seorang hamba dari nikmat yang tampak maupun tersembunyi, yang khusus maupun umum, melainkan berasal dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “’Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/16:53]
Firman Allah;’’Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. [Al-Baqarah/2:152]
Kemudian Allah mengatakan:’’Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/14:7]
Rasulullah dalam hadits, telah menunjukkan obat dan faktor yang sangat kuat agar seseorang bisa mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , yaitu hendaknya setiap hamba memperhatikan keberadaannya dari nikmat Allah.(*)