INTERNASIONAL

Israel Musuh Kami (3) : Taktik Licik dan Kotor Badan Intelijen Mossad

ASSAJIDIN.COM — Mossad adalah lembaga dinas rahasia milik Zionis Israel.

 

Foto : YouTube

 

Dibentuk oleh Perdana Menteri “Israel”, David ben Gurion pada 1 April 1951 dan berkantor pusat di Tel Aviv.

Operasi Mossad biasanya mengawasi negara-negara dan organisasi Arab di seluruh dunia.

Mossad diduga bertanggungjawab atas sejumlah operasi intelijen di dunia, khususnya dalam konflik di wilayah Timur Tengah.

Mossad memiliki ribuan personil. Tidak hanya orang “Israel”, melainkan juga melibatkan orang-orang asli Arab atau dari negara lain.

Yang menarik di sini adalah cara Mossad merekrut orang untuk dijadikan agen rahasianya.

Pejabat intelijen Turki mengatakan Mossad biasanya memasang iklan lowongan kerja online dengan sedikit atau tanpa rincian.

Mossad juga memasang tautan di platform media sosial dan grup obrolan untuk memilih individu yang cocok untuk dihubungi.

Narapidana berinisial “A-S” mengatakan kepada pengadilan di Istanbul di tahun 2022, ia terpilih sebagai agen Mossad setelah menghubungi nomor telepon yang tertera di sebuah iklan yang mencari karyawan penutur bahasa Arab dan Turki.

“Seseorang menjawab dan mengarahkan saya ke grup WhatsApp dan menugaskan saya untuk menerjemahkan topik tertentu di grup ini setiap hari dari bahasa Turki ke bahasa Arab,” kata A-S.

Ia mengatakan, anggota Mossad tidak berkomunikasi langsung dengan mereka, melainkan hanya via WhatsApp atau Telegram.

Mossad juga membayar para agennya di Turki melalui kurir yang juga direkrut secara online.

“Setelah anggota Mossad Israel membangun hubungan kepercayaan dengan agennya di Turki, mereka dapat beralih ke tingkat taktis,” lanjutnya, dikutip dari MEE.

 

Foto : Suarapemredkalbar.com

 

Operasi Taktis

Agen tersebut lalu diminta melaksanakan tugas yang lebih kompleks, hingga membangun hubungan kepercayaan yang lebih jauh, misalnya bertemu langsung dengan anggota Mossad dan diberi banyak uang, dengan syarat harus lulus tes pendeteksi kebohongan.

Mereka lalu diminta melaksanakan tugas-tugas yang telah disusun terhadap target.

Mossad dapat memilih satu atau beberapa dari para agen untuk melaksanakan peran yang lebih taktis.

Mereka lalu membuat grup WhatsApp untuk mengelola operasi, termasuk membuat situs berita online untuk menyebarkan disinformasi dan propaganda Israel.

Para pejabat intelijen Turki menambahkan, untuk memastikan calon agen tidak merasa berkhianat pada negara, mereka akan dimanjakan dengan uang dan ditampung di hotel-hotel mewah untuk pertemuan khusus di luar negeri.

 

Momen heroik paspampres saat todongkan senjata ke agen mossad Israel. (Foto : Eramuslim)

 

Tugas Kotor 

Narapidana lainnya di Turki, berinisial S-K, juga mengungkapkan pelatihan yang ia terima selama direkrut oleh Mossad pada tahun 2018.

Sebagai imbalan atas pengakuannya tersebut, ia diberi pengurangan hukuman penjara.

S-K mengaku kepada penyelidik Turki di bulan September 2023, dia pernah bertemu dengan anggota Mossad Israel di 10 kota di Eropa.

Awalnya, seseorang bernama Serkan menghubunginya pertama kali pada 2018 untuk memintanya bekerja di sebuah perusahaan asuransi.

Kemudian, seseorang bernama Jorge menghubunginya melalui aplikasi Skype.

“Jorge meminta saya untuk memilih salah satu dari tiga restoran yang dia sebutkan, dan meneliti aktivitas komersial dari restoran itu serta mengambil foto internal dan eksternal,” kata S-K kepada penyelidik Turki.

“Dia (Jorge) akan membandingkan informasi yang dia miliki dengan informasi yang saya berikan. Saya mengirimkannya laporan saya dan meminta 1.000 euro.

Dia mengatakan kepada saya bahwa dia menyukai laporan itu dan ingin bertemu langsung secara tatap muka,” lanjutnya.

Kemudian, pada Desember 2018, S-K bertemu dengan Jorge di Kopenhagen, Denmark, dan melakukan tes pendeteksi kebohongan.

“Saya diminta untuk melacak seorang warga Palestina bernama “M. Al-Mahmoud” mulai dari kedatangannya di bandara Istanbul hingga tujuan akhirnya di kota tersebut,” kata S-K.

“Saya juga diminta untuk mengamati apakah ia dijemput oleh sekelompok orang atau memiliki penjaga yang bersenjata,” lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera.

Mossad meminta agen-agennya di Turki untuk menghadapi operasi paling penting, termasuk perdagangan manusia, penyelundupan dari Iran dan Irak ke Turki, mempekerjakan bajak laut, mencari rumah persembunyian dan menyewa perusahaan pengelolan ambulans untuk operasinya.

Baru-baru ini, Pengadilan Pidana Istanbul memenjarakan 15 orang dari 34 tersangka yang terlibat spionase untuk Mossad.

Sebelas orang dibebaskan dan delapan lainnya akan dideportasi dari Turki pada Jumat (5/1/2024), dikutip dari Anatolia.

Turki adalah salah satu negara yang menjadi target operasi Mossad karena kedekatannya dengan Hamas, faksi perlawanan Palestina yang menjadi musuh Israel.

 

Foto : Law-Justice

 

Perang Dunia II

Cara lain yang unik digunakan Mossad dalam merekrut agen adalah cara yang digunakan Inggris untuk mencari agen mata-mata selama Perang Dunia II.

Untuk mencari pelamar, Badan intelijen Inggris memosting teka-teki kata di surat kabar dan meminta siapa saja yang bisa memecahkan teka-teki itu untuk mengirim jawaban ke alamat tertentu.

Selanjutnya yang bisa memecahkan teka-teki itu akan diminta untuk bergabung.

Mossad juga menggunakan konsep Inggris selama Perang Dunia II itu dengan mengeluarkan teka-teki yang digambarkan sebagai misi spionase.

Lihat Juga :  Jalan Panjang Tim Chamber, Luluh dalam Pelukan Islam

Mereka yang menyelesaikan semua teka-teki diminta untuk melamar pekerjaan di Mossad.

Tetapi banyak dari mereka yang menyelesaikan teka-teki tidak tertarik pada pekerjaan di intelijen dan sekadar menikmati memecahkan teka-teki.

Hal ini rupanya juga terjadi selama Perang Dunia II.

Mossad mulai menggunakan cara rekrutmen baru dengan serangkaian memproduksi video mengesankan yang dirilis pada tahun 2014 di situs web rekruitmen.

Mossad secara terbuka mengatakan mereka membutuhkan mata-mata yang sangat berbakat.

Mossad selalu tertarik pada teknologi baru dan telah melakukan rekruitmen secara online melalui web.

Tetapi upaya awal memiliki masalah. Pada akhir tahun 2002 misalnya, Mossad memosting iklan rekruitmen di web termasuk pengisian formulir secara online.

Beruntung bagi Mossad, hacker pertama yang mencoba membobol web itu bersikap bersahabat dengan melaporkan kepada Mossad bahwa keamanan di situs merekrut itu hampir tidak ada, sehingga memungkinkan bagi hacker untuk mengambil data pelamar.

Situs ini ditutup dengan cepat untuk melakukan pembenahan.

 

Agen Mossad berdarah Yahudi. (Foto : Merdeka.com)

 

Penculikan Anak

Cara lain rekrutmen agen Mossad ini adalah dengan modus penculikan anak kecil.

Pada Ahad (9/9/2012), sumber pers Yaman mengungkapkan bahwa telah terjadi penangkapan seorang yang beridentitas “Israel” dan bekerja untuk badan intelijen sang Zionis, Mossad. Agen Mossad ini juga memimpin mata-mata di Yaman.

Media mingguan “An-Naas” yang dekat dengan Partai Islah Islami, melaporkan bahwa penyelidikan pertama dilakukan di Taiz, sebelah selatan ibu kota Sanaa, dimana mata-mata atau agen Mossad itu ditangkap.

Agen tersebut mengakui banyaknya anak-anak kecil Yaman yang hilang beberapa tahun lalu telah diselundupkan ke negara-negara tetangga melalui organisasi Zionis, lalu dari sana kemudian dibawa ke “Israel”.

Menurut laporan, terdakwa yang disembunyikan identitasnya itu adalah seorang pemuda kelahiran 1982 dari ayah yang tidak diketahui.

Dia mengakui bahwa Mossad telah mendidik dan melatih mereka, kemudian mengirimnya ke Yaman dan negara-negara Arab dengan identitas yang berbeda-beda.

Penyelidikan tersebut juga mengungkapkan bahwa agen Mossad tersebut awalnya seorang anak yang tumbuh besar dari sebuah keluarga Yaman di daerah Al-Haimah, sebelah barat Sanaa. Dia pandai berbahasa Arab dan Inggris, baik secara lisan maupun tulisan.

Terdakwa telah diselundupkan keluar dari Yaman ketika berusia 17 tahun melalui negara Teluk.

Dia juga berkomunikasi dengan konsulat Amerika untuk dapat menuju “Israel” melalui Yordania hingga sampai di Tel Aviv.

Di sana dia mempelajari dasar-dasar agama di salah satu pemukiman imigran Yahudi di Palestina.

Selanjutnya, dari “Israel” itu dia mendapat beasiswa untuk belajar ke Rusia. Di sana dia mempelajari ilmu komputer, perangkat lunak, pembajakan virus, dan juga cara pencurian data.

Selama di Moskow, dia dibayar sebesar tiga ribu dolar per bulan, tidak termasuk biaya tempat tinggal dan sekolah. Dia juga mendapat kesempatan mengunjungi sejumlah negara Eropa.

Menurut pengakuannya, ia pernah ditahan oleh pemerintah Yunani selama tiga tahun terkait dengan pembajakan internet yang dilakukannya.

Setelah itu dia dideportasi ke Suriah pada 2008 dan tinggal di sana selama beberapa tahun sebagai seorang warga Yaman.

Dalam hal ini Mossad memberikan paspor Yaman dan menyembunyikan paspor Israel-nya. Di paspor Yaman ini dia tertulis bernama Ibrahim.

Namun sebelumnya, pemerintah Suriah juga sempat menahannya sebentar atas dasar kecurigaan.

Namun setelah intervensi dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, akhirnya dia dibebaskan dan diserahkan kepada Kedutaan Besar Yaman di Damaskus, untuk selanjutnya dideportasi ke ibukota Sanaa pada tahun 2009 sebagai warga Yaman.

Ketika tiba di Bandara Internasional Sanaa, dia juga sempat ditahan oleh pihak keamanan karena tidak adanya visa keluar di dalam paspor.

Namun lagi-lagi organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional melakukan intervensi dengan dalih tidak adanya gugatan terhadap dirinya.

Dari sini dapat kita pahami bahwa agen-agen Mossad memang sudah dididik sejak kecil dengan tunjangan fasilitas yang sangat baik.

Maka, kasus-kasus penculikan anak sebenarnya perlu ditelurusi lebih lanjut. Selain itu, ternyata sejumlah lembaga-lembaga tertentu juga memiliki andil dalam operasi Mossad.

 

Foto : Pop.grid.id

 

Didekati Israel

Republik Indonesia adalah negara yang ingin didekati Israel. Apalagi kalau bukan guna bergabung dengan “Kesepakatan Abraham”.

Indonesia adalah negara Muslim yang sangat penting di dunia. Kini jumlah penduduknya (2024) mencapai 279.301.473 jiwa.

Melansir dari data World Population Review, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak kedua di dunia.

Total ada sekitar 236 juta penduduk di Indonesia yang memeluk agama Islam. Sedangkan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak pertama di dunia adalah Pakistan yang mencapai sekitar 240,8 juta jiwa

“Jika Anda bertanya kepada saya negara penting apa yang sedang kita lihat, Indonesia adalah salah satunya,” kata Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, dikutip Reuters, Selasa (26/1/2022).

Selama ini Indonesia tak punya hubungan diplomatik resmi dengan Israel.

Hal ini akibat mayoritas umat Islam Indonesia tak menginginkan hubungan itu, karena invasi Negeri Yahudi ke Palestina.

Lihat Juga :  Berita Foto : Wanita Muslim Pertama yang Terbang ke Luar Angkasa

Namun hubungan tak resmi sudah pernah ada antara orang Israel dengan orang Indonesia. Apa saja?

 

Foto : Intisari Online

 

Pesawat Bekas

Hubungan ini setidaknya terjalin tahun 1979. Ketika itu Menteri Pertahanan dijabat Jenderal M Jusuf.

Kala itu TNI AU harus mengganti pesawat F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird, yang sudah dianggap uzur.

Pesawat yang dianggap unggul adalah A-4 Skyhawk, buatan Douglas Aircraft Corporation dari Amerika Serikat (AS).

Pesawat itu bisa meluncurkan rudal anti-radiasi. Jet itu juga bisa mengisi bahan bakar saat mengudara.

“Wakil Presiden Walter Mondale menawarkan kepada Indonesia 16 Skyhawks pada bulan Mei 1978 dalam kunjungannya ke Jakarta,” tulis Jim Winchester dalam Douglas A-4 Skyhawk: Attack and Close Support Fighter Bomber (2004:144).

Indonesia menanggapi tawaran itu. Winchester mencatat, pada November 1979, 14 A-4Es berkursi tunggal dan TA-4Hs berkursi dua pun dikirimkan. Tapi ternyata, itu berasal dari bekas pakai armada udara Israel.

Fakta Indonesia sulit berkawan dengan Israel, membuat pembelian ini tak bisa dengan terang-terangan. Pesawat-pesawat ini dibeli ABRI melalui operasi intelijen.

Operasi bersandi Alpha itu tidak hanya melakukan pembelian pesawat tapi juga mencakup pelatihan para pilotnya. Djoko Poerwoko dalam Menari di Angkasa (2007) mengaku terlibat dalam operasi itu.

“Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian,” kata Asisten Intelijen Letnan Jenderal Benny Moerdani kepada mereka.

Mereka semua mengira akan ke Amerika.

Bersama sembilan perwira penerbang lainnya, Poerwoko naik pesawat Garuda dari Bandara Halim Perdana Kusuma ke Singapura.

Di Singapura, mereka ganti penerbangan ke Frankfurt, Jerman. Sampai Frankfurt, mereka naik pesawat lagi ke Tel Aviv.

Dari Tel Aviv mereka pergi ke pangkalan udara Eilat. Di sana mereka diajari menerbangkan Skyhawk.

Setelah latihan empat bulan, pada hari kebangkitan nasional RI 20 Mei 1980, latihan mereka selesai dan tugas para perwira AU itu menerbangkannya ke Indonesia.

Ketika ditanya muasal pesawat itu, M Jusuf menjawab bahwa alat tempur itu pesawat bekas Israel yang dibeli Amerika.

“Yang lalu dijual ke Indonesia,” jawabnya.

Pada November 1970, Indonesia kedatangan Anthony Tingle. Berdasarkan paspornya waktu itu, dia adalah warga negara Inggris.

Dia datang untuk memberi pelatihan taktik pengumpulan informasi selama empat minggu di Indonesia kepada Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel).

Namun dalam buku Ken Conboy, hal lain terungkap.

“Jika paspornya diabaikan, Tingle sebenarnya seorang brigadir Israel berusia 50 tahun dan bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad,” tulis Conboy dalam Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia (2007:54).

Para siswa yang dilatihnya menyambutnya dengan baik di Cipayung. Intel Israel itu mengajari cara menyamarkan identitas dan merekrut agen dengan diam-diam.

Pada 1983, seorang pakar dari Israel datang lagi ke Jakarta. Conboy (2007:163) menyebut pakar itu mengajarkan teknik intelijen kepada lima pejabat junior badan intel Indonesia yang sudah dipilih.

Tiga dari lima pejabat itu lalu mendapat latihan lanjutan. Mereka diajari cara menangani agen.

“BAKIN segera menggunakan para agen didikan Israel ini. Salah seorang lulusan ini ditugasi membuka pos di Mesir menjelang akhir 1983,” tulis Conboy seraya menyebut yang lain ke Arab Saudi.

 

Foto : Jejaktapak

 

Bedil Israel

Tak cuma celana Levis, senjata buatan orang Yahudi juga diakui dunia. Bedil Uzi dan Galil Galatz dianggap ampuh dalam dunia militer. Tidaklah salah jika TNI memakainya untuk kepentingan pertahanan.

Pasukan Kostrad, yang memiliki penembak runduk (sniper) memakai pula senapan penembak runduk Galil Galatz buatan Israeli Weapon Industries.

Selain penembak runduknya, demi pertempuran jarak dekat, senapan mesin ringan Uzi (rancangan Uziel Gal) pun dipakai.

Dalam pelatihan kontra teroris yang diadakan Amerika untuk Indonesia, siswa asal Indonesia diajarkan teknik pengamanan VIP. Dalam pelatihan itu, siswa Indonesia belajar menembak Uzi.

Sebagai barang buatan Israel, keberadaan bedil laras pendek Uzi di Indonesia, berpotensi memancing kontroversi dari orang Islam yang anti Israel.

Ken Conboy (2007:133) mencatat: sejak 1969 BAKIN mendapat bantuan periodik dari Mossad.

“CIA menghubungkan BAKIN dengan si pedagang senjata asal Philadelphia yang memasok Uzi yang diminta-dengan senang hati menempelinya dengan merek pengganti,” tulis Conboy. Sehingga terlihat itu bukan buatan Israel di zaman orde baru.

 

Foto : NU Online Jombang

Anekdot

Di luar masalah pertahanan, ada anekdot antara Abdurachman Wahid (Gus Dur) dengan Benny Moerdani tentang Israel. Ini disusun Hamid Basyaib dalam Ger-geran Bersama Gus Dur (2010:77).

Tahun 1994, Gus Dur berkunjung ke Israel. Sepulang dari sana, Gus Dur yang terkagum-kagum pada kemajuan Israel itu cerita kepada Benny Moerdani.

“Pak Benny, kok Israel itu negaranya maju sekali, ya? Kok bisa, ya? Saya ndak habis pikir, tuh,” kata Gus Dur.

Benny pun menjawab, “Ya karena di Israel tidak ada Dharma Wanitanya,”.

 

(Dari berbagai sumber)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button